Jakarta (ANTARA News)- Gangguan jiwa di Indonesia seringkali dipandang sebagai sesuatu penyakit yang tidak nyata sehingga jalannya panjang untuk membantu orang-orang yang terjangkit penyakit tersebut dengan perawatan dan memerangi stigma.

Anggota Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Bagus Utomo, kepada pers di Jakarta, Rabu, mengatakan untuk mengatasi gangguan penyakit jiwa, maka KPSI akan memberikan informasi tentang skizofrenia dan dukungan komunitas untuk para pasien dan keluarga mereka.

Apalagi misi organisasi tersebut adalah untuk mendidik para pasien, perawat, dan masyarakat mengenai penyakit tersebut dan untuk memerangi stigma yang ada secara aktif, katanya.

KPSI, menurut Bagus Utomo, akan memulai dari situs web kemudian menambah sebuah kelompok yang berdedikasi pada suatu mesin pencari yang populer dan saat ini paling sering berkomunikasi melalui halaman Facebook dengan lebih dari 5.500 pengguna melalui Twitter.

Melalui upaya ini, penderita skizofrenia terhubung kepada kelompok pendukung, lokakarya kesehatan jiwa dan kegiatan terapi, termasuk menggambar, olahraga, dan nonton film.

KPSI secara teratur menyelenggarakan kegiatan dan pertemuan untuk mereka yang terkena dampak skizofrenia di Jakarta, maupun di daerah perkotaan dan pedesaan di seluruh Indonesia, tuturnya.

Bagus Utomo mengatakan, KPSI juga bekerja sebagai penghubung antarkomunitas, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah untuk meninngkatkan pengetahuan tentang perawatan yang tepat bagi skizofrenia dan bagaimana stigma kesehatan jiwa dapat berdampak buruk.

KPSI merupakan organisasi nirlaba yang diakui pemerintah yang membantu penderita penyakit skizofrenia maupun perawatan mereka, tegasnya.



Raih penghargaan

Aktifitas tersebut, Bagus mendapat penghargaan pertama Dr. Guislain untuk Breaking the Chains of Stigma.

Penghargaan itu diperoleh Bagus Utomo termotivasi oleh gangguan jiwa yang dialami kakaknya yang memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk memerangi stigma penyakit skizofrenia.

Bagus Utomo melakukan upayanya melalui organisasinya KPSI sehingga berhasil meraih penghargaan itu yang merupakan proyek kerja sama antara Museum Dr Guislain dan Janssen Research & Development, LLC.

Ia mengatakan, lebih dari 10 tahun melakukan perawatan terhadap kakaknya itu.

"Kami mengalami frustasi berat, karena itu saya mulai mencari informasi sendiri secara online dan membuat situs web yang pertama," ucapnya.

"Saya berusaha untuk memberi pencerahan dan pengharapan kepada mereka yang menderita skizofrenia dan stigma yang berhubungan dengan penyakit tersebut," tambahnya.

Akibatnya Jannsen memberi bantuan dana dan dukungan terkait program tersebut. Pemenang penghargaan tersebut mendapat hadiah sebesar 50.000 dolar AS yang harus digunakan untuk melanjutkan pekerjaan mengurangi stigma sosial tentang kesehatan jiwa dan gangguan otak.

Bagus Utomo mengatakan, teknologi merupakan kunci keberhasilan bagi organisasi KPSI sejauh ini.

" Dengan mendapat penghargaan tersebut maka KPSI akan terus membangun situs web baru dengan informasi yang lebih banyak lagi, melibatkan lebih banyak tenaga kesehatan dan kelompok pendukung," ucapnya.

Kemajuan yang telah terlihat selama 12 tahun ini akan memberi harapan bahwa pada suatu saat nanti kita hidup di dunia yang tidak ada stigma kesehatan jiwa lagi, demikian Bagus Utomo.