uasana Pulau Karo menjelang matahari terbenam, Minggu (19/7). Hamparan pasir putih dengan karang-karang kecil di sepanjang pantai menjadi daya tarik pulau ini bagi wisatawan. |
INFO TABAGSEL.com-Daerah pesisir Pantai Barat, Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), terkenal menyimpan potensi wisata bahari.
Selain pemandangan hamparan pasir putih di sepanjang bibir pantainya, daerah ini juga memiliki gugusan pulau-pulau nan indah. Salah satu tempat berwisata pulau yang akhir-akhir ini mulai digandrungi masyarakat adalah gugus Pulau Karo yang terletak di Desa Sundutan Tigo, Kecamatan Natal. Jaraknya sekitar 30 kilometer (km) dari pusat ibu kota Kecamatan Natal.
Gugus pulau-pulau kecil ini terdiri dari beberapa pulau dengan lingkaran bebatuan karang, ditumbuhi kelapa, dan pohon-pohon rindang nan asri. Pengunjung juga dapat menikmati hamparan pasir putih dengan karang-karang kecil memenuhi bibir pantai. Uniknya, pulau-pulau ini mudah dijangkau karena terletak hanya 300 meter dari jalan raya lintas Pantai Barat Natal.
Selain menggunakan perahu nelayan untuk berkeliling pulau, pada saat pasang surut, pengunjung bisa berjalan kaki menuju pulau-pulau itu. Salah seorang warga, Syariful Ahmad, 32, yang ditemui KORAN SINDO MEDAN, Minggu (19/7), di lokasi mengatakan, daerah tersebut dikatakan Pulau Karo karena dulu di pulaupulau itu banyak terdapat kera yang dalam bahasa daerah setempat disebut Karo.
Syariful menjelaskan, daerah Pulau Karo memiliki banyak gugusan pulau di antaranya yang mudah dijangkau, yakni Pulau Gadang (besar), Pulau Ingawan, Pulau Ketek (kecil), Pulau Kadewi, dan Pulau Buayo (Buaya). “Daerah ini mulai banyak dikunjungi karena memang keindahan pasir putih dan pulau-pulaunya. Saat ini warga berupaya menambah fasilitas berwisata seperti jembatan penghubung antarpulau,” ujarnya.
Dulu, kata Syariful, warga setempat menjadikan pulau sebagai pusat ekonomi masyarakat di antaranya Pulau Ingawan. Pulau ini menjadi tempat persinggahan kapal-kapal nelayan dari berbagai daerah di pesisir barat Madina, khususnya saat cuaca buruk.
“Penduduk daerah ini dulunya banyak tinggal di Pulau Ingawan. Di sana banyak nelayan singgah saat cuaca buruk, jadi ada banyak transaksi jual beli di sana. Bisa dikatakan penduduk menggantungkan hidup di pulau tersebut,” tuturnya.
Namun, kata Syaiful, saat ini Pulau Ingawan tidak lagi berpenghuni karena tidak menjadi tempat persinggahan para nelayan. Warga memilih keluar dari pulau dan menetap di daratan di Desa Sundutan Tigo.
Salah seorang nelayan, Akhwan, 35, yang menyewakan perahu miliknya kepada pengunjung untuk berkeliling pulau mengatakan, tertarik mengangkut pengunjung berkeliling pulau karena mulai banyak pengunjung yang datang ke Pulau Karo. Pada musim liburan Lebaran tahun ini, Akhwan mengaku dapat meraup keuntungan hingga Rp600.000 setiap hari.
Setiap pengunjung hanya dikenakan ongkos sebesar Rp10.000 untuk berkeliling pulau selama 20 menit. Salah seorang pengunjung dari wilayah Sumatera Barat, Nita Mawarni, 29, mengaku sengaja datang ke tempat ini karena ia dan keluarga ingin merasakan sensasi berwisata dengan perahu nelayan sambil mengunjungi pulau-pulau di gugusan Pulau Karo.
“Saya ingin tahu bagaimana rasanya menginjakkan kaki di pulau tak berpenghuni, berenang sambil merasakan pasir putih dan keindahan pulau-pulau yang ada di tempat ini,” ujar Nita. Nita mengaku puas setelah berkeliling di gugusan Pulau Karo. Dia berharap daerah ini bisa dikelola lebih maksimal agar gugusan Pulau Karo bisa menjadi destinasi wisata unggulan.
“Saya yakin tempat ini semakin diminati, asal ada penambahan fasilitas seperti jembatan kayu penghubung antarpulau yang jaraknya cukup dekat antara satu pulau dengan pulau lainnya. Selain itu, saya berharap ada penginapan di daerah ini sehingga semakin memudahkan setiap pengunjung,” ujarnya.(Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar