PEMILIHAN Umum Kepada Daerah (Pemilukada) Kota Padangsidimpuan sudah diambang pintu. Berbagai aktivitas bergaya pendekatan dan mengambil simpatik masyarakat giat dilakukan.
Masyarakat tenang relijius, damai dan berbudaya itu pun mulai berpikiran macam-macam. Akibat gerakan pasangan calon yang terus menguber dan mengumbar.
Mulai dari tradisi tarombo (silsilah marga-red) menjadi modal cerita melakukan pendekatan kepada warga. Dari sejumlah calon memang belum ada yang nekad menghilangkan marga. Itu salah satu jalan agar masyarakat mengenal silsilahnya.
Kalau ‘mengenalkan’ marga masih lumrah. Meski masyarakat Tapsel, Padangsidimpuan khususnya yang sudah terobsesi dengan gaya hidup perkotaan bakal merasah risih bila partaromboan mencuat ketika ada maunya.
Mereka memaklumi, kalau tokoh yang martarombo itu memang benar-benar jauh hari telah berbuat untuk Kota Padangsidumpan.
Tapi bagi tokoh yang lebih lama menghabiskan usia kehidupannya di luar Kota Padangsidimpuan, ketika ada maunya menjadi Walikota atau Wakil Walikota baru tampak di kota itu— masyarakat pasti menilainya aneh.
Seperti yang terungkap dari salah seorang warga di Kelurahan Sitamiang, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, “molo adong hagiot na, ro ma ia tu sidimpuanon manyulung roha di masyarakat. Bahat do halak mananda ia, katurunan ni pejabat, ro tu hutaon baen adong hagiotna,” kata warga itu.
Ungkapan dengan bahasa Tapsel-Madina yang pengertiannya kira-kira, begitu ada maunya, dia datang ke Sidimpuan mengharap simpatik masyarakat. Banyak orang sebenarnya sudah mengenal dia keturunan pejabat, tapi dia datang karena ada maunya saja.
Kalimat warga yang kerap terdengar di sejumlah lopo (warung kopi) di Kota Padangsidimpuan itu sebenarnya mewakili sikap secara dominan masyarakat Padangsidimpuan.
Perkembangan kecerdasan masyarakat, apalagi untuk yang kesekian kali memberikan hak suaranya bagi penentuan ‘raja’ mereka di Kota Padangsidimpuan tidak gampang dibeli.
Terlebih sang pejabat yang menjadi ayahnya sang calon dulu lebih dikenal masyarakat hanya mengumpul kekayaan dari menguasai kampung itu.
“Molo sannari ia martarombo, mambagi-bagi hepeng, padiar ma. Ise muse naso giot manarimo hepeng. Hepeng nai dibuat, mamilih ia kan, urusan di TPS,” ungkap warga itu lagi.
Maksudnya kira-kira, kalau sekarang dia menjelaskan silsilah marga dan keluarganya, membagi-bagikan uang, biarkan saja. Siapa pula yang tak mau menerima uang kalau diberi. Uangnya diambil, memilih dia itu urusan nanti di TPS.
Berdasarkan catatan, sejumlah pasangan calon Walikota Padangsidimpuan di antaranya memang kalangan keluarga pejabat. Ada yang ayahnya dulu bertugas di Tapsel-Padangsidimpuan. Tapi itu belum tentu mampu menyulam simpatik masyarakat.
Kecerdasan demokrasi masyarakat sebenarnya tidak dapat dibeli dengan sejumlah uang yang dihambur-hamburkan di berbagai titik simpul masyarakat. Mereka sudah lebih tangkas melirik calon yang hanya mau martarombo ketika pencalonan dan seolah-olah paling sosial dan dermawan.
Lebih sensitif lagi masyarakat melihat dari sisi relijiusitas. Mereka juga sudah mengetahui, setidaknya mendengar dari mulut ke mulut yang mana calon ‘raja’ Sidimpuan yang doyan hiburan malam, doyan perempuan pemuas dan doyan narkoba.
Tentunya tiga gaya hidup glamour itu hanya sukses diperankan orang berduit. Hati-hati umbar janji dan pamer uang dalam mencari simpatik masyarakat Kota Padangsidimpuan yang terkenal dengan budaya dan relijiusitasnya.Sumber : Harian Orbit
BERITA TERKAIT :
ANDAR AMIN HARAHAP, CALON WALIKOTA PADANGSIDIMPUAN YANG SANTUN DAN BIJAK
Dedi/Affan Silaturahmi Dengan Masyarakat Kec. Hutaimbaru
Biadab, Ayah dan Saudara Tiri Nikmati Perawan Gadis di Padangsidimpuan
Gepeng menjamur di Padangsidimpuan
PEMILUKADA PADANGSIDIMPUAN,PAN USUNG DEDI-AFFANOPERASI GABUNGAN SATPOL PP PADANGSIDIMPUAN TERTIBKAN PKL
Denpom Tertibkan Anggota TNI di Padangsidimpuan
BERITA TERPOPULER :
PEMILUKADA PADANGSIDIMPUAN,PAN USUNG DEDI-AFFAN
Para Calon Walikota Padangsidimpuan Pamer Uang
OPERASI GABUNGAN SATPOL PP PADANGSIDIMPUAN TERTIBKAN PKL
Denpom Tertibkan Anggota TNI di Padangsidimpuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar