DAFTAR BERITA

Minggu, 05 Januari 2014

Menag Resmikan STAIN Padangsidimpuan Jadi IAIN Padangsidimpuan Besok



INFO TABAGSEL.com-Menteri Agama RI Suryadharma Ali direncanakan akan meresmikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Padangsidimpuan menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Padangsidimpuan , Senin (6/1).Menag juga akan melantik Rektor IAIN Padangsidimpuan, Bapak Dr. H. Ibrahim Siregar, MCL.

Pasca diresmikannya IAIN Padangsidimpuan, nantinya IAIN Padangsidimpuan memiliki 4 (empat) Fakultas, yakni: Fakultas Syariah dan Hukum yang memiliki dua Jurusan; Akhwalussyakhsiah (Hukum Perdata Islam) dan Jurusan Hukum Ekonomi Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Bimbingan Konseling Islam. Fakultas Tarbiyah memiliki 4 (empat) jurusan, Pendidikan Agama Islam, Tadris Bahasa Arab, Tadris Bahasa Inggris dan Tadris Matematika dan Sementara di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang merupakan Fakultas baru di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) akan dibagi kepada tiga jurusan: Ilmu Ekonomi, Manajemen Bisnis & Keuangan dan Akuntansi.

Menurut Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan, DR Ibrahim Siregar MCL, tanda-tanda kebangkitan pendidikan di Tabagsel sudah terlihat sesaat setelah daerah ini selesai dilanda pergolakan akibat pemberontakan PRRI. 

Para pemuka masyarakat telah menginisiasi pendirian perguruan tinggi. Untuk pendidikan umum didirikan Universitas Tapanuli yang fakultas-fakultasnya tersebar di tiga kota daerah Tapanuli. Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di P. Sidimpuan, Fakultas Ekonomi di Sibolga, dan Fakultas Kedokteran di Tarutung. 

Sementara dijagat pendidikan Islam, wilayah ini memiliki pesantren terkemuka bagi dilahirkannya figur-figur tercerahkan yang berkontribusi secara nyata bagi pencerdasan tunas-tunas muda Islam. Seperti Pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang didirikan Syeikh Musthafa Husein, tokoh progressif NU yang pada saat itu terpilih sebagai anggota Konstituante, namun tidak sempat berkiprah di lembaga tersebut karena meninggal dunia sebelum dilantik. 

Kemuduan Pesantrem Darul Ulum Nabundong, Pesantren Nahdlatul Ulama Sibuhuan, Pesantren Nahdlatul Ulama Paringgonan, Pesantren Nahdlatul Ulama Padang Garugur, Pesantren al-Mukhtariyah Sungai Dua, Pesantren Subulussalam Kotanopan dan lain-lain. 

Alumni pesantren tersebut banyak yang menempuh pendidikan lanjutan di Timur Tengah, dan kembali kedaerah dan selanjutnya mengabdi di berbagai pesantren. Para Ulama meresahkan kondisi generasi muda yang tidak memiliki akses yang cukup untuk meneruskan studi pada tingkat perguruan tinggi Islam. Keadaan tersebut menyebabkan wilayah ini terbelakang dibanding wilayah lain, padahal para pemuda Tabagsel memiliki gairah yang kuat terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai modal utama pembangunan insani. 

Syaikh Ali Hasan Ahmad ad-Dary an-Nahdy kemudian tampil ke depan, menggagas pendirian perguruan tinggi Islam. Beliau mengajak para tokoh yang mempunyai kepedulian yang sama terhadap pendidikan Islam untuk bergerak, berbuat melakukan aksi nyata, di antaranya Syeikh Dja’far A Wahab, Syeikh Abdul Halim Khatib, Syeikh Dja’far A. Kadir, Syeikh Baharuddin Thalib Lubis, H. Mukhtar Shiddiq, Mhd. Dahlan Hasibuan, H. Usman Ridwan Hasibuan, H. Mukhtar Nasution, H. Ahmad Ismail Daulay, H.M. Yusuf Tk. Imom dan lain-lain. Maka pada 17 Juni 1960 para ulama mengadakan musyawarah untuk membahas pendirian Perguruan Tinggi Islam di P.Sidimpuan.

“Pada tahun itu juga (1960), sempat berdiri Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Agama Islam Tapanuli Selatan yang dipimpin oleh Syeikh Ali Hasan Ahmad sebagai Dekan, Hasan Basri Batubara sebagai wakil Dekan dan Abu Sofyan Daulay sebagai Sekretaris dan perkuliahan dilaksanakan di gedung SMP Negeri 2 P.Sidimpuan. Namun karena kendala pendanaan dan hambatan lain perguruan ini hanya berjalan sepuluh bulan, “ ujar Rektor IAIN P. Sidimpuan DR Ibrahim M,CL. 

Diungkapkannya, kondisi kemudian tidak membuat para ulama patah arang, sebaliknya kegagalan ini menjadi pelajaran berharga, untuk kembali bangkit dan menyusun langkah yang lebih baik dan strategis agar tidak menuai kegagalan kedua. Pada 1962 Syeikh Ali Hasan Ahmad dan para ulama mendirikan Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PERTINU) dengan akte Notaris Rusli di Medan. Perguruan ini awalnya menyelenggrakan Fakultas Syariah yang dibuka pada tahun itu juga, berikutnya dibuka pula Fakultas Tarbiyah pada tahun 1963. 

Disusul Fakultas Ushuluddin pada Oktober 1965. Perkuliahan dilaksanakan sore hari di gedung SMP Negeri 2 P. Sidimpuan dan kegiatan administrasi dilakukan dengan meminjam sebagian ruangan dari rumah Syeikh Ali Hasan Ahmad. 

Didorong keinginan untuk membuka fakultas umum, maka Pertinu diperluas dan berubah bentuk menjadi Universitas Nahdhatul Ulama Sumatera Utara (UNUSU), dan Syeikh Ali Hasan Ahmad ditetapkan sebagai Rektor. Pemakaian nama provinsi (Sumatera Utara) menggambarkan kepeloporan tokoh-tokoh Tabagsel, mengingat sampai saat itu belum terdapat Perguruan Tinggi Islam di tingkat provinsi. 

Menyimak pesatnya perkembangan IAIN di berbagai daerah, Yayasan UNUSU terinspirasi untuk mengajukan permohonan kepada Menteri Agama agar Fakultas Tarbiyah dapat dinegerikan. Berdasarkan SK Menteri Agama Nomor: 110 Tahun 1968 Fakultas Tarbiyah UNUSU menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang Cabang P. Sidimpuan. 

Pada Sabtu, 1 Juni 1968 Menteri Agama RI, Bapak KH. Moch. Dahlan meresmikan penegerian tersebut di Gedung Nasional, sekaligus melantik Syeikh Ali Hasan Ahmad sebagai Pj. Dekan. Yayasan UNUSU terus melakukan upaya pengembangan kelembagaan dengan mengusulkan penegerian Fakultas Ushuluddin dan kemudian mendapat persetujuan Menteri Agama dengan SK Nomor: 193 Tahun 1970 dengan perubahan status menjadi Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Cabang P. Sidimpuan.

Pada upacara peresmiannya 24 September 1970, Al Ustadz Arsyad Siregar dinobatlan sebagai Pejabat Dekan. Sampai dengan penegerian Fakultas yang kedua ini, tetap berinduk ke IAIN Imam Bonjol yang berada di Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatera Barat, karena Propinsi Sumatera Utara sendiri saat itu belum mempunyai lembaga perguruan tinggi Islam negeri. 

Dalam perjalanan selanjutnya, seiring dengan pendirian IAIN Sumatera Utara Medan pada 1973, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Cabang P. Sidimpuan digabungkan dengan Fakultas Syariah dan Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Cabang Medan untuk memenuhi persyaratan minimal 3 fakultas. 

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 97 Tahun 1973 tanggal 19 Nopember 1973 dan Pembacaan Piagam Pendirian oleh Menteri Agama RI Prof. Dr H Mukti Ali, MA menandai peresmian IAIN Sumatera Utara Medan. Fakultas Ushuluddin yang semula berdomisili di P. Sidimpuan dipindahkan ke Medan yang dilaksanakan pada 1974 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 9 Tahun 1974 tanggal 18 Februari 1974. 

Keadaan tiga fakultas yang semula bernaung di bawah Yayasan UNUSU (Syariah didirikan Tahun 1962, Tarbiyah Tahun 1963, Ushuluddin Tahun 1965) dalam perjalanannya berkembang di tiga lembaga yang berbeda. Fakultas Ushuluddin dipindahkan sepenuhnya ke IAIN Sematera Utara Medan, Fakultas Tarbiyah tetap berada di P. Sidimpuan sebagai cabang IAIN Medan yang kemudian dimandirikan menjadi STAIN P. Sidimpuan pada Tahun 1997 di masa kepemimpinan Prof.Dr. Dja’far Siddik,MA. 

Fakultas Syariah tetap berada di bawah naungan UNUSU yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Islam Tapanuli (UISTA), sempat berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Tapanuli (STISTA), dan sekarang berada di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA) P. Sidimpuan. 

Perubahan Status

STAIN P. Sidimpuan yang didirikan berdasarkan Keppres No. 11 Tahun 1997 terdiri dari 3 Jurusan, yaitu Tarbiyah, Syari’ah dan Dakwah. Lembaga ini terus berbenah dan melakukan pengembangan kelembagaan di antaranya dengan mengusulkan pembukaan program-program studi baru, serta program pascasarjana. Pada Juli 2012 STAIN P. Sidimpuan menyampaikan usul peningkatan status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kepada Menteri Agama. 

Setelah melewati beberapa tahap perjuangan yang menyita begitu banyak perhatian dan energi, didukung oleh segenap civitas akademika, usul tersebut menuai hasil yang sangat menggembirakan ketika pada tanggal 30 Juli 2013 telah diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 52 Tahun 2013 tentang perubahan STAIN P. Sidimpuan Menjadi IAIN P.Sidimpuan. 

Perpres itu diundangkan pada 6 Agustus 2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 122. Menindaklanjuti Perpres tersebut Menteri Agama menyurati Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk melakukan pembahasan secara inter kementerian tentang Oraganisasi dan Tata Kerja IAIN Padangsidimpuan bersama 4 IAIN baru lainnya. 

“Alhamdulillah 24 Oktober 2013, Kemenag RI dan Kemen PAN dan RB menyetujui Empat Fakultas untuk IAIN P. Sidimpuan, yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fak. Syariah dan Ilmu Hukum, Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fak. Dakwah dan Komunikasi, “ terangnya. 

Susunan Organisasi dan Tata Kerja IAIN P. Sidimpuan kemudian lanjutnya, diatur dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia N0. 93 Tahun 2013. Segenap civitas akademika dan masyarakat Tabagasel sepantasnya mensyukuri peningkatan status ini teriring doa semoga lembaga kebanggaan kita ini dapat berkontribusi secara optimal dalam mencerdaskan umat.

Dari aspek sarana prasarana, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Cabang P. Sidimpuan, awalnya tidak mengalami perkembangan yang baik, dan terkesan tidak dapat mengimbangi perkembangan aspek kelembagaan yang terbilang cukup pesat. 

Lembaga ini baru memiliki gedung perkuliahan sendiri pada 1973 atas bantuan Pemerintah Kabupaten Tapsel dan perkantoran tetap berada di rumah Bapak Syeikh Ali Hasan Ahmad. Baru pada tahun 1978 lembaga ini memiliki gedung perkantoran sendiri atas bantuan Pemerintah Propinsi Sumatera, sekaligus penambahan ruang perkuliahan berlantai dua. Pada tahun 1984 Fakultas menerima dana DIP dengan jumlah yang cukup signifikan dan dapat dimanfaatkan untuk membangun sarana prasarana di lokasi baru yang lebih representatif. 

Atas bantuan pemerintah Kabupaten Tapsel, fakultas mendapatkan sebidang tanah di Desa Sihitang, bekas lapangan terbang pada zaman Belanda yang hak pakainya diberikan kepada masyarakat. Pemerintah Kabupaten Tapsel memberikan biaya pembebasan kepada masyarakat bersangkutan. Pada Februari 1984 diserahkan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN SU Cabang P.Sidimpuan. Kampus baru ini kemudian mengalami progress yang menggembirakan dan terus berkembang sebagaimana saat ini.

Menapaktilasi perjuangan para ulama yang bekerja tanpa pamrih, tanpa digaji, bahkan terkadang harus mengorbankan hartanya tentu harus kita apresiasi dengan cara melanjutkan perjuangan mereka. Syeikh Ali Hasan Ahmad ad-Dari an-Nahdly misalnya, merupakan salah satu figur yang banyak berkontribusi, menginisiasi dan terlibat sangat aktif dalam pengelolaan kelembagaan bahkan meski harus mengorbankan asset pribadinya.

Saat dikabari jika lembaga yang dia perjuangkan bersama rekan-rekan sejawatnya telah dimandirikan menjadi STAIN P. Sidimpuan pada 1997, Ali Hasan begitu terharu dan sempat meneteskan air mata sambil berujar bahwa perjuangan telah membuahkan hasil yang baik.

Mungkin, jika beliau mengetahui kabar gembira bahwa lembaga ini telah berkembang dan berubah status menjadi IAIN P. Sidimpuan, tentu rasa haru dan bangga itu akan kembali terpatri dalam hatinya. Semoga tokoh-tokoh pejuang lembaga ini diberkati oleh Allah Swt.(Analisadaily.com)
  
Terkait:

STAIN Padangsidimpuan Resmi Jadi IAIN Padangsidimpuan

Tidak ada komentar: