KOMPAS.com - Ada sebuah ritual di kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang terbilang unik karena harus diperankan oleh seseorang waria dan lebih dikenal dengan sebutan bissu. Hal ini karena bissu pada zaman dahulu merupakan penasehat kerajaan.
Ritual para bissu ini beragam mulai dari maggiri atau adu kebal senjata tajam, sulo wara atau bakar diri, serta sere wara atau bejalan di atas bara api.
Dalam menggelar ritual ini para bissu umumnya dipandu oleh seorang petinggi bissu atau dikenal dengan Puang Matoa dan Puang Lolo. Jika Puang Matoa tidak ada maka digantikan dengan Puang Lolo.
Ritual para bissu ini memang dikenal cukup ekstrim sebab melakukan hal hal yang sangat berlawanan dengan nalar.
Seperti pada maggiri, para bissu mencabut keris kemudian menikam sejumlah titik bagian tubuhnya tanpa terluka. Belum lagi membakar diri dan berjalan di atas bara api tanpa terbakar.
Sejatinya ritual para bissu ini merupakan kesatuan antara manusia dengna besi dan api.
"Ritual ini sebenarnya pernyataan sikap bahwa sebenarnya antara manusia itu dengan besi satu, demikian hal antara manusia dengan api sebenarnya itu menyatu semua buktinya mereka tidak terluka dan terbakar," ujar Andi Bone, salah seorang budayawan.
Sementara itu, para bissu ketika melakukan ritual seakan tak sadarkan diri dan selalu menganggap dirinya bebas.
"Kita seperti melayang layang dan ujung keris itu tidak ada apa-apanya dan api itu kita rasa dingin," ujar Enggel yang juga bergelar Puang Lolo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar