Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (*)
Wakil Ketua DPRD Sumut Ir H Chaidir Ritonga MM memilih pulang kampung dengan meninggalkan kenikmatan dan kenyamanan kehidupan di Medan. Chaidir bersama Wakil Wali Kota Padangsidimpuan H Mara Gunung Harahap SE MM pun memantapkan diri memenangkan bursa pemilihan kepala daerah di Padangsidimpuan.
BAGI Chaidir Ritonga, keinginan memimpin Kota Padangsidimpuan sebagai wali kota periode 2013-2018 adalah sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada daerah dan masyarakat Padangsidimpuan. Sebab ‘Kota Salak’ sangat bersejarah bagi perkembangan kehidupan Chaidir beserta keluarga besarnya.
Berasal dari Ulu Mamis, Saipar Dolok Hole Tapsel hijrah ke Sipetang kemudian hijrah lagi Simpang Silangge, Sipirok, dan di usia 2 tahun pada 1964, dia kemudian hijrah lagi ke Padangsidimpuan.
Menurut Chaidir saat menggelar silaturahmi dengan warga di Padangsidimpuan kemarin, keinginannya memimpin Kota Padangsidimpuan karena dua alasan. “Ini sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Kota Padangsidimpuan yang telah membesarkan dan meng antarkan saya menjadi pengusaha dan Wakil Ketua DPRD Sumut, selain itu juga berhasil meraih jenjang pendidikan S1 (IPB), S2 (USU) dan S3 (USU). Satu alasan yang lain yakni ingin berprestasi,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut kelahiran tahun 1962 ini mengungkapkan alasan harus berterimakasih pada Padangsidimpuan. “Kita dibawa berpindah-pindah oleh orangtua mulai dari Desa Ulu Manis di Tapsel, pindah ke Sipetang di Taput lalu hijrah ke Simpang Silangge, Kecamatan Sipirok (Tapsel),” rinci Chaidir.
Ketua Ikatan Alumni SMA Negeri 3 Padangsidimpuan ini bercerita dari Tapsel saat dirinya berusia dua tahun kemudian hijrah di Padangsidimpuan. “Kota Padangsidimpuan sebagai kota bertuah buat kami sekeluarga. Apalagi buat saya pribadi,” imbuh alumni S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) dan S-2 Universitas Sumatera Utara (USU).
Chaidir yang juga mahasiswa S-3 USU menambahkan, prestasi sekolah pun semakin gemilang baik di SMP dan SMA. Bahkan saat sekolah di SMA Negeri 3 Padangsidimpuan pernah menjadi juara umum hingga dapat beasiswa dan bebas testing di IPB.
“Kota Padangsidimpuan memberikan kesempatan kepada kami mengenyam kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang baik dan berbagai kesempatan yang baik, sebagai warga Sidimpuan maupun sebagai perantau. Saya sangat bersyukur menerima anugerah dan rezeki yang tidak putus-putus, baik sebagai pengusaha kecil maupun sebagai pejabat publik, Wakil Ketua DPRD Sumut,” ucapnya.
Kalau tidak hijrah ke Padangsidimpuan, lanjut dia, mungkin jalan hidup Chaidir belum tentu seperti sekarang. Chaidir Ritonga mengesampingkan berbagai tawaran dan pilihan berkarir di tingkat provinsi atau lainnya. “Saya ingin berterima kasih kepada Padangsidimpuan dengan ikut Pilkada Kota Padangsidimpuan,” tegasnya.
Ketua Himpunan Alumni IPB Sumut yang juga Ketua Umum Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) se Indonesia itu berujar, selain ingin berterimakasih juga ingin berprestasi membangun Kota Padangsidimpuan menjadi lebih baik. ‘’Lebih-lebih Padangsidimpuan dewasa ini tengah menghadapi masalah keuangan dimana belanja tidak langsung (gaji pegawai dan belanja rutin) menelan 70 persen dari APBD Padangsidimpuan. Padahal seharusnya hanya dibolehkan 40 persen. Jadi saat ini hanya 30 persen APBD bisa dipakai untuk Belanja Langsung atau untuk pembangunan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,’’ katanya.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak sehat, tidak baik dan tidak bisa dibiarkan karena akan makin memperparah kemiskinan, menambah jumlah pengangguran dan tidak adanya kesempatan berusaha yang cukup dan memadai. “Karenanya saya ing in menunjukkan prestasi dengan menjadi ‘Pemimpin’ bagi Padangsidimpuan, kalau diberikan kepercayaan oleh warga Sidimpuan dan diijabah oleh Allah SWT. Menjadi pemimpin formal sebagai wali kota yang akan menjalankan pemerintahan bersama DPRD Kota Padangsidimpuan serta menjadi Pemimpin Informal sebagai ‘Hatobangon’, yang bisa mengayomi masyarakat yang butuh perhatian sebagai Pemangku adat dan budaya Angkola-Mandailing yang diwariskan leluhur, yang tidak tersurat akan tetapi tersirat dalam ‘Surat Tumbaga Holing’ Dalihan Natolu,’’ harapnya.
Dewasa ini, kata Chaidir, setelah puluhan tahun menjadi Ibukota de jure Tapanuli Selatan (Tapsel), sekarang Padangsidimpuan pada hakikatnya adalah Ibukota de facto Tapanuli Bagian Selatan yang terdiri atas Tapsel, Madina, Paluta dan Palas. Posisi historis yang strategis ini harus dioptimalkan bagi Sidimpuan yang lebih baik.Dengan posisi yang sangat strategis, Padangsidimpuan sangat mungkin dijadikan sebagai Kota Jasa (The Service City) yang diharapkan melayani empat Kabupaten disekitarnya.
Selain sebagai Ibukota bagi Budaya Angkola-Mandailing sebagai kearifan lokal, jelas dia, Sidimpuan juga harus mampu menawarkan jasa perdagangan, industri, perhotelan, perkantoran dan jasa properti lainnya. Tentu saja Sidimpuan harus mampu juga menyediakan sarana pendidikan, kesehatan, pusat pelatihan dan perhelatan olahraga serta sarana hiburan yang sehat mulai dari hiburan rakyat hingga hiburan yang berbasis edukasi dan lingkungan yang baik.
Ia mengingatkan tidak kalah penting harus dibangun kerjasama dengan semua pemangku kepentingan di birokrasi, dunia usaha, serta putra daerah yang bersedia turut berpartisipasi membangun bandara alternatif yang lebih dekat dan lebih baik. ‘’Selama ini banyak sekali putra daerah Sidimpuan yang ingin berpartisipasi membangun, tetapi tidak mendapat sambutan bahkan tidak bisa sekadar mengakses wali kota yang nampaknya resisten dengan ide-ide dan gagasan yang inovatif,’’ katanya.
Chaidir sangat meyakini, Sidimpuan tidak hanya akan bisa dibuat menjadi kota jasa yang baik, melainkan juga akan memenuhi persyaratan menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang telah disetujui oleh DPRD Sumut. Melalui semangat ingin berterimakasih dan berprestasi, Chaidir bertekad bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas mewujudkan cita-cita itu. “Saya bertekad mewakafkan usia saya 5 tahun ke depan bagi membuat Sidimpuan yang lebih baik melalui kerja keras, kerja cerdas dengan sepenuh hati”, ujarnya mantap.
Pengalaman menaikkan APBD Provinsi Sumatera Utara dari Rp3,8 triliun menjadi Rp7,6 trilun dalam dua tahun bersama anggota DPRD Sumut lainnya, serta menyetujui pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara yang terdiri atas Padangsidimpuan, Tapsel, Madina, Paluta dan Palas diyakini akan menjadi solusi bagi mengatasi masalah keuangan yang membebani APBD Padangsidimpuan bahkan menjadi solusi bagi percepatan pembangunan Padangsidimpuan menjadi lebih baik bahkan menjadi memenuhi syarat menjadi Ibukota Provinsi Sumatera Tenggara. (SUMUT POS)
Berita Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar