INFO TABAGSEL.com-Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto menegaskan bahwa dirinya tak pernah menyebut nama Rhoma Irama dalam acara debat kandidat Calon Presiden di Gedung LIPI, Sabtu (13/12).
"Saya tidak pernah menyebut nama kontestan atau kandidat yang masuk bursa calon presiden dalam acara itu, termasuk Rhoma Irama," ujarnya ketika ditemui wartawan di sela-sela menghadiri Upacara Hari Juang Kartika di Lapangan Makodam V/Brawijaya, Surabaya, Minggu.
Menyindir dan menyinggung kandidat lain, kata Wiranto, dinilai bukan wataknya selama ini. Pihaknya meminta agar persoalan ini segera diselesaikan dan tidak berlanjtut menjadi polemik berkepanjangan seperti beberapa hari terakhir.
"Ini harus di-clear-kan karena salah persepsi. Sekali lagi, saya tidak pernah menyindir apalagi menyinggung seniman manapun, seperti Rhoma Irama maupun kandidat-kandidat lainnya," kata mantan Panglima TNI tersebut.
Purnawirawan jenderal bintang empat itu menjelaskan bahwa di negeri ini pihaknya selalu mengedepankan dan menjalin persatuan, bukan malah membuka konflik. Wiranto berharap persoalan ini segera selesai dan tidak berkepanjangan.
"Negeri ini menjalin persatuan dan kesatuan. Saya tidak mungkin menghina dan meremehkan orang lain dan tidak berbicara soal orang per orang. Waktu itu saya sedang ceramah tentang kajian politis intelektual di LIPI," katanya.
Sebelumnya, Wiranto sempat berbicara tentang kualitas sejumlah tokoh yang disebut-sebut bakal bertarung sebagai calon presiden 2014. Menurut dia, kualitas dan latar belakang seseorang menjadi syarat mutlak maju sebagai capres.
"Sekarang ini penyanyi dangdut dijadikan calon presiden. Ada lagi pelawak. Nanti lama-lama pemain akrobat juga dicalonkan jadi presiden. Makanya yang korupsi jalan terus," kata Wiranto dalam acara debat kandidat tersebut.
Pernyataan Wiranto ini secara tidak langsung dinilai menyindir Raja Dangdut Rhoma Irama yang menjadi salah satu bakal capres Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Wiranto mengatakan penunjukan calon pemimpin yang tidak kompeten menjadi sumber permasalahan bangsa. Sayangnya pola rekrutmen yang tak berbasis kompetensi marak dilakukan partai politik.
Latar belakang pendidikan formal calon presiden juga tak lepas dari kritik. Wiranto menyesalkan undang-undang hanya mensyaratkan calon presiden minimal lulusan SMA atau sederajat.
"Saya tidak pernah menyebut nama kontestan atau kandidat yang masuk bursa calon presiden dalam acara itu, termasuk Rhoma Irama," ujarnya ketika ditemui wartawan di sela-sela menghadiri Upacara Hari Juang Kartika di Lapangan Makodam V/Brawijaya, Surabaya, Minggu.
Menyindir dan menyinggung kandidat lain, kata Wiranto, dinilai bukan wataknya selama ini. Pihaknya meminta agar persoalan ini segera diselesaikan dan tidak berlanjtut menjadi polemik berkepanjangan seperti beberapa hari terakhir.
"Ini harus di-clear-kan karena salah persepsi. Sekali lagi, saya tidak pernah menyindir apalagi menyinggung seniman manapun, seperti Rhoma Irama maupun kandidat-kandidat lainnya," kata mantan Panglima TNI tersebut.
Purnawirawan jenderal bintang empat itu menjelaskan bahwa di negeri ini pihaknya selalu mengedepankan dan menjalin persatuan, bukan malah membuka konflik. Wiranto berharap persoalan ini segera selesai dan tidak berkepanjangan.
"Negeri ini menjalin persatuan dan kesatuan. Saya tidak mungkin menghina dan meremehkan orang lain dan tidak berbicara soal orang per orang. Waktu itu saya sedang ceramah tentang kajian politis intelektual di LIPI," katanya.
Sebelumnya, Wiranto sempat berbicara tentang kualitas sejumlah tokoh yang disebut-sebut bakal bertarung sebagai calon presiden 2014. Menurut dia, kualitas dan latar belakang seseorang menjadi syarat mutlak maju sebagai capres.
"Sekarang ini penyanyi dangdut dijadikan calon presiden. Ada lagi pelawak. Nanti lama-lama pemain akrobat juga dicalonkan jadi presiden. Makanya yang korupsi jalan terus," kata Wiranto dalam acara debat kandidat tersebut.
Pernyataan Wiranto ini secara tidak langsung dinilai menyindir Raja Dangdut Rhoma Irama yang menjadi salah satu bakal capres Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Wiranto mengatakan penunjukan calon pemimpin yang tidak kompeten menjadi sumber permasalahan bangsa. Sayangnya pola rekrutmen yang tak berbasis kompetensi marak dilakukan partai politik.
Latar belakang pendidikan formal calon presiden juga tak lepas dari kritik. Wiranto menyesalkan undang-undang hanya mensyaratkan calon presiden minimal lulusan SMA atau sederajat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar