INFO TABAGSEL.com-Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air Singapura Vivian Balakrishnan gusar dan menyampaikan kekhawatirannya akan datangnya kabut asap dari Sumatera. Vivian pun mengungkapkan kegusarannya lewat Facebook.
"Lagi-lagi titik api meningkat secara drastis di Sumatera, hari ini yang tampak ada 458 titik api. Kabut diprediksi bisa lebih parah saat angin melemah pekan depan. Diperkirakan ada hujan, namun tidak cukup memadamkan api," tulis Balakrishnan, seperti dimuat Channel News Asia, Rabu (12/2/2014).
"Kami akan mencoba mengimbau mereka (Indonesia) untuk bertindak. Namun kita semua tahu bahwa kenyamanan tetangga dekat bukanlah prioritas mereka. Inilah bukti betapa pahitnya politik regional," imbuh dia.
Komentar Viviani ini muncul setelah adanya peringatan dari perusahaan pulp dan kertas Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) yang menyatakan musim kabut asap pada tahun ini bakal lebih lama dari biasanya. Sebab pembakaran lahan terjadi lebih awal.
Badan Lingkungan Hidup Singapura (NEA) melaporkan, ada 458 titik api yang terdeteksi pada Selasa 11 Februari, 246 titik di antaranya ada di Provinsi Riau. Jumlah titik api di Riau itu berlipat ganda dari jumlah titik api yang terdeteksi pada Senin 10 Februari, yakni sebanyak 187 titik.
Meskipun kemungkinan besar intensitas kabut asap yang ke Singapura diprediksi masih rendah, NEA memperingatkan kabut asap bisa saja terakumulasi di bawah kondisi atmosfer yang stabil dan sesekali mengganggu Negeri Singa.
Kabut asap yang merupakan dampak dari peristiwa kebakaran lahan atau hutan di Riau telah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kabut asap yang terjadi di Riau belum mengarah atau belum sampai ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
"Pergerakan angin masih dari Utara sampai Selatan sehingga tidak mengarah ke negara-negara tetangga itu," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Ibnu Amiruddin, di Pekanbaru, Minggu 9 Februari.
Kecepatan pergerakan angin juga masih normal yakni 6 sampai 9 kilometer per jam sehingga cenderung berputar di sekitar daratan Riau saja. Untuk sampai ke Malaysia atau Singapura, jelas Ibnu, membutuhkan arah yang konsisten dan kecepatan pergerakan angin yang lebih kencang"Kemudian kondisi kabut asap saat ini juga belum begitu parah sehingga belum berdampak ke negara-negara tetangga," jelas Ibnu.
"Lagi-lagi titik api meningkat secara drastis di Sumatera, hari ini yang tampak ada 458 titik api. Kabut diprediksi bisa lebih parah saat angin melemah pekan depan. Diperkirakan ada hujan, namun tidak cukup memadamkan api," tulis Balakrishnan, seperti dimuat Channel News Asia, Rabu (12/2/2014).
"Kami akan mencoba mengimbau mereka (Indonesia) untuk bertindak. Namun kita semua tahu bahwa kenyamanan tetangga dekat bukanlah prioritas mereka. Inilah bukti betapa pahitnya politik regional," imbuh dia.
Komentar Viviani ini muncul setelah adanya peringatan dari perusahaan pulp dan kertas Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) yang menyatakan musim kabut asap pada tahun ini bakal lebih lama dari biasanya. Sebab pembakaran lahan terjadi lebih awal.
Badan Lingkungan Hidup Singapura (NEA) melaporkan, ada 458 titik api yang terdeteksi pada Selasa 11 Februari, 246 titik di antaranya ada di Provinsi Riau. Jumlah titik api di Riau itu berlipat ganda dari jumlah titik api yang terdeteksi pada Senin 10 Februari, yakni sebanyak 187 titik.
Meskipun kemungkinan besar intensitas kabut asap yang ke Singapura diprediksi masih rendah, NEA memperingatkan kabut asap bisa saja terakumulasi di bawah kondisi atmosfer yang stabil dan sesekali mengganggu Negeri Singa.
Kabut asap yang merupakan dampak dari peristiwa kebakaran lahan atau hutan di Riau telah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan kabut asap yang terjadi di Riau belum mengarah atau belum sampai ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
"Pergerakan angin masih dari Utara sampai Selatan sehingga tidak mengarah ke negara-negara tetangga itu," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Ibnu Amiruddin, di Pekanbaru, Minggu 9 Februari.
Kecepatan pergerakan angin juga masih normal yakni 6 sampai 9 kilometer per jam sehingga cenderung berputar di sekitar daratan Riau saja. Untuk sampai ke Malaysia atau Singapura, jelas Ibnu, membutuhkan arah yang konsisten dan kecepatan pergerakan angin yang lebih kencang"Kemudian kondisi kabut asap saat ini juga belum begitu parah sehingga belum berdampak ke negara-negara tetangga," jelas Ibnu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar