INFO TABAGSEL.com-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai konsistensi sikap serta pandangannya terhadap nilai penting dari pidato Bung Karno pada 1 Juli 1945. Hal ini terbukti dengan keputusan Presiden SBY yang menerbitkan Surat Keputusan Presiden Nomor 83/TK/Tahun 2012 yang menetapkan Dr (HC) I.r Soekarno sebagai Pahlawan Nasional.
Atas dasar pertimbangan tersebut, lembaga internasional yang dibangun atas dedikasi keluarga besar Bung Karno bersama putra-putri terbaik bangsa yang dipersembahkan bagi warga dunia dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian dunia, The Soekarno Center memberikan penghargaan kepada Presiden SBY.
Penghargaan tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pembina The Soekarno Center, Sukmawati Soekarnoputri kepada Presiden SBY di The Sukarno Center, Kabupaten Gianyar, Bali, Rabu (7/5) siang.
Dalam sambutannya, Presiden SBY mengatakan, penghargaan dari The Soekarno Center itu ia dedikasikan kepada rakyat Indonesia yang harus terus mengenang dan menghormati jasa dan pengorbanan pahlawan bamgsa kita, Bung Karno.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengisahkan saat peringatan 100 Tahun Bung Karno pada bulan Juni 2001 lalu, ia diminta memberikan sambutan pada forum khusus. SBY mengaku langsung mau menjawab permintaan itu, karena menurut pengakuannya, sejak SMP, SMA ia sudah rajin membaca buku tentang Bung Karno.
“Kalau ada peringatan 1 Juni, saya pasti mau memberi sambutan karena saya terkenang terhadap pikiran besar Bung Karno yang diabadikan pada momen penting 1 Juni 1945,” ujar SBY.
Bagi Presiden SBY, pikiran Bung Karno telah melampaui zamannya, dan sampai sekarang masih relevan untuk dijadikan tuntunan dan landasan dalam kehidupan bernegara.
Pelajaran Yang Tetap Relevan
Menurut Presiden SBY ada beberapa butir penting dari pikiran besar Bung Karno, utamanya pidato 1 Juni karena dianggap tetap relevan, yaitu:
Pertama, kita pernah hidup dalam sebuah tarikan ideologi-ideologi besar dunia, ada kapitalisme, ada sosialisme, ada komunisme dengan segala konflik dan perang antar bangsa yang menyertainya. Adalah Bung Karno dan tentu ada sejumlah founding fathers, namun Bung Karno adalah the first, dengan cerdas dan arif mengatakan, bahwa Pancasila adalah pilihan bangsa Indonesia.
Kedua, lanjut Presiden SBY, ada isu sensitif, indonesia itu mau menjadi negara apa? Negara agama? Negara Islam? Negara sekuler? “Apapun, itu juga pernah,keras.ketika kita ingin memilih,tidak mudah wktu itu. Tetapi Bung Karno, para pendiri republik, dengan gamblang,tegas dan jernih mengatakan Indonesia bukan negara agama, Indonesia bukan negara Islam,” jelas SBY seraya menyebutkan, Indonesia adalah negara yang berketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa.
Masyarakat Indonesia, kata SBY, mestilah masyarakat yang religius, mengormati nilai-nilai agama, nilai budaya, dan kearifan lokal. Tatapi sekali lagi, Indonesia bukanlah negara agama. Meskipun mayoritasnya Islam, bukanlah negara Islam.
“Ini harus kita jaga! Saya khawatir ketika ada perubahan, pergolakan masih ada fikiran-fikiran baru yang seolaholah ingin menghidupkan kembali negara kita sebagai negara agama. Ini sudah final, dan itu warisan penting dari pemikiran besar Bung Karno dan para pendiri republik yang lain,” terang SBY.
Ketiga, kata Presiden SBY, kita hidup dalam era globalisasi,universalisasi, global village dengan segala dinamika tantangan dan permasalahannya. Presiden menilai Bung Karno lah pada tanggal 1 Juni 1945, berpikir melampaui zamannya.
“Orang barangkali belum berpikir kesitu, beliau sudah berpikir kesitu.mengapa harus ada konflik antara rasa kebangsaan nasionalisme dengan wawasan keduniaan atau internasionalisme. Tidakkah itu bisa jalin-menjalin bisa hidup secar harmonis. Itu ada dalam pidato 1 Juni,” terang SBY seraya menginatkan yang penting dari Bung Karno adalah janga pernah ada konflik yang tidak perlu dan dipertentangkan habis-habisan antara nasionalisme dan internasionalisme.
Keempat, lanjut SBY, kalau kita ikuti pergolakan dan perdebatan para founding fathers dulu ada Bung Karno, Bung Hatta, Soetomo, Muh Yamin dan dr Radjiman. Diakui SBY, memang debatnya dulu konsep bernegara kita, apakah yang kita utamakan mamusia, sebagai individu, atau bangsa dan negara sebaga satu entity, dengan debat yang panjang tanpa mengabaikan arti manusia sebagai individu.” Maka dipilihlah yang diutamakan bangsa. Oleh karena itulah pembukaan UUD 1945, nampak disitu, Proklamasi
Kelima, tentag demokrasi. Demokrasi adalah sesuatu yg menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk bangsa kita sendiri. Pidato 1 Juni juga gambling, bahwa demokrasi itu dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Dengan demokrasi yang kita capai adalah kebaikan bersama, the common good of the people.
“Kita menghormati pemikir besar kita DR Ir Soekarno, bukan hanya menghormati what have been done, by this great leader, tapi bagaimana pikiran-pikiran beliau yg relevan dapat kita aktualisasikan menjawab persoalan zaman yang terus berkembang,” ucap SBY. Saat menerima penghargaan dari Ketua Dewan Pembina The Sukarno Center Sukmawati Soekarnoputri itu, Presiden SBY didampingi oleh Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Mendikbud Mohammad Nuh, Menteri ESDM Jero Wacik, dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar