DAFTAR BERITA

Selasa, 23 Juni 2015

Tapsel Perjuangkan Sertifikat IG untuk Kopi Arabika Sipirok



INFO TABAGSEL.com-Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) sedang berupaya memperjuangkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) untuk kopi arabika sipirok. Hal ini mengingat sebelumnya, kopi arabika varietas sigarar utang milik Kabupaten Simalungun sudah terlebih dahulu melakukan pengurusan sertifikat tersebut agar tidak mudah diklaim oleh daerah lainnya. Bambang HS, pengelola kopi Tabo Sipirok di Desa Sumuran Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapsel mengungkapkan, dalam proses pengurusan sertifikat itu, Sipirok sedang membentuk masyarakat sebagai pendukung dalam memperoleh sertifikat IG dengan nama Masyarakat Perlindungan Indentitas Geografis Kopi Arabika Sipirok.

"Terbentuknya masyarakat ini sejak dua bulan lalu dengan jumlah berkisar 30 orang. Setelah SK Bupati keluar, maka akan dilanjutkan kepengambilan sampling kopi sipirok," ucap Bambang kepada MedanBisnis, Senin (22/6) di Medan.

Sepanjang ini, kata dia, pemerintah setempat sangat mendukung, apalagi terbentuknya masyarakat tersebut atas fasilitas dari pemerintah Tapanuli Selatan, salah satunya mendatangkan ahli IG dari pusat.

Adapun, pendukung utama kopi arabika sipirok untuk diajukan pengurusan sertifikat IG nya, dikarenakan, kopi tersebut sangat disukai pihak eksportir sehingga harganya lebih mahal dibandingkan jenis kopi yang berasal dari kabupaten/kota lainnya. Apalagi, kopi arabika Sipirok merupakan kopi yang masih tumbuh di hutan, bukan tanaman yang dibudidayakan berdampingan dengan tanaman hortikultura.

Selain itu, tambah Bambang, tanaman kopi arabika sipirok masih tergolong alami dan belum terkontaminasi dengan obat-obatan kimia. Sedangkan karakter rasa kopi sipirok yang lebih kuat dibandingkan dengan kopi di daerah lain, seperti rasa lemon, gula aren. "Inilah yang membuat masyarakat Sipirok bertekad untuk segera mengurus sertifikat IG nya," ujarnya.

Sedangkan, lanjut dia, untuk produksi, jika dikonversi ke perasan bisa mencapai 10 ton per minggu. Jika di jual dalam bentuk gabah bisa mencapai 2 kali lipat, atau berkisar 20 ton per minggu. Sedangkan, penghasilan rata - rata petani 300 - 400 liter per hektare per minggu. Dengan luas areal produktif berkisar 200 an hektare.

Dia menuturkan, meskipun masih terkendala dari segi industri dan produksi dalam jenis kopi bubuk, Bambang yakin kopi arabika sipirok ini mampu bersaing dengan kopi dari daerah lainnya.

"Yang mengelola home industry di Sipirok masih berjumlah dua orang. Tapi meskipun begitu, omzet yang diperoleh sudah mencapai Rp 10 juta - Rp 15 juta per bulan. Ini menunjukkan keseriusan masyarakat mengelola kopi arabika sipirok ini dan saya yakin pengurusan sertifikat IG nya tidak mengalami kendala," tukasnya.

Tidak ada komentar: