Pasalnya pasangan nomor lima tersebut unggul di 16 kabupaten/kota yang umumnya memiliki basis suara terbesar di Sumut,seperti Medan, Deliserdang dan Langkat. Pasangan GanTeng secara potensial menguasai sepanjang pesisir timur dari perbatasan Aceh sampai Riau.
Bahkan beberapa kabupaten/kota di pantai barat ternyata didominasi juga oleh GanTeng seperti Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat dan Mandailingnatal. Total keseluruhna hasil perolehan suara dipastikan akan membawa GanTeng unggul satu putaran.
Sedangkan di posisi kedua diperoleh pasangan Effendi Simbolon – Jumiran Abdi (Esja) yang menguasai 13 kabupaten kota. Wilayah kemenangan Esja berada di sebagian besar wilayah pantai barat seperti Dairi, Sibolga, Samosir, Tobasa, Tapanuli Utara. Humbanghasundutan. Ditambah basis suara potensial PDI Perjuangan di Siantar, Simalungun dan Karo. Esja juga unggul di empat daerah di Kepulauan Nias seperti Gunungsitoli, Nias Barat, Nias Utara dan Nias induk.
Untuk wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), kemenangan terbagi dua kepada pasangan yang lahir di daerah tersebut yaitu Gus Irawan Pasaribu-Soekirman (GusMan) dan Chairuman Harahap-Fadly Nurzal (Charly). GusMan di Tapanuli Selatan dan Padangsidimpuan, sedangkan Charly menang di Palas dan Paluta.
Ketua Tim Pemenangan Pasangan GanTeng Bidang Saksi, Hamzah Sinaga mengatakan, hasil perolehan suara 33 kabupaten/kota tersebut sesuai dengan prediksi dari hasil real countyang mereka umumkan beberapa hari lalu. Hanya saja saat itu pihaknya masih yakin GanTeng unggul di 15 kabupaten/kota. Sebab saat itu Tapteng belum 100% penghitungan real countnya.
“Ini membuktikan hasil real count kami tidakjauh berbeda dengan yang dimiliki KPU kabupaten/kota. Sebab sumber datanya juga sama,” ujar Hamzah.
Begitupun, lanjutnya, Tim Pemenangan Pasangan GanTeng tetap akan menunggu kepastian hasil rekapitulasi resmi yang baru akan dilakukan oleh KPU Sumut pada Jumat 15 Maret mendatang. Setelah itu pihaknya baru bisa meyakini bahwa hasil Pilgubsu dimenangkan oleh GanTeng satu putaran.
Secara terpisah, Pengamat politik Dadang Darmawan menilai dari sebaran kemenangan yang dihimpun tersebut semakin membuktikan faktor etnis dan agama masih sangat kuat mempengaruhi elektabilitas pasangan calon. Hal itu dilihat dari pesisir pantai timur yang didominasi etnis Jawa dan Melayu yang mayoritas beragama Islam lebih cenderung memilih pasangan yang Islam-Islam.
Sedangkan pesisir barat yang didominasi Batak dan Kristen lebih memilih pasangan yang memiliki kedekatan yang sama atas dasar etnis dan agama. Dan diperkuat lagi dengan sebaran kemenangan di Tabagsel yang umumnya didominasi suku Mandailing Islam ternyata juga menempatkan pasangan Islam Mandailing yang menang. Namun karena ada dua pasangan calon lahir dari Tabagsel, maka peta kemenangannya pun sesuai dengan tanah kelahiran masing-masing.
Sedangkan beberapa kabupaten lain seperti Madina, Nisel, Pakpak Bharat dan Tapteng yang ternyata dikuasai GanTeng menurutnya bagian dari anomali politik. Hal tersebut tidak teridentifikasi dengan pengaruh etnis dan agama. Namun ada faktor lain yang menguatkan dukungan tersebut seperti kekuatan dan pengaruh birokrasi.
Sama juga seperti di sebagian besar Kepulauan Nias yang bupatinya rata-rata diusung oleh Partai Demokrat dalam pilkada. Namun calon dari Partai Demokrat ternyata tidak unggul di wilayah tersebut. Artinya ada beberapa faktor lain yang tidak kelihatan di masyarakat menjadi dasar keunggulan.
Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar