DAFTAR BERITA

Jumat, 26 Juni 2015

Dipastikan delapan perompak tanker di Vietnam memang WNI

Perompak menyamarkan tanker Orkim Harmony menjadi Kim Harmon dengan mengecat hitam beberapa huruf.


INFO TABAGSEL.comSeluruh delapan perompak yang membajak kapal tanker Orkim Harmony yang ditangkap Vietnam, sudah dipastikan merupakan warga negara Indonesia.

Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, Mayerfas, mengungkapkan kepastian kewarganegaran para perompak diperoleh setelah sejumlah staf KBRI di Hanoi dan KJRI di Ho Chi Minh menemui kedelapan orang itu di tahanan imigrasi Vietnam.

"Kami sudah bertemu dengan mereka (Rabu 24/6) kemarin, pukul 08:00 pagi. Dua orang memiliki paspor, satu orang memiliki KTP dan lima orang tak memiliki dokumen identitas.

Sebelumnya yang dipastikan WNI hanya tiga orang yang memiliki dokumen. Karena itu, kata Mayerfas, "Kami melakukan wawancara, bercakap dengan mereka, juga meminta mereka untuk menulis. Hasilnya, kami meyakini mereka juga memang adalah warga negara Indonesia."

"Saat ini mereka berada di guest house polisi maritim Vietnam di Pulau Phu Quoc. Kondisi mereka baik-baik saja. Dan kami langsung menyiapkan bantuan hukum dengan mengirim seorang pengacara Vietnam untuk mendampingi mereka," kata Mayerfas.
Ingin dideportasi

Perompakan terjadi pada 11 Juni terhadap kapal Orkim Harmony, yang mengangkut 6.000 ton minyak RON95. Kapal itu diawaki 22 orang yang terdiri dari 16 warga Malaysia, lima warga Indonesia dan seorang warga Myanmar. Para ABK diselamatkan oleh Malaysia begitu perompak meninggalkan kapal dengan sekoci.



Para perompak seluruhnya berjumlah 13 orang namun lima orang lagi -dalam keterangan yang diperoleh polisi Vietnam- meloloskan diri ke arah perairan Indonesia.


Disebutkan Mayerfas, kedelapan orang itu mengaku ingin dideportasi dan diadili di Indonesia. Namun walau ada perjanjian ekstradisi dengan Vietnam, Indonesia masih belum memutuskan langkah apa yang akan diambil.

Menurut Juru Bicara Kemenlu Armanatha Nasir, masalahnya agak pelik. "Mereka adalah warga Indonesia di atas kapal berbendera Malaysia, ditangkap dan ditahan oleh otoritas Vietnam."

Ia juga menyebut faktor lain yang harus dilihat adalah, "perompakan biasanya terkait dengan kelompok teroganisir, yang ada pendananya, ada penadahnya. Jadi merupakan kejahatan terorganisir, yang tak terlalu sederhana."

Betapapun, kata Mayerfas, para WNI perompak kapal tanker Orkim Harmony itu mengaku bekerja sendiri. "Dalam pengakuannya kepada polisi, mereka menyatakan saat ditangkap sedang mencari dan menunggu penadah."
Perompakan terbanyak

Di sisi lain, data Biro Maritim Internasional yang bermarkas di London mencatat perairan Indonesia sebagai yang paling tidak aman bagi pelayaran.

Sepanjang kuartal pertama tahun 2015, dari seluruh 54 upaya atau kejadian perompakan di seluruh dunia, hampir setengahnya -yaitu sebanyak 21 kasus- terjadi di Indonesia.

Angka itu jauh di atas Vietnam (8), Nigeria (7), Malaysia (3 kasus), Filipina (2), Singapura (2) dan Thailand (1).

Bahkan di Teluk Aden di Afrika -yang beberapa tahun lalu ditandai dengan kejadian-kejadian spektakuler oleh perompak Somalia- tak tercatat satu pun upaya atau kejadian perompakan selama Januari-Maret 2015.

Juru bicara TNI Angkatan Laut, Kolonel M Zainudin, mengatakan perompakan Orkim Harmony terjadi di perairan Vietnam dan bukan di perairan Indonesia. Namun ia tidak mengelak data yang dicatata Biro Maritim Internasional.

"TNI AL sudah maksimal dalam menjaga perairan Indonesia, khususnya di Selat Malaka. Kita juga sudah membentuk Western Fleet Quick Response, untuk mencegah perompakan. Namun 'unsur' kita dibanding luas wilayah, sangat tidak sebanding," tambah Zainudin.

Kol. Zainudin menjelaskan Angkatan Laut membutuhkan partisipasi nelayan dan warga sipil lain untuk menginformasikan hal-hal mencurigakan agar TNI AL bisa segera mencegah dan mengggagalkan perompakan.

Tidak ada komentar: