DAFTAR BERITA

Selasa, 26 Februari 2013

Sebut Angota TNI tidur dan nongkrong, wajar ditembak,Pigai harus minta maaf

Kapuspen TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul.

Cilangkap, Jakarta Timur (ANTARA News) - "Natalius Pigai harus minta maaf secara nasional atas pernyataannya tempo hari tentang penembakan delapan prajurit kita di Papua," katam Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana TNI Iskandar Sitompul, di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.

Tuntutan TNI itu, katanya, menimbulkan keresahan di berbagai kalangan. "Bayangkan, keluarga mereka ditinggal ke tempat penugasan berbulan-bulan dan bahkan bilangan tahun, kok masih dibilang seperti itu," katanya.

Markas Besar TNI, kata Sitompul, di sisi lain juga menjamin tidak akan membalas dendam atas kematian delapan personelnya.

TNI, katanya, sangat menyayangkan pernyataan terbuka anggota Komisi Nasional HAM itu, Natalius Pigai, sesaat setelah terjadi penyerbuan dan penembakan berujung kematian delapan personel TNI AD dan empat warga sipil, Jumat (22/2).

Pigai, sebelumnya menyatakan kepada pers, "Para anggota TNI yang menjadi korban penembakan kelompok sipil bersenjata di Papua karena lalai menjalankan tugas. Sisanya pada tidur dan nongkrong, wajar ditembak."

Keberadaan dan penugasan personel TNI AD di Papua, kata Sitompul, secara umum terbagi menjadi penugasan di daerah rawan dan kewilayahan. Personel Batalion Infantri 753/Arga Viratama yang diserang di Distrik Sinak, Papua, pada pukul 08.30 WIT Jumat (22/2), dalam status Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-PNG Markas Besar TNI.

Sedangkan tujuh personel TNI AD yang tewas dalam perjalanan menuju bandar udara untuk mengambil logistik, merupakan anggota komando teritorial setempat, bertanggung jawab pada Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih.

Secara keseluruhan, delapan personel TNI AD dan empat warga sipil tewas. Korban luka tembak serius meliputi dua perwira TNI AD, dua perwira TNI AU, plus seorang warga sipil yang saat ini dalam keadaan kritis.

Mereka adalah Sersan Satu Ramadhan, Sersan Satu M Udin, Sersan Satu Frans Hera, Prajurit Satu Mustofa, Prajurit Satu Ebi Juliana, Prajurit Kepala Jojon Wihardjo, dan Prajurit Kepala Wemprit Tamahihu. Semuanya anggota Komando Rayon Militer dari Komando Distrik Militer 1714/Puncak Jaya, yang diserang pada pukul 10.30 WIT dalam perjalanan mereka ke Bandara Sinak, Papua. 

Saat diserang di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, itu mereka tidak bersenjata sebagaimana empat warga sipil, yaitu Yohanis Palimbong, Markus Cavin, Uly, dan Rudy. Seorang warga sipil lain, Yohanis Djoni, terluka dan saat ini kritis. 

Sejam sebelumnya, para pukul 09.30 WIT, penyerangan bersenjata juga terjadi di Pos Tinggi Nambut, Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-PNG Markas Besar TNI, yang saat ini berasal dari Batalion Infantri 753/Arga Viratama. (*)

Komandan pos di Distrik Tingginambut itu, Letnan Satu Infantri Reza, terluka tembak. Sedangkan anggotanya, Prajurit Satu Wahyu Prabowo, tewas di tempat. Reza selamat sebagaimana rekannya, Letnan Satu Infantri Yohanis Djoni. (*)

Tidak ada komentar: