DAFTAR BERITA

Senin, 27 Mei 2013

Indonesia Mendapat Penghargaan FAO

Wapres Boediono, dan Direktur Jenderal FAO Jose Graziano Da Silva  
INFO TABAGSEL.com-Indonesia akan menjadi salah satu dari 35 negara yang menerima penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agricultural Organization, FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa pertengahan Juni mendatang. Direktur Jenderal FAO Jose Graziano Da Silva mengatakan, penghargaan itu diberikan kepada Indonesia atas keberhasilan sebagian target Tujuan Pembangunan Milenium (MIllenium Development Goals, MDG) lebih awal dari waktunya.

“Indonesia dianggap berhasil mengurangi jumlah populasi penduduk kekurangan gizi yang mencapai 20% pada 1999 hingga di tingkat kurang dari 9% tahun ini. Selain itu Indonesia juga dianggap berhasil mengkombinasikan program peningkatan produksi makanan dan pemberian proteksi sosial kepada yang mereka membutuhkan sekaligus,” kata Da Silva dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono di kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta 27 Mei 2013.

Kehadiran Da Silva di Jakarta antara lain dalam rangka menyampaikan undangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono agar perwakilan dari Indonesia bisa menerima penghargaan tersebut di kantor pusat FAO di Roma, Italia. Hadir bersama Dirjen FAO tersebut adalah Direktur Pengelolaan Perikanan Tangkap, Pengembangan Budidaya Perikanan dan Penerapan Teknologi Penangkapan Ikan di Perairan Laut & Air Tawar FAO Indroyono Susilo; perwakilan FAO di Indonesia Mustafa Imir, serta Kepala Kerjasama dan Advokasi FAO Rodrigo Castaneda.

Menurut Da Silva, prestasi Indonesia dan ke-34 negara tesebut dilakukan sebelum target MDG yang ditetapkan bersama yakni 2015. “Indonesia adalah kisah sukses dimana bukan saja jumlah pangan ditingkatkan, tapi juga akses terhadap pangan,” katanya. Dalam penghargaan itu, Indonesia juga diundang untuk berbagi kisah sukses tersebut kepada negara-negara lain dalam sesi pembicaraan yang akan digelar bersamaan di Roma nanti.

Wapres Boediono menyambut baik kehadiran Da Silva. FAO, menurutnya, telah lama berada di Indonesia dan ia menyambut baik kerjasama lebih lanjut dan lebih erat dengan FAO, terutama masalah ketahanan pangan. Dalam isu tersebut, yang penting bukan saja ketersediaan pangan tapi juga keanekaragaman pangan.

Wapres memandang tanah air Indonesia sangat potensial untuk memasok kebutuhan ketersediaan pangan dalam negeri dan bahkan membantu memasok kebutuhan dunia. Namun untuk melakukannya dibutuhkan dukungan tekhnologi, infrastruktur dan perumusan kebijakan yang tepat. “Kerjasama dengan FAO akan sangat menguntungkan dimana kita bisa saling belajar memadukan dan memajukan itu semua,” kata Wapres Boediono.

Dalam hal proteksi sosial, Wapres mengatakan bahwa yang paling utama dipikirkan adalah bagaimana program-program perlindungan sosial diberikan dalam konsep keberlanjutan. Sehingga, proteksi yang diberikan tak saja menjadi pelindung pada suatu masa tapi juga meningkatkan kapasitas yang dibantu dalam jangka panjang.

Dalam kesempatan itu Da Silva juga meminta perhatian bagi proyek Agricultural Market Information System; organ yang dibentuk atas mandat negara-negara G20 dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya. Ia berharap Indonesia bisa memainkan peran penting dalam pembentukan unit yang akan menyediakan informasi komoditas dan statistiknya bagi kepentingan pasar dunia.

“Kecepatan dan ketepatan informasi komoditi sangat penting bagi pasar global saat ini. Apalagi mengingat posisi penting Indonesia sebagai negara produsen komoditas pertanian ke-10 di dunia,” katanya.

Saat ini FAO memiliki sejumlah proyek kerjasama dengan pemerintah Indonesia, yang terbesar adalah proyek penanganan flu burung. Da Silva mengatakan bahwa hanya kurang dari 10% konsultan yang berasal dari kalangan internasional, sisanya dipenuhi oleh para ahli-ahli agricultural dan ilmuwan Indonesia sendiri. “Kapasitas tenaga dan ilmuwan Indonesia sangat membanggakan,” kata perwakilan FAO di Indonesia Mustafa Imir.

Dalam hal perikanan, Direktur Pengelolaan Perikanan FAO Indroyono Susilo mengatakan bahwa pada tahun ini saja terdapat 18 proyek kerjasama yang berhubungan dengan perikanan antara Indonesia dan FAO. Ia berharap peningkatan hubungan dalam konteks perikanan dan kelautan akan semakin erat digalang mengingat sumber daya Indonesia yang sangat luas. “Indonesia memasok 15% kebutuhan tuna di dunia,” kata mantan pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Sekretaris Menko Kesra yang menempati posisi internasionalnya pada akhir tahun lalu tersebut.

Kerjasama perikanan tersebut akan semakin dilanjutkan di masa depan, selain juga penanggulangan penyakit menular antar negara serta kerjasama selatan-selatan. FAO berharap kantor FAO di Indonesia bisa digunakan sebagai kantor pusat regional yang akan menjadi pusat kerjasama pangan dan pertanian bagi negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara maritime di samudera Pasifik.

Tidak ada komentar: