Posisi kedua diduduki oleh siswi dari Jawa Barat, SMA Negeri 2 Bandung, bernama Annisa Azalia Herwandani dengan nilai 57.65. Lalu ketiga diduduki oleh siswi dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, yakni Hashina Zulfa dengan nilai 57.65.
Sedangkan untuk kelompok IPS, nilai tertinggi diperoleh Nur Afifah Widyaningrum dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, dengan nilai 55.85. Tertinggi kedua diduduki siswa dari SMA Negeri 8 Yogyakarta, bernama Rikko Sajjad Nuir dengan nilai 55.70. Dan posisi ketiga diduduki oleh Afdhal Nur Muhammad Daulay dari SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Sumatera Utara, dengan nilai 55.50.
Terkait dengan berita kebocoran soal UN, Muhammad Nuh, Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan bahwa hal tersebut telah dianalisis oleh pihak Kemdikbud. Dikatakannya, sejauh ini tidak ada hasil yang mencerminkan adanya kecurangan atau kebocoran.
"Kita sudah lihat apakah hasilnya mencerminkan adanya kebocoran soal. Kalau tidak kenapa harus kita bebankan kepada sang anak," ujarnya pada jumpa pers di Jakarta, Senin (19/5).
Kemudian, melihat hasil perolehan nilai tertinggi yang didominasi oleh siswa yang bersekolah di kota besar, Mendikbud mengatakan bahwa fakta di lapangan tidak selalu yang di kota besar.
"Jangan memberi stigma seperti itu. Buktinya dari data terlihat DKI Jakarta saja, yang tidak lulus mencapai 102 anak. Jadi, jangan berikan stigma anak-anak diluar Jawa sekolahnya jelek atau tidak pintar," katanya.
Ia menambahkan, bahwa UN yang dinilai adalah kemampuan individu anak bukan wilayahnya. Dengan begitu, tidak serta merta siswa-siswi di sekolah-sekolah unggulan pasti lulus semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar