INFO TABAGSEL.com-Umumnya kasus pemerkosaan identik dengan korban yang di bawah umur pelaku. Namun peristiwa kali ini berbeda. Justru anak remaja yang diduga memerkosa nenek-nenek pikun. Adalah Mbah Turina, nama nenek berusia 73 tahun yang hampir jadi korban nafsu warga sekampungnya berinisial AT (16).
Peristiwa menggelikan ini terjadi di belakang rumah korban, di Lingkungan VII, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapteng, Jumat (24/1) sekira pukul 11.15 WIB. Beruntung, aksi AT yang berstatus siswi kelas I SMP itu berhasil digagalkan Mahadan Hulu (46), menantu Mbah Turina yang tinggal serumah dengannya. Usai menggagalkan aksi pemerkosaan itu, AT pun diadukan ke Mapolsek Sibabangun.
“Aku kaget kali waktu itu. Aku lihat ibu mertuaku dibungkukkan dan di goyang-goyang dari belakang. Akupun langsung meloncat dari pintu dapur dan menangkap AT,” tutur Mahadan Hulu yang diwawancarai di kediamnnya, Rabu (29/1).
Mahadan menerangkan, saat itu ia tak pergi kerja karena sedang sakit. Lantas dia tinggal di rumah berdua dengan mertuanya. Kagetnya, saat mengambil air minum ke dapur, dirinya mendengar suara berisik dari belakang rumah. Ternyata setelah diperhatikan dari celah dinding dapurnya yang terbuat dari papan, seorang pria berseragam olah raga SMP yang menyandang rangsel menundukkan kepala mertuanya sambil disandarkan ke batang pohon pinang.
“Waktu kutangkap, dia (AT, red) meronta-ronta ingin melarikan diri. Lantas, aku pegang dengan kuat. Saat itu AT minta-minta maaf. AT lalu kuseret dengan celananya yang masih melorot hingga ke betisnya,”beber Mahadan.
Hal ini juga dibenarkan Abdul Karim (34) yang tinggal persis sekitar 15 meter dari lokasi kejadian. Katanya, kejadian itu persis dia ketahui. Mulai dari AT tiba, hingga menyeret Mbah Turina ke belakang rumah. “Pada saat itu, aku sedang memberi makan ikan di kolam belakang rumahku. Aku lihat AT menghampiri Mbah Turina yang saat itu sedang duduk-duduk di bawah pokok rambutan samping rumahku. Kemudian, AT menarik Mbah Turina ke belakang. Sekitar 5 meter diseret, AT kulihat menggoyang–goyang bokongnya, namun celananya masih dikenakan. Beberapa saat kemudian, AT kembali menyeret Mbah Turina dan menyandarkan ke pohon pinang. Karena aku yakin perbuatan itu tak lazim, aku lari ke depan dengan maksud memanggil Mahadan agar ada orang lain yang menyaksikan perbuatan itu. Tak taunya, begitu aku sampai di pintu depan rumah Mahadan, kudengar Mahadan berteriak. Ternyata saat itu Mahadan sudah menangkap AT,” terangnya.
Masih kata Abdul, setelah AT ditangkap, mereka memanggil warga lainnya dan juga kepala Lingkungan setempat. AT didudukkan di teras rumah mereka dan kemudian memanggil orangtuanya. “Persis di teras rumah ini kami dudukkan AT, turut hadir Kepala Lingkungan VII, beberapa tetangga lainnya dan juga NT (40) orang tua AT. Akupun menjelaskan kejadian yang aku saksikan. Setelah itu, DT menanyakan kebenaran apa yang kuceritakan kepada anaknya AT. Saat itu AT mengakui perbuatannya. Begitu AT mengaku, ayahnya DT langsung marah dan memaki-maki AT. Mungkin karena kecewa dengan tingkah anaknya, DT pergi sambil mengatakan, terserah kalianlah mau kalian apakan dia,” kenang Abdul mengulang ucapan DT saat itu.
Tapi tak lama berselang, keluarga DT malah tak terima anaknya dituduh melakukan pemerkosaan terhadap Mbah Turinah. Justru pihaknya malah mengadu balik ke Mapolsek Sibabangun dengan alasan anaknya AT dianiaya. DT yang diwawancarai di kediamannya, Rabu (29/1) mengaku kalau tuduhan pemerkosaan yang dilakukan anaknya AT itu tak benar.
“Pengakuan anakku AT, saat itu dia baru pulang sekolah berjalan kaki melewati rumah kediaman Mbah Turina. Karena kebelet kencing, AT pergi ke belakang rumah Abdul Karim. Tak taunya, pas buka celana, Mbah Turina datang menghampiri dan bilang, ‘jangan tutup celanamu’ katanya sambil mencoba meraih kemaluan anakku. Tak taunya Mahadan melihat itu dan mengira anakku akan memperkosa,” tutur DT. Diterangkan DT, pada saat Mahadan datang, saat itulah hidung anaknya AT ditonjok.
“Bayangkanlah, ibu itu (Mbah Turina-red) tidak waras. Kemudian, Mbah Turina itu sudah tua, manalah mungkin anakku memerkosanya. Akupun bingung dengan mereka. Awalnya sudah sepakat berdamai, tak taunya melapor ke polisi, makanya kami melapor juga,” pungkasnya.
Info yang diketahui, Mbah Turina nenek 12 cucu itu sudah lama dinyatakan kurang waras. Hal itu diakui Mahadan dan istrinya. Meski demikian, sebagai anak mereka tak terima orangtuanya diperlakukan tak senonoh. “Memang ibu (Mbah Turina-red) sudah lama ada kelainan jiwa. Meski demikian, dia tetap orangtua kami. Tak mungkin kami biarkan orang lain berbuat sesukanya. Terkait tudingan kalau saya memukul AT, itu tak benar. Begitu kejadian, saya hanya menangkap AT. Itupun menangkap kedua tali ranselnya agar AT tak bisa kabur. Kemudian pada saat kami pertemukan dengan warga, kepling, dan orangtuanya, tak ada luka di hidung AT. Justru kami dapat informasi, kalau AT dipukuli bapaknya di rumah. Ini ada surat pernyataan bermaterai dari tetangganya bernama Ujang Rohim yang melihat bahwa AT dipukuli bapaknya sore setelah kami ketangkap. Jangan masalah ini dipelintir,” tutur Mahadan didampingi istrinya dan beberapa warga lainnya yang di konfirmasi balik.
Dikatakan, AT merupakan anak yang lamban. Katanya, saat ini AT masih duduk di bangku kelas I SMP, sedangkan usianya sudah 16 tahun. “Aturanya AT sudah duduk di bangku kelas 1 SMA. Tapi karena sering tinggal kelas, sampai sekarang baru kelas 1 SMP,” bebernya.
Terpisah, Kapolsek Sibabangun, Ipda Lim Okto Simanungkalit membenarkan adanya pengaduan dari kedua belah pihak. Namun hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman dengan memeriksa saksi-saksi. “Pengaduan kedau belah pihak telah kita terima dan kita dalami. Jano anak dari Mbah Turina membuat pengaduan tindak pidana percobaan pemerkosaan atau percabulan terhadap terlapor AT. Kemudian NT balik mengadukan Mahadan Hulu menantu dari Mbah Turina atas tindak pidana penganiayaan terhadap anaknya AT. Namun hingga kini belum kita tetapkan tersangka, karena masih dalam tahap pemeriksaan saksi-saksi. Kita berharap, siapa yang kita panmggil sebagai saksi segera datang dan memberikan keterangan dengan benar,”pungkasnya.(Sumutpos)
Peristiwa menggelikan ini terjadi di belakang rumah korban, di Lingkungan VII, Kel. Sibabangun, Kec. Sibabangun, Tapteng, Jumat (24/1) sekira pukul 11.15 WIB. Beruntung, aksi AT yang berstatus siswi kelas I SMP itu berhasil digagalkan Mahadan Hulu (46), menantu Mbah Turina yang tinggal serumah dengannya. Usai menggagalkan aksi pemerkosaan itu, AT pun diadukan ke Mapolsek Sibabangun.
“Aku kaget kali waktu itu. Aku lihat ibu mertuaku dibungkukkan dan di goyang-goyang dari belakang. Akupun langsung meloncat dari pintu dapur dan menangkap AT,” tutur Mahadan Hulu yang diwawancarai di kediamnnya, Rabu (29/1).
Mahadan menerangkan, saat itu ia tak pergi kerja karena sedang sakit. Lantas dia tinggal di rumah berdua dengan mertuanya. Kagetnya, saat mengambil air minum ke dapur, dirinya mendengar suara berisik dari belakang rumah. Ternyata setelah diperhatikan dari celah dinding dapurnya yang terbuat dari papan, seorang pria berseragam olah raga SMP yang menyandang rangsel menundukkan kepala mertuanya sambil disandarkan ke batang pohon pinang.
“Waktu kutangkap, dia (AT, red) meronta-ronta ingin melarikan diri. Lantas, aku pegang dengan kuat. Saat itu AT minta-minta maaf. AT lalu kuseret dengan celananya yang masih melorot hingga ke betisnya,”beber Mahadan.
Hal ini juga dibenarkan Abdul Karim (34) yang tinggal persis sekitar 15 meter dari lokasi kejadian. Katanya, kejadian itu persis dia ketahui. Mulai dari AT tiba, hingga menyeret Mbah Turina ke belakang rumah. “Pada saat itu, aku sedang memberi makan ikan di kolam belakang rumahku. Aku lihat AT menghampiri Mbah Turina yang saat itu sedang duduk-duduk di bawah pokok rambutan samping rumahku. Kemudian, AT menarik Mbah Turina ke belakang. Sekitar 5 meter diseret, AT kulihat menggoyang–goyang bokongnya, namun celananya masih dikenakan. Beberapa saat kemudian, AT kembali menyeret Mbah Turina dan menyandarkan ke pohon pinang. Karena aku yakin perbuatan itu tak lazim, aku lari ke depan dengan maksud memanggil Mahadan agar ada orang lain yang menyaksikan perbuatan itu. Tak taunya, begitu aku sampai di pintu depan rumah Mahadan, kudengar Mahadan berteriak. Ternyata saat itu Mahadan sudah menangkap AT,” terangnya.
Masih kata Abdul, setelah AT ditangkap, mereka memanggil warga lainnya dan juga kepala Lingkungan setempat. AT didudukkan di teras rumah mereka dan kemudian memanggil orangtuanya. “Persis di teras rumah ini kami dudukkan AT, turut hadir Kepala Lingkungan VII, beberapa tetangga lainnya dan juga NT (40) orang tua AT. Akupun menjelaskan kejadian yang aku saksikan. Setelah itu, DT menanyakan kebenaran apa yang kuceritakan kepada anaknya AT. Saat itu AT mengakui perbuatannya. Begitu AT mengaku, ayahnya DT langsung marah dan memaki-maki AT. Mungkin karena kecewa dengan tingkah anaknya, DT pergi sambil mengatakan, terserah kalianlah mau kalian apakan dia,” kenang Abdul mengulang ucapan DT saat itu.
Tapi tak lama berselang, keluarga DT malah tak terima anaknya dituduh melakukan pemerkosaan terhadap Mbah Turinah. Justru pihaknya malah mengadu balik ke Mapolsek Sibabangun dengan alasan anaknya AT dianiaya. DT yang diwawancarai di kediamannya, Rabu (29/1) mengaku kalau tuduhan pemerkosaan yang dilakukan anaknya AT itu tak benar.
“Pengakuan anakku AT, saat itu dia baru pulang sekolah berjalan kaki melewati rumah kediaman Mbah Turina. Karena kebelet kencing, AT pergi ke belakang rumah Abdul Karim. Tak taunya, pas buka celana, Mbah Turina datang menghampiri dan bilang, ‘jangan tutup celanamu’ katanya sambil mencoba meraih kemaluan anakku. Tak taunya Mahadan melihat itu dan mengira anakku akan memperkosa,” tutur DT. Diterangkan DT, pada saat Mahadan datang, saat itulah hidung anaknya AT ditonjok.
“Bayangkanlah, ibu itu (Mbah Turina-red) tidak waras. Kemudian, Mbah Turina itu sudah tua, manalah mungkin anakku memerkosanya. Akupun bingung dengan mereka. Awalnya sudah sepakat berdamai, tak taunya melapor ke polisi, makanya kami melapor juga,” pungkasnya.
Info yang diketahui, Mbah Turina nenek 12 cucu itu sudah lama dinyatakan kurang waras. Hal itu diakui Mahadan dan istrinya. Meski demikian, sebagai anak mereka tak terima orangtuanya diperlakukan tak senonoh. “Memang ibu (Mbah Turina-red) sudah lama ada kelainan jiwa. Meski demikian, dia tetap orangtua kami. Tak mungkin kami biarkan orang lain berbuat sesukanya. Terkait tudingan kalau saya memukul AT, itu tak benar. Begitu kejadian, saya hanya menangkap AT. Itupun menangkap kedua tali ranselnya agar AT tak bisa kabur. Kemudian pada saat kami pertemukan dengan warga, kepling, dan orangtuanya, tak ada luka di hidung AT. Justru kami dapat informasi, kalau AT dipukuli bapaknya di rumah. Ini ada surat pernyataan bermaterai dari tetangganya bernama Ujang Rohim yang melihat bahwa AT dipukuli bapaknya sore setelah kami ketangkap. Jangan masalah ini dipelintir,” tutur Mahadan didampingi istrinya dan beberapa warga lainnya yang di konfirmasi balik.
Dikatakan, AT merupakan anak yang lamban. Katanya, saat ini AT masih duduk di bangku kelas I SMP, sedangkan usianya sudah 16 tahun. “Aturanya AT sudah duduk di bangku kelas 1 SMA. Tapi karena sering tinggal kelas, sampai sekarang baru kelas 1 SMP,” bebernya.
Terpisah, Kapolsek Sibabangun, Ipda Lim Okto Simanungkalit membenarkan adanya pengaduan dari kedua belah pihak. Namun hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman dengan memeriksa saksi-saksi. “Pengaduan kedau belah pihak telah kita terima dan kita dalami. Jano anak dari Mbah Turina membuat pengaduan tindak pidana percobaan pemerkosaan atau percabulan terhadap terlapor AT. Kemudian NT balik mengadukan Mahadan Hulu menantu dari Mbah Turina atas tindak pidana penganiayaan terhadap anaknya AT. Namun hingga kini belum kita tetapkan tersangka, karena masih dalam tahap pemeriksaan saksi-saksi. Kita berharap, siapa yang kita panmggil sebagai saksi segera datang dan memberikan keterangan dengan benar,”pungkasnya.(Sumutpos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar