DAFTAR BERITA

Minggu, 01 Januari 2012

Diduga Mati Disiksa,PBB meminta penyelidikan atas kematian Gaddafi

PBB mengingatkan bahwa eksekusi tanpa pengadilan melanggar hukum internasional
INFO TABAGSEL.com-Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Navi Pillay, mengatakan harus dilakukan penyelidikan menyeluruh tentang penyebab kematian Kolonel Muammar Gaddafi.

Juru bicara Navi Pillay, Rupert Colville, menggambarkan rekaman video -yang memperlihatkan pemimpin Libia itu masih hidup ketika pertama kali ditangkap- amat mengganggu.


"Diperlukan rincian lebih banyak untuk memastikan dia tewas dalam pertarungan atau dieksekusi setelah ditangkap. Dua rekaman video telepon genggam yang muncul, yang satu dia masih hidup dan yang satu lagi sudah meninggal, amat mengganggu."

Colville menambahkan bahwa eksekusi tanpa pengadilan dilarang berdasarkan hukum internasional, apapun situasinya.

Ditegaskan bahwa tersangka kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan sekalipun -seperti Muammar Gaddafi- harus dibawa ke pengadilan.

Bagaimanapun PBB mengaku bahwa warga Libia menderita di bawah pemerintahan otoriter Kolonel Gaddafi selama 42 tahun.

Pernyataan yang dikeluarkan Komisi Hak Asasi Manusia PBB ini mencerminkan bukan hanya kegelisahan atas brutalitas di balik kematian Kolonel Gaddafi namun juga kekecewaan atas hilangnya peluang untuk membawanya ke pengadilan terbuka.
"Dua rekaman video telepon genggam yang muncul, yang satu dia masih hidup dan yang satu lagi sudah meninggal, amat mengganggu"
Rupert Colville

Sementara itu pemerintah transisi Libia membantah dugaan bahwa Kolonel Gaddafi dieksekusi dan menyatakan dia tertembak dalam bentrok bersenjata antara pasukan pemerintah transisi dan pendukungnya di Sirte.
Potensi kekerasan
Dalam perkembangan lain muncul kekhawatiran akan masa depan Liba mengingat kelompok perlawanan Libia -yang berhasil menjatuhkan Kolonel Gaddafi- masih terpecah-pecah.

Tewasnya Gaddafi juga bisa mengarah pada maraknya kekerasan baru di Libia, seperti dilaporkan pengamat BBC untuk masalah pertahanan, Jonathan Marcus.

Soalnya banyak senjata api yang beredar di negara itu dan masa-masa pemberontakan membuat tidak ada kendali atas senjata-senjata tersebut.

Dan pemerintahan transisi harus segera menjadi satu-satunya pihak yang mengendalikan penggunaan kekuatan dengan melucuti para militan atau mengintegrasikannya ke dalam angkatan bersenjata negara itu.

Pada sisi lain Libia juga harus memulihkan kembali industri perminyakan yang menjadi tulang punggung perekonomian.

Semua upaya itu harus dibarengi dengan reformasi politik dalam bentuk penyusunan konstitusi baru maupun pemilihan umum yang jujur dan adil.

Walau kelompok pemberontak mendapat dukungan dari Barat, rasa saling percaya antara kedua belah pihak masih belum tercipta sepenuhnya dan Barat masih menunggu apakah pemerintah transisi akan tetap berpegang pada komitmen pada masa konflik.

Prancis dan Inggris yang mempelopori penggunaan serangan udara NATO, menyambut baik berakhirnya rezim Libia, namun masih menunggu perkembangan lebih lanjut.

Dan keberhasilan reformasi Libia -yang menjadi perhatian Uni Eropa- akan membuat negara itu tidak akan kekurangan bantuan dalam meghadapi masalah-masalahnya.

Tidak ada komentar: