INFO TABAGSEL.com--Indonesia telah mengambil sejumlah langkah menjadikan budaya sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan. Langkah menuju pembangunan berkelanjutan bermuara pada tercapainya keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan perlindungan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu membangun sistem nilai dan tradisi yang mempromosikan kelestarian lingkungan.
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono aat membuka Forum Kebudayaan Dunia atau World Culture Forum (WCF) 2013 di Mangupura Hall, Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Senin (25/11) pagi.
Presiden SBY mengatakan, budaya dapat menjadi sumber penting pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan kewirausahaan. Menurut laporan PBB, industri budaya dan kreatif merupakan salah satu sektor yang paling berkembang pesat dalam ekonomi global.
“Di Asia misalnya, tingkat pertumbuhannya mencapai 9,7 persen, di Afrika 13,9 persen, di Timur Tengah 17,6 persen, Amerika Selatan 11,9 persen, Oceania 6,9 persen, dan 4,3 persen di Amerika Utara dan Tengah," kata Presiden SBY.
Presiden SBY mengemukakan filosofi yang dianut masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana. Ini adalah filosofi yang memandang harmoni antarmanusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan Sang Pencipta. "Tri Hita Karana merupakan landasan budaya Bali yang melestarikan dan menghormati alam. Saya percaya filsafat yang sama dapat ditemukan di setiap negara di dunia,” ujarnya
Presiden menggarisbawahi budaya inklusif yang penting untuk pembangunan berkelanjutan dengan ekuitas. Menurut dia, hal ini harus melibatkan partisipasi dan kontribusi komunitas lokal dan tradisional. Di Indonesia, mereka dikenal sebagai 'masyarakat adat‘.
Kegiatan ini juga meliputi perlindungan warisan budaya, pengetahuan, dan praktek-praktek tradisional.
"Aset budaya yang merupakan modal bagi mereka seringkali rapuh, tetapi secara signifikan penting untuk mata pencaharian berkelanjutan mereka,” katanya.
Partisipasi perempuan juga penting untuk meningkatkan inklusivitas dan pembangunan berkelanjutan dengan berkeadilan. "Oleh karena itu, pertimbangan gender juga harus diperhitungkan dalam penentuan kebijakan dan program pembangunan," katanya.
Selain itu, pembangunan dapat terwujud secara maksimal jika ketertiban dan stabilitas terjaga secara merata. Saat ini, kata Presiden, ada negara-negara yang tetap berada di bawah situasi konflik. Dalam kondisi seperti itu, keterbelakangan dan kemiskinan cenderung bertahan, atau bahkan menjadi lebih buruk. "Oleh karena itu , melestarikan budaya perdamaian adalah penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan," katanya.
Tidakak lupa, lanjut Presiden, kerja sama antarnegara harus memberikan prioritas terhadap isu-isu budaya dan pembangunan. Kerja sama internasional tersebut dapat mencakup beasiswa budaya dan pembangunan, khususnya bagi kaum pemuda. "Selama bertahun-tahun Indonesia telah menawarkan beasiswa budaya bagi warga negara dari berbagai negara sahabat,” kata SBY.
Usai membuka WCF 2013, Presiden SBY menuju Desa Datah, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Di tempat itu, SBY akan melakukan penanaman pohon dalam rangka peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang jatuh pada 28 November 2013.
Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono aat membuka Forum Kebudayaan Dunia atau World Culture Forum (WCF) 2013 di Mangupura Hall, Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Senin (25/11) pagi.
Presiden SBY mengatakan, budaya dapat menjadi sumber penting pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan kewirausahaan. Menurut laporan PBB, industri budaya dan kreatif merupakan salah satu sektor yang paling berkembang pesat dalam ekonomi global.
“Di Asia misalnya, tingkat pertumbuhannya mencapai 9,7 persen, di Afrika 13,9 persen, di Timur Tengah 17,6 persen, Amerika Selatan 11,9 persen, Oceania 6,9 persen, dan 4,3 persen di Amerika Utara dan Tengah," kata Presiden SBY.
Presiden SBY mengemukakan filosofi yang dianut masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana. Ini adalah filosofi yang memandang harmoni antarmanusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan Sang Pencipta. "Tri Hita Karana merupakan landasan budaya Bali yang melestarikan dan menghormati alam. Saya percaya filsafat yang sama dapat ditemukan di setiap negara di dunia,” ujarnya
Presiden menggarisbawahi budaya inklusif yang penting untuk pembangunan berkelanjutan dengan ekuitas. Menurut dia, hal ini harus melibatkan partisipasi dan kontribusi komunitas lokal dan tradisional. Di Indonesia, mereka dikenal sebagai 'masyarakat adat‘.
Kegiatan ini juga meliputi perlindungan warisan budaya, pengetahuan, dan praktek-praktek tradisional.
"Aset budaya yang merupakan modal bagi mereka seringkali rapuh, tetapi secara signifikan penting untuk mata pencaharian berkelanjutan mereka,” katanya.
Partisipasi perempuan juga penting untuk meningkatkan inklusivitas dan pembangunan berkelanjutan dengan berkeadilan. "Oleh karena itu, pertimbangan gender juga harus diperhitungkan dalam penentuan kebijakan dan program pembangunan," katanya.
Selain itu, pembangunan dapat terwujud secara maksimal jika ketertiban dan stabilitas terjaga secara merata. Saat ini, kata Presiden, ada negara-negara yang tetap berada di bawah situasi konflik. Dalam kondisi seperti itu, keterbelakangan dan kemiskinan cenderung bertahan, atau bahkan menjadi lebih buruk. "Oleh karena itu , melestarikan budaya perdamaian adalah penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan," katanya.
Tidakak lupa, lanjut Presiden, kerja sama antarnegara harus memberikan prioritas terhadap isu-isu budaya dan pembangunan. Kerja sama internasional tersebut dapat mencakup beasiswa budaya dan pembangunan, khususnya bagi kaum pemuda. "Selama bertahun-tahun Indonesia telah menawarkan beasiswa budaya bagi warga negara dari berbagai negara sahabat,” kata SBY.
Usai membuka WCF 2013, Presiden SBY menuju Desa Datah, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Di tempat itu, SBY akan melakukan penanaman pohon dalam rangka peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) yang jatuh pada 28 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar