INFO TABAGSEL.com-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin pertemuan pertama Panel Tingkat Tinggi Sekjen PBB tentang Agenda Pembangunan Pasca 2015, bersama-sama dengan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan PM Inggris David Cameron kemarin (25/09). Pengentasan kemiskinan menjadi topik paling utama, mengingat masalah ini dipandang sebagai common ground yang harus menjadi agenda pembangunan pasca 2015.
“Tujuan utama pembangunan masa depan adalah mengakhiri kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup rakyat,” demikian disampaikan Presiden Yudhoyono dalam pertemuan pertama Panel dan Konferensi Pers menyusul pertemuan tersebut.
Untuk mencapainya, Presiden menggarisbawahi pentingnya memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan.
“Pembangunan pasca 2015 hendaknya memajukan pembangunan yang berkeseimbangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan,” tegasnya.
Pandangan Presiden Yudhoyono itu senada dengan disampaikan Presiden Sirleaf dan PM Cameron. Pengentasan kemiskinan harus pula diimbangi dengan promosi kesetaraan gender dan dilakukan dengan membangun kemakmuran dan pertumbuhan yang didasarkan pada pembangunan berkelanjutan.
Menyoal proyeksi ke depan, Presiden mengatakan bahwa tantangan dunia semakin berat. Penduduk dunia yang diperkirakan mencapai 9 milyar pada 2050 akan memberi tantangan tersendiri dalam memenuhi kebutuhan pangan, lapangan kerja yang layak, energi, pelayanan kesehatan yang baik, pendidikan dan jaminan sosial.
Tantangan lainnya juga mencakup konflik dalam negeri dan antar negara yang menghalangi tercapainya penghidupan yang layak, perubahan iklim, bencana alam dan kesenjangan.
Menyadari kompleksitas tantangan, Presiden Yudhoyono mengusulkan untuk meningkatkan kemitraan global dan kerjasama internasional dalam rangka memajukan pembangunan.
Kemitraan tersebut harus diarahkan secara optimal untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, keseimbangan sosial dan perlindungan lingkungan.
“Untuk itu, perlu dibahas lebih lanjut langkah kongkrit yang dapat dilakukan untuk mencerminkan kemitraan global masa depan,” tegas Presiden.
Panel Tingkat Tinggi Sekjen PBB tentang Agenda Pembangunan Pasca 2015 ini dibentuk Sekjen PBB untuk menggali masukan dan rekomendasi mengenai strategi pembangunan dunia di masa datang, khususnya setelah periode Millennium Development Goals (MDGs) atau dikenal dengan Tujuan Pembangunan Millennium berakhir pada tahun 2015.
Panel akan menghimpun sebanyak-banyaknya masukan mengenai visi, prioritas dan strategi pembangunan masa depan dari berbagai kalangan, baik pemerintah, swasta, lembaga think tank, ilmuwan dan masyarakat sipil.
Berbagai media akan dimanfaatkan panel, termasuk media sosial seperti twitter dan facebook.
Panel ini beranggotakan tokoh-tokoh dunia dari kalangan pemerintahan, bisnis maupun masyarakat sipil yang memiliki perhatian besar terhadap agenda pembangunan global.
Diantaranya adalah Ratu Rania dari Yordania, mantan Presiden Jerman Horst Kohler, Menkeu Timor Leste Emillia Pires, Menlu Meksiko Patricia Espinosa, wartawati dan aktivis HAM Yaman Tawakel Karman, mantan PM Jepang Naoto Kan, aktivis Afrika Selatan Graca Machel, CEO Unilever Paul Polman, dan sejumlah tokoh lainnya.
Panel direncanakan akan melakukan pertemuan berikutnya di London (1 November 2012), Monrovia (Januari 2013) dan Bali (Maret 2013). Panel diharapkan dapat menyampaikan laporan akhir mengenai rekomendasi bagi pembangunan global masa depan tersebut pada Mei 2013.
Pertemuan panel ini merupakan salah satu agenda utama Presiden selama kunjungannya di New York, 23-28 September 2012. (sumber: PTRI New York/ed.Yo2k)
“Tujuan utama pembangunan masa depan adalah mengakhiri kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup rakyat,” demikian disampaikan Presiden Yudhoyono dalam pertemuan pertama Panel dan Konferensi Pers menyusul pertemuan tersebut.
Untuk mencapainya, Presiden menggarisbawahi pentingnya memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan.
“Pembangunan pasca 2015 hendaknya memajukan pembangunan yang berkeseimbangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan,” tegasnya.
Pandangan Presiden Yudhoyono itu senada dengan disampaikan Presiden Sirleaf dan PM Cameron. Pengentasan kemiskinan harus pula diimbangi dengan promosi kesetaraan gender dan dilakukan dengan membangun kemakmuran dan pertumbuhan yang didasarkan pada pembangunan berkelanjutan.
Menyoal proyeksi ke depan, Presiden mengatakan bahwa tantangan dunia semakin berat. Penduduk dunia yang diperkirakan mencapai 9 milyar pada 2050 akan memberi tantangan tersendiri dalam memenuhi kebutuhan pangan, lapangan kerja yang layak, energi, pelayanan kesehatan yang baik, pendidikan dan jaminan sosial.
Tantangan lainnya juga mencakup konflik dalam negeri dan antar negara yang menghalangi tercapainya penghidupan yang layak, perubahan iklim, bencana alam dan kesenjangan.
Menyadari kompleksitas tantangan, Presiden Yudhoyono mengusulkan untuk meningkatkan kemitraan global dan kerjasama internasional dalam rangka memajukan pembangunan.
Kemitraan tersebut harus diarahkan secara optimal untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, keseimbangan sosial dan perlindungan lingkungan.
“Untuk itu, perlu dibahas lebih lanjut langkah kongkrit yang dapat dilakukan untuk mencerminkan kemitraan global masa depan,” tegas Presiden.
Panel Tingkat Tinggi Sekjen PBB tentang Agenda Pembangunan Pasca 2015 ini dibentuk Sekjen PBB untuk menggali masukan dan rekomendasi mengenai strategi pembangunan dunia di masa datang, khususnya setelah periode Millennium Development Goals (MDGs) atau dikenal dengan Tujuan Pembangunan Millennium berakhir pada tahun 2015.
Panel akan menghimpun sebanyak-banyaknya masukan mengenai visi, prioritas dan strategi pembangunan masa depan dari berbagai kalangan, baik pemerintah, swasta, lembaga think tank, ilmuwan dan masyarakat sipil.
Berbagai media akan dimanfaatkan panel, termasuk media sosial seperti twitter dan facebook.
Panel ini beranggotakan tokoh-tokoh dunia dari kalangan pemerintahan, bisnis maupun masyarakat sipil yang memiliki perhatian besar terhadap agenda pembangunan global.
Diantaranya adalah Ratu Rania dari Yordania, mantan Presiden Jerman Horst Kohler, Menkeu Timor Leste Emillia Pires, Menlu Meksiko Patricia Espinosa, wartawati dan aktivis HAM Yaman Tawakel Karman, mantan PM Jepang Naoto Kan, aktivis Afrika Selatan Graca Machel, CEO Unilever Paul Polman, dan sejumlah tokoh lainnya.
Panel direncanakan akan melakukan pertemuan berikutnya di London (1 November 2012), Monrovia (Januari 2013) dan Bali (Maret 2013). Panel diharapkan dapat menyampaikan laporan akhir mengenai rekomendasi bagi pembangunan global masa depan tersebut pada Mei 2013.
Pertemuan panel ini merupakan salah satu agenda utama Presiden selama kunjungannya di New York, 23-28 September 2012. (sumber: PTRI New York/ed.Yo2k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar