INFO TAB AGSEL.com-Akhirnya, 62 warga Desa Tolang Jae,Kecamatan Sayur Matinggi,Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), yang ditahan polisi karena diduga membakar 10 rumah di Dusun Adian Goti, dibebaskan.
Pembebasan mereka dilakukan setelah ribuan warga dari 3 desa yaitu Tolang Jae, Sipange Godang, dan Sipange Julu, memblokir jalan negara atau Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam. “Semua warga yang ditahan sudah dikeluarkan Polres Tapsel, Rabu (25/12) sekitar pukul 23.00 WIB. Saya ikut langsung dalam proses pengantarannya,” kata Anggota DPRD Tapsel yang juga sebagai mediator, Ali Imran Hasibuan.
Menurut Ali Imran, sebanyak 15 warga yang dinyatakan tidak bersalah telah dibebaskan Polres Tapsel pada Selasa (24/12) sore. Namun, atas kesepakatan bersama, ke-15 orang tersebut diinapkan di Kantor Golkar Tapsel, Jalan Ade Irma Suryani, Kota Padangsidimpuan. Dan, baru sekitar pukul 23.00 WIB. Semuanya dikembalikan ke keluarga masing-masing bersama dengan 47 orang lainnya.
Blokir Jalan Negara Selama 21 Jam
Sebelumnya, sekitar seribuan warga dari 3 desa yaitu Tolang Jae, Sipange Godang, dan Sipange Julu, Kecamatan Sayur Matinggi Tapsel, mulai Selasa (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB, memblokir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam.
Warga meletakkan meja, kursi, teratak (tenda), membakar ban bekas, hingga memasak di tengah jalan. Aksi tersebut adalah buntut dari penangkapan 62 warga yang diduga telah melakukan pembakaran terhadap 10 rumah (7 hangus terbakar dan 3 hanya pada bagian dapur) di Dusun Adian Goti beberapa waktu lalu. Mereka menuntut kepada pihak terkait untuk membebaskan semuanya.
Tak pelak pemblokiran jalan negara ini membuat arus lalu lintas lumpuh total. Dan, Rabu (25/12) sekitar pukul 15.30 WIB, setelah dilakukan mediasi yang alot, warga akhirnya membuka jalan dan kendaraan pun dapat melintas.
Laporan Metro Tabagsel, pada Selasa (24/12) sekitar pukul 19.30 WIB, warga yang memblokir jalan didominasi oleh kaum ibu dan anak-anak. Mereka merupakan pihak yang sangat menginginkan anak, abang, suami, dan orangtuanya dibebaskan.
Warga yang kesal mulanya menutup jalan di perbatasan Desa Tolang Jae di dekat Jembatan Sungai Batang Angkola untuk menghalau kendaraan yang datang dari arah Tapsel menuju Madina. Mengetahui hal tersebut, puluhan petugas dari Polres Tapsel dan dibantu oleh pihak TNI setempat langsung melakukan pengamanan dengan membuat pagar betis persis di depan para warga yang kebanyakan dari kaum ibu dan anak-anak tersebut. “Kami minta keluarga kami dibebaskan kalau tidak kami tidak akan membuka jalan ini,” teriak warga kepada petugas sambil membakar ban persis di tengah badan jalan.
Sementara itu, sekitar 15 petugas pengendali massa, yang berada di bagian depan, lengkap dengan tongkat dan tameng tetap bertahan sambil berdiri untuk mengantisipasi keributan.
“Kalau keluarga kami tidak dibebaskan malam ini, kami akan terus melakukannya terus sampai dibebaskan. Kami tidak mau hanya sebagian saja. Kami mau semuanya dibebaskan malam ini juga, baru kami buka jalan ini,” kata kaum ibu-ibu serentak yang berada di barisan paling depan.
Hampir 4 jam warga dan petugas saling berdiri, sekitar pukul 22.00 WIB, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE datang dan mencoba melakukan mediasi dengan warga melalui sejumlah tokoh masyarakat. Namun hasilnya sama, warga tetap ngotot meminta agar keluarga mereka yang ditahan dibebaskan. Karena belum ada solusi yang pas, selanjutnya Kapolres Tapsel pergi meninggalkan kerumunan warga yang sudah mulai terlihat panas.
“Mana ban-nya… bakar lagi, biar sampai besok pun tidak apa-apa kita di sini,” teriak warga malam itu sembari memasang teratak tepat di tengah jembatan yang menjadi pembatas antara Desa Tolangjae dan Desa Tolangjulu.
R Boru Pulungan (50) seorang warga yang ikut melakukan aksi dan berada di barisan paling depan mengatakan, pihak berwajib seenaknya saja melakukan penangkapan terhadap keluarganya. “Saya ingin anak saya dibebaskan karena dia tulang punggung kami di rumah. Kalau dia ditahan, siapa lagi yang ngasih kami makan,” ujar Boru Pulungan sambil menunjuk kearah petugas.
Boru Pulungan juga mengatakan, akibat dari peristiwa itu, banyak warga di desanya takut untuk bekerja, sebab kebun karet yang sehari-hari mereka garap terletak di hutan yang juga berdekatan dengan pemukiman warga Dusun Adian Goti. “Dan kami juga minta kepada warga Dusun Adian Goti yang masih berada di atas untuk turun dari gunung dan pindah. Kami tidak mau peristiwa kemarin terjadi kembali, gara-gara ini banyak warga yang jadi takut untuk pergi ke kebun,” sambungya.
Hari semakin larut malam, namun warga tetap enggan untuk membubarkan diri, malah mereka semakin semangat. “Ayo bakar lagi bannya, tambah lagi,” teriak mereka.
Anehnya, sekitar pukul 23.00 WIB, puluhan petugas yang sudah hampir 4 jam berdiri, tiba-tiba seperti mendapat instruksi dan berbalik arah meninggalkan para warga dengan mengendarai 2 unit mobil Dalmas menuju arah Desa Sipangegodang. Rupanya diketahui, di desa tersebut dan juga Desa Sipange Julu, ratusan warga sudah melakukan aksi yang sama seperti yang dilakukan warga di Desa Tolang Jae.
“Informasinya warga di sana juga sudah memblokir jalan dan membakar ban, perintahnya kami mau mengamankan di sana,” ujar beberapa petugas dan langsung meninggalkan Desa Tolang Jae.
Ketika dikejar ke lokasi yang dimaksud, apa yang terjadi persis sama dengan di Desa Tolang Jae. Ratusan warga di Desa Sipange Julu dan Sipange Godang sudah membakar ban dan memblokir jalan dari arah Tapsel menuju Madina. “Ini bentuk kesetiakawanan kami, sebab ada 2 warga kami yang juga ditahan di Polres Tapsel, kami minta dibebaskan,” ujar warga.
Di tempat ini, petugas sempat menghalau warga. Namun warga terus melakukan pembakaran dan pemblokiran sambil meletakkan kursi, meja, dan sopo-sopo ke tengah jalan. Malam itu juga, jalinsum yang menghubungkan Tapsel dan Madina lumpuh total.
“Saya mau ke Padang, bawa keluarga liburan. Lihat ada aksi bakar-bakar itu keluarga saya jadi takut, biarlah kami putar balik saja,” ujar Amin (35) warga Medan yang akhirnya memutuskan untuk menginap di Kota Padangsidimpuan sambil menunggu jalan untuk dibuka.
Berbeda dengan Nafiq (40) warga Kecamatan Patumbak, Deliserdang mengaku sudah tertahan selama 4 jam di Desa Sipange Julu. Rencananya ia bersama rekannya menuju Natal karena ada hal penting yang harus dikejar. “Enggak apa-apalah Pak, kami tunggu saja sampai bisa jalan. Mau balik tanggung, soalnya uang dikantong tidak mencukupi,” tukasnya.
Keesokan harinya, Rabu (25/12), warga Desa Sipange Julu, Sipange Godang dan Tolang Jae, masih melakukan aksi pembakaran. Bahkan, para warga sampai memasak dengan menggunakan tungku besar di tengah jalan dan dilapis dengan barisan ban-ban di bagian depan.
Tepat pukul 12.00 WIB, Wakil Bupati Aldinz Rapollo Siregar, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE, sejumlah anggota TNI dan polri, anggota DPRD Tapsel bersama tokoh masyarakat melakukan mediasi. Mulanya mereka mendatangi Desa Sipange Julu dan berbicara dengan sejumlah tokoh masyarakat di sana. Hasilnya warga setuju. Tak lama kemudian mereka membuka jalan dengan memindahkan sopo-sopo, meja, dan kursi. Mereka juga membersihkan jalan yang masih terlihat sisa-sisa bakaran.
“Ayo angkat, angkat.. bersihkan jalan, bersihkan,” teriak warga bersama petugas. Selanjutnya, dengan berjalan kaki sekitar 100 meter, para Muspida tiba di Desa Sipange Godang. Di tempat ini mereka sudah disambut dengan kerumunan warga yang juga menutup jalan dengan menggunakan kursi-kursi dan dan sopo-sopo. “Apa jaminannya kalau warga kami bisa dibebaskan, jangan-jangan hanya rekayasa kalian saja, kami tidak mau,” teriak warga kepada unsur Muspida yang ada.
Mediasi berjalan cukup alot, hampir mencapai 2 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, namun belum ada tanda-tanda kalau warga berniat mau membuka jalan. Akhirnya, pihak Muspida pun berbalik arah, dan kembali menuju Polsek Pintu Padang di Kecamatan Batangangkola.
Di tempat ini, bersama dengan beberapa orang warga dan tokoh masyarakat, 2 orang anggota DPRD Tapsel yang diketahui bernama Ali Imran Hasibuan dan Asgul Idihan Dalimunthe, mencoba merundingkan bagaimana jalan terbaiknya. Di saat yang bersamaan, sudah ribuan kendaraan yang mengantre dan menunggu jalan dibuka hampir 20 jam.
Akhirnya sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Polres Tapsel bersama sejumlah unsur Muspida membuat sebuah kesepakatan yaitu mengeluarkan semua tahanan dengan catatan apabila diperlukan untuk pemeriksaan, para warga tersebut harus bersedia datang. Akhirnya mulai dari Desa Sipange Godang sampai Desa Tolang Jae, jalan yang sudah ditutup warga selama hampir 21 jam itu pun dibuka.
Untuk diketahui, pada Minggu (22/12), sejumlah warga dari Desa Tolang mendatangi warga di Dusun Adian Goti dan membakar sebuah rumah warga. Tidak terima dengan perlakuan warga dari Desa Tolang, akhirnya warga di Dusun Adian Goti menangkap seorang pelaku pembakaran dan pembacokan. Sebagai aksi balasan, ratusan warga Desa Tolang langsung menyerang Dusun Adian Goti.
Menurut Kapolres, jauh sebelum peristiwa itu terjadi, warga di 7 desa yaitu Tolang Julu, Tolang Jae, Sipange Godang, Sipange Julu, Sialang, Bange, dan Batu Godang/Aek Raja menolak keberadaan warga yang bermukim di Dusun Adian Goti, yang berada tepat di atas desa mereka. Alasannya, selama ini warga di Dusun Adian Goti tersebut, memelihara hewan ternak dan kotorannya dibuang ke Sungai Batang Angkola yang setiap hari digunakan warga tujuh desa untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, dan mencuci.
Warga 7 desa itu telah meminta pemerintah untuk segera merelokasinya. Atas hal itu, pihak pemerintah setempat dan warga sekitar sudah pernah duduk bersama untuk membahas hal itu. Dan, disepakati warga tujuh desa dilarang untuk main hakim sendiri. “Saya sudah imbau warga tujuh desa yang menolak keberadaan warga di Dusun Adian Goti itu, untuk tidak berbuat melanggar hukum. Kita janji akan segera selesaikan dengan mencari solusi yang terbaik untuk masing-masing pihak,” ujar Kapolres. “Namun, warga Tolang Jae tidak sabar dan melakukan penyerangan terhadap warga Adian Goti. Sehingga warga di sana membalas dan menganiaya salah seorang warga Desa Tolang Jae. Atas kejadian itu, warga Desa Tolang Jae kembali melakukan aksi dengan menyerang dan membakar tempat tinggal warga di sana,” jelas Kapolres.(Metrosiantar.com)
Pembebasan mereka dilakukan setelah ribuan warga dari 3 desa yaitu Tolang Jae, Sipange Godang, dan Sipange Julu, memblokir jalan negara atau Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam. “Semua warga yang ditahan sudah dikeluarkan Polres Tapsel, Rabu (25/12) sekitar pukul 23.00 WIB. Saya ikut langsung dalam proses pengantarannya,” kata Anggota DPRD Tapsel yang juga sebagai mediator, Ali Imran Hasibuan.
Menurut Ali Imran, sebanyak 15 warga yang dinyatakan tidak bersalah telah dibebaskan Polres Tapsel pada Selasa (24/12) sore. Namun, atas kesepakatan bersama, ke-15 orang tersebut diinapkan di Kantor Golkar Tapsel, Jalan Ade Irma Suryani, Kota Padangsidimpuan. Dan, baru sekitar pukul 23.00 WIB. Semuanya dikembalikan ke keluarga masing-masing bersama dengan 47 orang lainnya.
Blokir Jalan Negara Selama 21 Jam
Sebelumnya, sekitar seribuan warga dari 3 desa yaitu Tolang Jae, Sipange Godang, dan Sipange Julu, Kecamatan Sayur Matinggi Tapsel, mulai Selasa (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB, memblokir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam.
Warga meletakkan meja, kursi, teratak (tenda), membakar ban bekas, hingga memasak di tengah jalan. Aksi tersebut adalah buntut dari penangkapan 62 warga yang diduga telah melakukan pembakaran terhadap 10 rumah (7 hangus terbakar dan 3 hanya pada bagian dapur) di Dusun Adian Goti beberapa waktu lalu. Mereka menuntut kepada pihak terkait untuk membebaskan semuanya.
Tak pelak pemblokiran jalan negara ini membuat arus lalu lintas lumpuh total. Dan, Rabu (25/12) sekitar pukul 15.30 WIB, setelah dilakukan mediasi yang alot, warga akhirnya membuka jalan dan kendaraan pun dapat melintas.
Laporan Metro Tabagsel, pada Selasa (24/12) sekitar pukul 19.30 WIB, warga yang memblokir jalan didominasi oleh kaum ibu dan anak-anak. Mereka merupakan pihak yang sangat menginginkan anak, abang, suami, dan orangtuanya dibebaskan.
Warga yang kesal mulanya menutup jalan di perbatasan Desa Tolang Jae di dekat Jembatan Sungai Batang Angkola untuk menghalau kendaraan yang datang dari arah Tapsel menuju Madina. Mengetahui hal tersebut, puluhan petugas dari Polres Tapsel dan dibantu oleh pihak TNI setempat langsung melakukan pengamanan dengan membuat pagar betis persis di depan para warga yang kebanyakan dari kaum ibu dan anak-anak tersebut. “Kami minta keluarga kami dibebaskan kalau tidak kami tidak akan membuka jalan ini,” teriak warga kepada petugas sambil membakar ban persis di tengah badan jalan.
Sementara itu, sekitar 15 petugas pengendali massa, yang berada di bagian depan, lengkap dengan tongkat dan tameng tetap bertahan sambil berdiri untuk mengantisipasi keributan.
“Kalau keluarga kami tidak dibebaskan malam ini, kami akan terus melakukannya terus sampai dibebaskan. Kami tidak mau hanya sebagian saja. Kami mau semuanya dibebaskan malam ini juga, baru kami buka jalan ini,” kata kaum ibu-ibu serentak yang berada di barisan paling depan.
Hampir 4 jam warga dan petugas saling berdiri, sekitar pukul 22.00 WIB, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE datang dan mencoba melakukan mediasi dengan warga melalui sejumlah tokoh masyarakat. Namun hasilnya sama, warga tetap ngotot meminta agar keluarga mereka yang ditahan dibebaskan. Karena belum ada solusi yang pas, selanjutnya Kapolres Tapsel pergi meninggalkan kerumunan warga yang sudah mulai terlihat panas.
“Mana ban-nya… bakar lagi, biar sampai besok pun tidak apa-apa kita di sini,” teriak warga malam itu sembari memasang teratak tepat di tengah jembatan yang menjadi pembatas antara Desa Tolangjae dan Desa Tolangjulu.
R Boru Pulungan (50) seorang warga yang ikut melakukan aksi dan berada di barisan paling depan mengatakan, pihak berwajib seenaknya saja melakukan penangkapan terhadap keluarganya. “Saya ingin anak saya dibebaskan karena dia tulang punggung kami di rumah. Kalau dia ditahan, siapa lagi yang ngasih kami makan,” ujar Boru Pulungan sambil menunjuk kearah petugas.
Boru Pulungan juga mengatakan, akibat dari peristiwa itu, banyak warga di desanya takut untuk bekerja, sebab kebun karet yang sehari-hari mereka garap terletak di hutan yang juga berdekatan dengan pemukiman warga Dusun Adian Goti. “Dan kami juga minta kepada warga Dusun Adian Goti yang masih berada di atas untuk turun dari gunung dan pindah. Kami tidak mau peristiwa kemarin terjadi kembali, gara-gara ini banyak warga yang jadi takut untuk pergi ke kebun,” sambungya.
Hari semakin larut malam, namun warga tetap enggan untuk membubarkan diri, malah mereka semakin semangat. “Ayo bakar lagi bannya, tambah lagi,” teriak mereka.
Anehnya, sekitar pukul 23.00 WIB, puluhan petugas yang sudah hampir 4 jam berdiri, tiba-tiba seperti mendapat instruksi dan berbalik arah meninggalkan para warga dengan mengendarai 2 unit mobil Dalmas menuju arah Desa Sipangegodang. Rupanya diketahui, di desa tersebut dan juga Desa Sipange Julu, ratusan warga sudah melakukan aksi yang sama seperti yang dilakukan warga di Desa Tolang Jae.
“Informasinya warga di sana juga sudah memblokir jalan dan membakar ban, perintahnya kami mau mengamankan di sana,” ujar beberapa petugas dan langsung meninggalkan Desa Tolang Jae.
Ketika dikejar ke lokasi yang dimaksud, apa yang terjadi persis sama dengan di Desa Tolang Jae. Ratusan warga di Desa Sipange Julu dan Sipange Godang sudah membakar ban dan memblokir jalan dari arah Tapsel menuju Madina. “Ini bentuk kesetiakawanan kami, sebab ada 2 warga kami yang juga ditahan di Polres Tapsel, kami minta dibebaskan,” ujar warga.
Di tempat ini, petugas sempat menghalau warga. Namun warga terus melakukan pembakaran dan pemblokiran sambil meletakkan kursi, meja, dan sopo-sopo ke tengah jalan. Malam itu juga, jalinsum yang menghubungkan Tapsel dan Madina lumpuh total.
“Saya mau ke Padang, bawa keluarga liburan. Lihat ada aksi bakar-bakar itu keluarga saya jadi takut, biarlah kami putar balik saja,” ujar Amin (35) warga Medan yang akhirnya memutuskan untuk menginap di Kota Padangsidimpuan sambil menunggu jalan untuk dibuka.
Berbeda dengan Nafiq (40) warga Kecamatan Patumbak, Deliserdang mengaku sudah tertahan selama 4 jam di Desa Sipange Julu. Rencananya ia bersama rekannya menuju Natal karena ada hal penting yang harus dikejar. “Enggak apa-apalah Pak, kami tunggu saja sampai bisa jalan. Mau balik tanggung, soalnya uang dikantong tidak mencukupi,” tukasnya.
Keesokan harinya, Rabu (25/12), warga Desa Sipange Julu, Sipange Godang dan Tolang Jae, masih melakukan aksi pembakaran. Bahkan, para warga sampai memasak dengan menggunakan tungku besar di tengah jalan dan dilapis dengan barisan ban-ban di bagian depan.
Tepat pukul 12.00 WIB, Wakil Bupati Aldinz Rapollo Siregar, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE, sejumlah anggota TNI dan polri, anggota DPRD Tapsel bersama tokoh masyarakat melakukan mediasi. Mulanya mereka mendatangi Desa Sipange Julu dan berbicara dengan sejumlah tokoh masyarakat di sana. Hasilnya warga setuju. Tak lama kemudian mereka membuka jalan dengan memindahkan sopo-sopo, meja, dan kursi. Mereka juga membersihkan jalan yang masih terlihat sisa-sisa bakaran.
“Ayo angkat, angkat.. bersihkan jalan, bersihkan,” teriak warga bersama petugas. Selanjutnya, dengan berjalan kaki sekitar 100 meter, para Muspida tiba di Desa Sipange Godang. Di tempat ini mereka sudah disambut dengan kerumunan warga yang juga menutup jalan dengan menggunakan kursi-kursi dan dan sopo-sopo. “Apa jaminannya kalau warga kami bisa dibebaskan, jangan-jangan hanya rekayasa kalian saja, kami tidak mau,” teriak warga kepada unsur Muspida yang ada.
Mediasi berjalan cukup alot, hampir mencapai 2 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, namun belum ada tanda-tanda kalau warga berniat mau membuka jalan. Akhirnya, pihak Muspida pun berbalik arah, dan kembali menuju Polsek Pintu Padang di Kecamatan Batangangkola.
Di tempat ini, bersama dengan beberapa orang warga dan tokoh masyarakat, 2 orang anggota DPRD Tapsel yang diketahui bernama Ali Imran Hasibuan dan Asgul Idihan Dalimunthe, mencoba merundingkan bagaimana jalan terbaiknya. Di saat yang bersamaan, sudah ribuan kendaraan yang mengantre dan menunggu jalan dibuka hampir 20 jam.
Akhirnya sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Polres Tapsel bersama sejumlah unsur Muspida membuat sebuah kesepakatan yaitu mengeluarkan semua tahanan dengan catatan apabila diperlukan untuk pemeriksaan, para warga tersebut harus bersedia datang. Akhirnya mulai dari Desa Sipange Godang sampai Desa Tolang Jae, jalan yang sudah ditutup warga selama hampir 21 jam itu pun dibuka.
Untuk diketahui, pada Minggu (22/12), sejumlah warga dari Desa Tolang mendatangi warga di Dusun Adian Goti dan membakar sebuah rumah warga. Tidak terima dengan perlakuan warga dari Desa Tolang, akhirnya warga di Dusun Adian Goti menangkap seorang pelaku pembakaran dan pembacokan. Sebagai aksi balasan, ratusan warga Desa Tolang langsung menyerang Dusun Adian Goti.
Menurut Kapolres, jauh sebelum peristiwa itu terjadi, warga di 7 desa yaitu Tolang Julu, Tolang Jae, Sipange Godang, Sipange Julu, Sialang, Bange, dan Batu Godang/Aek Raja menolak keberadaan warga yang bermukim di Dusun Adian Goti, yang berada tepat di atas desa mereka. Alasannya, selama ini warga di Dusun Adian Goti tersebut, memelihara hewan ternak dan kotorannya dibuang ke Sungai Batang Angkola yang setiap hari digunakan warga tujuh desa untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, dan mencuci.
Warga 7 desa itu telah meminta pemerintah untuk segera merelokasinya. Atas hal itu, pihak pemerintah setempat dan warga sekitar sudah pernah duduk bersama untuk membahas hal itu. Dan, disepakati warga tujuh desa dilarang untuk main hakim sendiri. “Saya sudah imbau warga tujuh desa yang menolak keberadaan warga di Dusun Adian Goti itu, untuk tidak berbuat melanggar hukum. Kita janji akan segera selesaikan dengan mencari solusi yang terbaik untuk masing-masing pihak,” ujar Kapolres. “Namun, warga Tolang Jae tidak sabar dan melakukan penyerangan terhadap warga Adian Goti. Sehingga warga di sana membalas dan menganiaya salah seorang warga Desa Tolang Jae. Atas kejadian itu, warga Desa Tolang Jae kembali melakukan aksi dengan menyerang dan membakar tempat tinggal warga di sana,” jelas Kapolres.(Metrosiantar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar