INFO TABAGSEL.com-Menghadapi perubahan iklim dan gejolak pasar pangan dunia, pemerintah menyusun rencana aksi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan. Solusinya adalah meningkatkan stok, bukan impor.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini saat mengantarkan rapat koordinasi (Rakor) membahas soal pangan, di Balai Sidang Bung Hatta, Istana Bung Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat, Selasa (29/10) pagi. Rencana aksi ini terutama ditujukan untuk komoditas pangan strategis, seperti beras, gula, jagung, daging sapi, dan kedelai.
Rakor yang dihadiri sejumlah menteri dan kepala daerah ini berkaitan dengan puncak peringatan Hari Pangan Sedunia yang akan diselenggarakan di Padang pada Kamis (31/10) mendatang. Hadir Gubernur Sumbar Iwan Prayitno, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wagub Jawa Barat Dedi Mizwar.
"Mari kita gunakan kesempatan ini untuk bersama menyusun rencana aksi yang sekaligus harus kita jalankan. Sekarang meski cukup, karena kebutuhan beras meningkat dengan tajam, ditambah gangguan perubahan iklim dan gejolak pasar beras dunia dan juga pengaruh eksportir beras dunia, kita butuh kecukupan stok beras yang besar," kata Presiden SBY.
Presiden berharap keputusan rapat di Bukittinggi ini bisa mengantisipasi kondisi hingga setahun ke depan. "Kita harus berinteraksi, antara pemerintah pusat dan daerah. Juga akan saya sampaikan pada presiden terpilih nanti," SBY menjelaskan.
Meningkatkan produksi dan produktivitas pangan, ujar Presiden, adalah sebuah keharusan. Saat ini penduduk Indonesia mendekati 250 juta jiwa, kebutuhan terhadap pangan juga meningkat.
"Solusinya, tidak usah kita tuding sana sini. Solusi nyatanya adalah produksi pangan dalam negeri yang harus ditingkatkan. Kalau ada gejolak pangan, maka tidak harus selalu impor, kalau ke depan ketergantungan impor tinggi maka tidak baik bagi Indonesia," Presiden SBY menegaskan.
"Ini urusan produksi dan konsumsi, meski ada sirkulasi dan ketidakstabilan nilai tukar, namun intinya adalah urusan supply dan demand. Makin baik supply, maka harga akan stabil," Presiden menambahkan.
Sebelum ke Sumbar ini, pekan lalu Presiden melakukan kunjungan ke Kalimantan Selatan. Agendanya, antara lain, meresmikan dan melaklukan pemancangan (groundbreaking) proyek-proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI, ujar Presiden SBY, merupakan keputusan pemerintah untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Keputusan tersebut diambil pada 2011 lalu di Istana Kepresidenan Cipanas, Bogor, Jawa Barat. "Hasilnya nyata. Sampai groundbreaking kemarin, investasinya mencapai Rp 737,9 triliun. Ini melegakan dan berarti yang kita susun bukan macan kertas, tetapi rii dan nyata. Terimakasih gubernur dan dunia usaha," SBY menambahkan.
Menteri yang hadir dalam rapat ini, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mendagri Gamawan Fauzi, Menkeu Chatib Basri, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Mendag Gita Wirjawan, Menteri PU Djoko Kirmanto, Mendikbud Mohammad Nuh, Menkes Nafsiah Mboi, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, dan Menhub EE Mangindaan. Hadir pula Kepala Bulog Sutarto Alimoeso dan Kepala BPN Hendarman Supandji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar