INFO PALUTA.com - Seperti siswa-siswa SMA di kota-kota besar, siswa di
daerah pun meluapkan kegembiraan usai Ujian Nasional (UN) dengan
mencorat-coret baju seragam. Namun sayangnya ada tindakan tak terpuji
dilakukan pasangan pelajar di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara
(Sumut). Sepasang pelajar digerebek di sebuah gubuk di sisi Jalan By
Pass Kota Padangsidimpuan.
Mereka didapati sedang berduaan di dalam gubuk yang berukuran panjang dua meter dan lebar satu meter. Saat digelandang polisi, keduanya menangis dan minta tolong agar tidak dibawa ke kantor polisi. Kapolresta Padangsidimpuan AKBP Andy S Taufik mengatakan, polisi memang sengaja mengelar razia usai UN.
Menurut dia, pada tahun sebelumnya, mereka menerima laporan dari salah seorang siswi bahwa dia sudah melakukan perbuatan layaknya suami istri dengan pacarnya setelah mengikui UN. "Makanya, begitu pelaksanaan UN selesai, kami langsung melakukan razia. Intinya untuk menghindari kejadian tahun lalu," ucap dia.
Orangtua siswa pun diminta datang ke Mapolresta Padangsidimpuan. Sebelum orangtua mereka datang, polisi tidak akan melepaskannya. "Tidak ada toleransi, harus orangtua mereka yang menjemput. Tanpa kedatangan orangtua, kami tidak akan lepaskan," tegasnya.
Dia berharap kepada instansi lainnya seperti Satpol PP, DPRD dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerja sama dalam meminimalisasi perbuatan-perbuatan yang menyalahi hukum dan agama.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan Abdu Rosyad menyesalkan cara-cara siswa merayakan berakhirnya UN. Padahal, mereka sudah memberikan surat edaran kepada seluruh kepala sekolah agar melarang siswa untuk melakukan aksi coret-coretan. "Saya kecewa dengan tingkah laku siswa," kata dia. (sindo)
BERITA TERKAIT :
Mereka didapati sedang berduaan di dalam gubuk yang berukuran panjang dua meter dan lebar satu meter. Saat digelandang polisi, keduanya menangis dan minta tolong agar tidak dibawa ke kantor polisi. Kapolresta Padangsidimpuan AKBP Andy S Taufik mengatakan, polisi memang sengaja mengelar razia usai UN.
Menurut dia, pada tahun sebelumnya, mereka menerima laporan dari salah seorang siswi bahwa dia sudah melakukan perbuatan layaknya suami istri dengan pacarnya setelah mengikui UN. "Makanya, begitu pelaksanaan UN selesai, kami langsung melakukan razia. Intinya untuk menghindari kejadian tahun lalu," ucap dia.
Orangtua siswa pun diminta datang ke Mapolresta Padangsidimpuan. Sebelum orangtua mereka datang, polisi tidak akan melepaskannya. "Tidak ada toleransi, harus orangtua mereka yang menjemput. Tanpa kedatangan orangtua, kami tidak akan lepaskan," tegasnya.
Dia berharap kepada instansi lainnya seperti Satpol PP, DPRD dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerja sama dalam meminimalisasi perbuatan-perbuatan yang menyalahi hukum dan agama.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan Abdu Rosyad menyesalkan cara-cara siswa merayakan berakhirnya UN. Padahal, mereka sudah memberikan surat edaran kepada seluruh kepala sekolah agar melarang siswa untuk melakukan aksi coret-coretan. "Saya kecewa dengan tingkah laku siswa," kata dia. (sindo)
BERITA TERKAIT :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar