DAFTAR BERITA

Selasa, 07 Februari 2012

PILOT LION AIR GUNAKAN NARKOBA,RUTE AEK GODANG-POLONIA TETAP DIBUKA


INFO PALUTA.com-Kementerian Perhubungan (Kemenhub) langsung bereaksi melihat banyak pilot yang tertangkap menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Dalam waktu dekat Kemenhub akan melakukan tes narkoba secara acak kepada pilot sebelum terbang. Bahkan disiapkan uji narkoba baru melalui rambut.
“Kita sedang siapkan metode baru, kalau selama ini memakai urine untuk ngetes narkoba, nantinya kita akan pakai rambut. BNN sudah memiliki teknologinya. Kami dan BNN dalam waktu dekat berencana menggunakan itu,” ujar Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bhakti S Gumay di kantornya, Senin (6/2).
Menurut dia, tes narkoba melalui urine sudah usang dan dianggap kurang maksimal. Pasalnya metode seperti itu hanya bisa untuk mengecek pemakaian narkoba sebelum 12 jam sejak pemakaian. Apalagi, metode seperti itu rawan dimanipulasi oleh pelaku. “Kalau pakai rambut bisa ketahuan sampai tiga bulan kebelakang apakah dia pernah pakai atau tidak,” ungkapnya.
Dengan sistem seperti itu diperkirakan manipulasi lebih bisa diminimalisir.Harapannya, BNN dan Kemenhub
akan memiliki gambaran siapa saja pilot yang pernah menggunakan narkoba. Oleh karena itu pihaknya berharap tes narkoba bagi para pilot melalui rambut itu bisa dilakukan secara berkala. “Nanti rencananya kita akan tes rambut mereka setiap tiga bulan sekali,” tuturnya.
Di kesempatan itu, pihaknya meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir dengan temuan beberapa pilot yang tertangkap menggunakan narkoba. Sebab hal itu dinilai hanya ulah beberapa oknum pilot saja. Masih banyak pilot yang berperilaku baik. “Kita sudah siapkan aturan pengawasannya. Itu mengadopsi peraturan internasional yaitu CASR (Civil Aviation Safety Regulation) No.120,” sebutnya.
Aturan CASR 120 itu merupakan aturan yang dibuat secara internasional sebagai standar pengawas penggunaan obat terlarang dan alkohol (drugs and alcohol control programs) dalam penerbangan. Selama ini program pengawas seperti itu merupakan inisiatif masing-masing operator penerbangan, di samping pemerintah juga melakukan tes narkoba setiap enam bulan sekali. “Kita target aturan itu terbit dua bulan kedepan,” katanya.
Herry menambahkan program tersebut nantinya akan dibuat dalam bentuk Peraturan Menteri Perhubungan. Sayangnya Herry enggan menceritakan lebih lanjuut menganai bagaimana mekanisme pengawasan narkoba di dunia penerbangan itu. “Kita berharap kedepan kasus seperti di Lion Air tidak terjadi lagi. Bukan hanya ingin mengurangi, tetapi harus bisa dihilangkan,” tegasnya.
Rute Aek Godang-Polonia tak Terganggu Pilot Nyabu
Sementara itu, Lion Air membuka rute Bandara Aek Godang-Polonia melalui anak perusahaannya, Wings Air, tidak terganggu oleh kasus pilot Lion Air yang kedapatan mengonsumsi sabu-sabu.
Anggota Komisi V DPR asal Sumut, Ali Wongso Sinaga, menyatakan, dengan adanya kasus tertangkapnya pilot nyabu itu, justru ke depan Lion Air akan lebih keras mendisiplinkan para pilotnya. “Wajar jika masyarakat khawatir karena ada kasus itu. Tapi kita percaya tak semua pilot menggunakan narkoba. Rencana rute Aek Godang-Medan harus tetap jalan,” kata Ali Wongso Sinaga kepada koran ini di Jakarta, kemarin.
Seperti diberitakan, beberapa waktu lalu rencana pembukaan rute tersebut dibeber Direktur Keuangan Wings Air, Edward Sirait, bersama Bupati Tapsel Syahrul Pasaribu yang mewakili juga Bupati Madina Hidayat Batubara, Bupati Padang Lawas Utara Bachrum Harahap, Walikota Padangsidimpuan Zulkarnain Nasution, dan Bupati Padang Lawas, Basyrah Lubis.
Wings Air akan menggunakan pesawat ATR 72-600, dengan penerbangan dua kali sehari, untuk rute terbaru itu. Untuk tahap awal, nantinya akan digunakan sistem blok seat, di mana lima pemkab/pemko yang ada di kawasan Tabagsel, menawarkan masing-masing akan mengganti biaya tiket dua seat jika pesawat Wings Air dengan kapasitas 72 penumpang itu tidak full seat. Saat itu dikatakan, penerbangan perdana Februari 2012.
Kemarin, dimintai konfirmasi perkembangan rencana itu, Edward Sirait mengatakan, pihaknya masih menunggu pesawat yang didatangkan dari Perancis. Rencana awal, pesawat tiba Januari, namun hingga pekan pertama Februari, pesawat belum juga tiba.
“Kita masih menunggu pesawat datang. Ini perlu kita siapkan secara matang,” cetusnya. Dia juga meminta pemda-pemda di wilayah Tapanuli bagian selatan, untuk serius menyosialisasikan rencana pembukaan rute ini.
Menurut Edward, sosialisasi dan promosi sangat menentukan seberapa kuat pasar rute baru ini bisa terbentuk. “Kalau pasar tak berkembang, repot. Jangan hanya seminggu dua minggu hingga sebulan jalan, lantas tutup karena pasar tak berkembang,” ujar Edward.
Lion Air, kata Edward, tidak mau kegagalan membuka rute ke Silangit terulang lagi. “Silangit kita tutup karena penumpang tak berkembang,” katanya.  Terkait dengan masalah pilot, Edward dalam berbagai kesempatan menegaskan, pihaknya akan memperketat sistem pendisiplinan pilot.
Sudaryatmo, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), juga sependapat, rencana rute Aek Godang-Polonia jalan terus. Yang terpenting, lanjutnya, begitu pemerintah memberikan izin, maka pemerintah juga memberikan jaminan bahwa pilot-pilotnya waras.
“Yang penting, pemerintah dan pihak maskapai memberikan jaminan bahwa pilot-pilotnya semua waras, tidak ada yang menggunakan narkoba,” ujar Sudaryanto. Untuk saat ini, lanjutnya, Kementerian Perhubungan harus melakukan audit terhadap Lion Air, bagaimana selama ini menjalankan manajemen personalianya, terutama kepada para pilotnya. “Apa yang sudah dilakukan untuk pendisiplinan pilotnya? Ini yang harus diaudit,” tegasnya.
Di level regulasi, komisi V DPR juga harus mempertanyakan ke Kemenhub. Regulasi harus mengatur secara detil, siapa yang mesti melakukan tes terhadap pilot dan laboratorium mana yang diajak kerjasama.
Sedang Ali Wongso Sinaga mengatakan, sistem yang ditetapkan selama ini terbukti mengandung kelemahan. Dijelaskan, mekanisme tes rutin enam bulanan dengan sistem random terhadap pilot, terbukti tidak efektif. Dengan sistem random, dari 6.000-an jumlah pilot, jika diambil sampel 10 persen saja, berarti hanya 600-an pilot yang secara rutin enam bulan sekali dites darah dan urinenya. “Lah, yang 5.400 pilot bagaimana?” cetus politisi Partai Golkar dari dapil Sumut itu.
Karenanya, Ali menyarankan perlu dibuat mekanisme yang lebih ketat. Seluruh maskapai disarankan menjalin kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). “Kalau BNN dan polisi sudah punya data-data pilot yang terindikasi menggunakan narkoba,langsung ditindak saja,” ujarnya.
Sementara, untuk langkah pencegahan kecelakaan pesawat karena pilotnyanyabu, perlu alat yang bisa mendeteksi secara cepat dan akurat terhadap pilot sebelum menerbangkan pesawat.
“Konon ada alatnya itu. Cukup rambutnya digunting sedikit, dimasukkan ke alat itu, bisa ketahuan apakah pilot menggunakan narkoba atau tidak dalam enam bulan terakhir,” kata Ali

Tidak ada komentar: