DAFTAR BERITA

Jumat, 27 Desember 2013

Mendunia Setelah Batal jadi PNS



INFO TABAGSEL.com-Sejak masih berusia 7 tahun, Angger Dimas aktif bermain alat musik gitar. Kini, di usianya yang menginjak 25 tahun, pemuda kelahiran Maret 1988 tersebut ditasbihkan sebagai DJ (disc jockey) nomor wahid di Indonesia oleh DJlist.com, situs informasi tentang DJ global.

Perjalanan Dimas dengan dunia musik elektro ini dimulai sejak enam tahun silam, ketika dia bergabung dengan Vicious Recordings, Australia. Sejak itu, namanya dan Indonesia masuk dalam peta dunia musik ingar-bingar.

Kini, Dimas bukan lagi sekadar anak Jakarta. Dia menjadi milik pecinta musik elektro di Amerika, Kanada, Asia, dan Australia, yang pernah dijejaki. Bagaimana perjalanannya di dunia musik elektro? Apa yang aakan dilakukan ke depan?

Berikut ini perbincangan Andrian Pratama dari Plasadana.com, yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.

Anda sudah memutuskan untuk menjadi DJ. Bisa dijelaskan alasannya?

Sebagai musisi, dari 7 tahun gue sudah bermusik. Umur 13 tahun sudah nyiptain musik indie dan akhirnya gue terjun ke dunia yang dibilang sebagai dance music, menurut gue sama aja. Musik juga. Kayak sungai kali ya? Mengalir aja, kayak dari hulu ke hilir. Ciyee (tertawa). Pasti ada tambatan di bawah dan mungkin tambatan gue di dance music. Gak tau ke depannya gimana. Cuma untuk saat ini, at this moment, dance music.

Beneran, mau di dance music terus?

Kalau untuk konstan nggak ya. Gue sih ikutin flow aja. Soalnya kita hidup harus banyak belajar juga, sementara gue sendiri masih pengen explore semua. Semua hal. Gak harus musik juga. Gue mau eksplor

politik, hukum, dan segala macem. Kebetulan, gue dan manajer gue sama-sama sarjana hukum. Kita campur semua. Ya, jadi gak segi musiknya. Untuk saat ini, ya rezeki gue di dance music.

Siapa sih tokoh inspirasi dan DJ inspirasi kamu?

Kalau dari musik ya itu dari bokap. Bokap gue kebetulan musisi. Walau bukan musisi profesional, tapi cukup bagus menginspirasi  gue. Juga dari band-band kayak Queen terus band Jazz seperti Himileikuchi, JOP, gitu-gitu. cuma kalau dari DJ itu Laidback Luke sampe sekarang. Menurut gue, dia (Laidback Luke) itu inspirasi gue.

Ada genre musik yang kamu mainkan?

Gue dulu sempet produseri pop music Jazz, mostly Swing? couple of swing; terus balad juga pernah,  terus emo. Gue sebenarnya, alhamdulillah hampir semua genre musik gue pelajari.Gue pengen tau ini sounds like apa? Ini sounds like kayak gimana? Gue pengen explore semua yang ujungnya ini ke dance music

Ada gak eksperimen musik yang akhirnya melejit di pasar?

Ah. Eksperimen ya? Sebenernya sudah seperti kayak ngubah tone atau toark. Dua tahun lalu gue sudah berpikir kayak gitu. Gue juga sempet main sama Tiesto, Laidback Luke, Steve LQ, dan DJ-DJ lain. Sebetulnya itu eksperimen semua.

Gue sama bikin band. “Yuk kita bikin band, tapi dengan suara berbeda,” kata Tiesto waktu ketemuan di Bangkok. Gue maunya sounds different from now dan akhirnya dia suka. “Oh akhirnya didengerin”. Tapi, kalau itu sudah gede, gue pindah ke tempat lain.

Waktu gue sama Steve, gue coba ubah tone, beatdown. Sama Hanjazel juga bikin tempo slow-slow dan santai. Alhamdulillah gede lagi. Gue pindah lagi. Gue bikin trap. Gue sebut dulu dutch step yang gak terlalu keras, tapi ada unsur-unsur dirty-nya juga. Sekarang disebut trap dan sudah jadi. Gue coba lagi experimen ke yang lain lagi. (buat) Loveless war, macem-macem. Lagu yang kira-kira kayak Punk Rock elektro gitu. Musiknya keras, tapi masih dance music. Jadi sebenernya ya simpel. Pada intinya, musik sebagai brain. Jadi gak ada batesan. Gue pengen banget musik menyenangi semua kalangan.

Jadi lo pengen menemukan musik baru sebelum orang lain menemukan?

Ya. Gue pengen orang-orang mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui. Biasanya, orang-orang pengen sesuatu yang fresh, yang belum pernah mereka denger. Itu yang pengen gue cari selanya di situ. Ya, walaupun most of the time gue coba awalnya belum masuk, tapi beberapa bulan kemudian masuk.

Yang kemudian gue jadi flashback di suatu saat di 2010 gue tur Australia. Waktu itu di Australia Dutch Step belum besar. Gue mainin, sampe dibilang “Apaan sih tuh? Berisik banget?” Kemudian jadi heboh banget di situ. Gue tinggalin lagi.

Jadi, intinya, people want hear something fresh, sesuatu yang mint. Jadi itu hal yang baru dan belum tereksplorasi.

Ngomong-ngomong, kalo DJ itu sebenarnya gimana sih. Apa kalo udah bisa turn table?

Turn table? Gue belum bisa. Alasannya untuk dibilang sebagai seorang DJ, gue masih belum pantas karena pengertian DJ itu, menurut gue, yang di radio itu. Penyiar itu DJ. Gue gak bisa seperti itu. Itu susah. Itu sulit untuk gue, jadi bisa seperti itu karena gue perform sebagai DJ, hanya perform lagu.

Misalkan, kalau anak band buat lagu, mereka harus manggung. Sementara gue ini harus mempromosikan lagu gue, menentukan kemasan lagu gue waktu dilempar ke masyarakat. Jadi, kalau orang ngomong gue DJ Angger Dimas, itu berat banget menurut gue. Maksud gue, DJ itu adalah suatu penghargaan dari masyarakat, dari crowd dance music. Predikat dan status DJ masih belum pantas buat gue.

Tapi kan lo sudah ke luar negeri dan dapat penghargaan?

Ah orang DPR aja bisa ke luar negeri dan dapet penghargaan (tertawa).

Apa sih ilmu tersulit menjadi DJ?

Sebenernya bukan masalah belajarnya. Masalahnya adalah cara mempertahankan ilmu yang lo dapat.

DJ Angger (Neon Nite untuk Yahoo)Punya pengalaman buruk waktu dengan crowd?

Buruk sih gak ada. Lucu sih banyak. Jadi gue baru main beberapa hari yang lalu di Pasar Festival di Jakarta. Gue mainin lagu gue, terus gue turun ke bawah, gue foto-foto sebentar. Terus ada satu orang nanya, “Eh Angger lagunya bagus ya main gini-gini”. “Ya makasi,” jawab gue.

Kemudian, dia nanya “Eh lu buat musik gak sih?” Terus gue bilang, “Gue gak tau sih, gue bilang gue nemuin musik ada nama gue di internet gue masukin di fan base gue.”

Itu sih, tapi pengalaman buruk nggak karena gue berusaha sebaik mungkin ke semua temen-temen yang nonton gue segala macem. Apapun hal buruk yang mereka lakukan asal gak ngenain fisik, gue akan coba rangkul dia. Gue coba tanya lo ada apa sama gue. Apakah gue ngerebut cewek lo? (bercanda)

Kalo crowd udah turun, lagu apa yang lo jadiin penyelamat?

Yang pasti lagu gue sendiri yang orang-orang tau. Lagu yang orang-orang, ‘oh gue pasti tau lagu ini’. Biasanya gue menyimpan lagu yang gue punya, kalau misalkan sudah flat. Jadi, orang bisa hype lagi. Terus bisa wah lagunya Angger nih.

Punya gak lagu spesial yang muncul dari kekalutan atau dari perasaan khusus lo?

Ada. judulnya Night Like This, lagu gue kolaborasi sama Laidback Luke. Itu penghargaan terbesar di karir gue. Selain Laidback Luke itu role model gue, dia legend juga dan lirik lagu itu pun dalem banget. Menurut gue, itu ngingetin perjuangan gue aja sih. Jadi tuh, setiap gue mainin lagu itu, sometimes gue terharu, sometimes gue sedih-sedih.

Waktu DWP (Djakarta Warehouse Project) kemaren itu gue sempet keluar air mata, nangis sendiri. Gue gak pernah bermimpi seperti ini. Dulu, SMP-SMA gue  cuma pengen jadi PNS ikutin bokap gue. Pengen nerusin bokap gue. Sekarang? Gue jadi seperti ini. Itu ngingetin banget.

Mao jadi PNS?

Kalau jadi pegawai negeri kita mengabdi kepada negara. Kalau gue jadi pegawai negeri, pulang ada istri di rumah, dimasakin, kerja dari jam 8-jam 5, pendapatan stable-stable (stabil) aja. Kalau kerja seperti ini kan gak enaknya kesehatan. Gue belum tidur dari kemaren. Gue baru sembuh dari sakit. Gue sakit 4 harilah.

Kalo sebelum main, persiapannya apa sih?

Banyak sih. Mandi, cuci muka, sikat gigi, ngobrol-ngobrol. Yang pasti gue buat diri gue senyaman mungkin. Tapi, tetep aja setiap show selalu ada deg-degan, gugup. Gigs sekecil apapun pasti gue gugup karena gue selalu mikir, ‘OK gue di-hire untuk main di sini. Gue di sini karena orang mau denger lagu gue sendiri, bukan lagu orang. Yang jadi deg-degan, pertama, apa mereka senang.  Kedua, apakah gue bisa bikin mereka senang?

Gimana rencana main di Neon Night?

Persiapan khusus sebenernya sih gak ada. Yang penting kita kumpul dan ngomongin wa.. wa... wa... gini... gini... Biasanya tim gue itu ngomongin bercanda-bercanda aja. Kalau persiapan harus ini, itu, gak ada. Biasanya tuh, yang pasti gue 5-10 menit itu diem. Gue mikir hal yang akan gue lakukan apa, terus kalau gue main ini akan bagaimana, terus gimana cara gue bikin orang seneng. Mungkin gue lempar botol, lempar sate, kertas (tertawa). Yang penting gue harus bikin mereka ketawa. Di saat mereka tek, gue naik sudah. Kalau gue naik, gak boleh turun. Saat gue nginjek di DJ booth, gue gak akan turun sampe selesai.

Lo lebih suka main di rave atau klub?

Itu dua hal yang berbeda, tapi sebenarnya sama aja. As long orang seneng dan gak ada yang berantem, gue hapy aja sih. Biasanya, kalau porsi buat klub, ini lagu-lagu yang harus gue mainin, kalau buat rave, ini lagu-lagu yang harus gue mainin. Kalau rave, gue harus lebih aktif, ngomong terus. Kenapa? Soalnya orang-orang itu pengen berinteraksi. Paling gue cuman “wooo... waaa...” Padahal, gue gak tau gue ngomongin apa (tertawa). Sebenernya gitu doang. Karena kita satu bar. Istilahnya, itu pestanya gue sama crowd. Kita sama-sama party.

Plus minus rave dan klub?

Gak ada plus minus. Equal. Yang plus minus itu adalah penilaian orang plusnya Angger apa, minusnya Angger apa. Karena kita dateng ke situ hanya menyajikan lagu apa yang kita mainin. Karena kita, istilahnya buta. Gue buta gak tau apa-apa dan mereka juga begitu.

Kalo perbedaan dari segi lagu, ada?

Kalo gue, semua lagu gue mainin sih. Gak ada yang khusus. Aatu setengah jam gue mainin sekitar 62 lagu. Yang pasti 24 lagu gue bawa sendiri, 15 lagu editan gue, sisanya lagu orang. Gue udah bikin 100 lagu.

Selain jadi DJ, kesibukan lain lo apa sih?

Lagi mau coba bikin foundation (Yayasan). Kita jugalagi bikin record label juga. Kita lagi cari-cari artis yang masukin lagu. Alhamdulillah, sudah ada beberapa artis yang masukin beberapa lagu, dari Indonesia, maupun dari negara lain. Sudah sekitar 25 lagu. Kita mau saring dulu jadi 8 lagu. Mungkin first release bulan januari 2014 nanti. Itu untuk label. Kalau untuk manajemen biasa aja.

Lalu genre di label lo apa?

Bebas. Gak ada batasan musik. Mau jazz, dangdut, gak apa-apa. Namun, yang pasti ada warna label gue. Jadi, gak lepas dari label gue. Nama labelnya Basekampf.

Pendirinya lo sama siapa?

Gue, Rama Rival, Paperplanes (ade gue), manajer gue, Raidi, kemudian manajer internasional gue.

Kalo Ramadan klub malam kan tutup. Lo ngapain aja?

Yang pasti, alhamdulillah masih puasa. Kita masih puasa, Insya Allah. Kalo lagi kebetulan gak puasa, kita gak minum alkohol. Yang penting, kemaren kita ke Tomorrowand, kita bener-bener gak nyentuh alkohol. Maksudnya, kita hormati. Maksudnya ya gue muslim, ya sudah pokoknya kalau alkohol kita stop dulu. Kita gak puasa. Kita musafir. Jadi ya sudah.

Kalo gak nge-DJ waktu Ramadan ngapain aja?

Apa ya? Bangun tidur, sahur. Ya gitu-gitu aja sih. Kayak orang biasa aja. Sama aja. Karena kalau gue nge-DJ, gue berangkat, main, pulang. Gue tuh gak pernah after party.

Alasannya?

Itu sebenernya alasan yang selalu dikomplain sama agency gue di luar. Angga kenapa sih gak pernah mau after party pas lagi main di luar? Karena menurut gue, gue terbang jauh-jauh itu untuk kerja. Kalau gue after party, gue kenapa-kenapa atau gimana, gue masih punya keluarga. Gue masih punya temen-temen yang masih harus gue hidupin. Gue masih punya ade-ade gue. Makanya setiap gue mau berangkat sama Rey (manajer Angger), kalau sudah selesai, kita langsung pulang. Sekarang tidur, besok langsung balik. Pasti kita selalu pulang pagi. Gak mungkin pesawat late. Kita selalu ambil pesawat paling pertama untuk terbang pulang ke Indonesia.

Kalau misalkan disuruh memilih, pilih mana? Kerjaan dengan fee besar atau keluarga?

Keluarga. Karena gue pernah mengalamin gue misflight karena bokap gue sakit. Gue harus pulang. Aduh sepuluh kali lipat fee apa pun, gak ada harganya dibandingkan bokap gue yang ngegedein gue kayak sekarang.

Tidak ada komentar: