DAFTAR BERITA

Selasa, 19 Februari 2013

Wapres:Perguruan Tinggi Agar Siap Menghadapi Globalisasi

Wapres Boediono bersalaman dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro, salah seorang anggota ABP PTSI. (Foto : Indra)

INFO TABAGSEL.com-Globalisasi akan memberi dampak pada semua sektor, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan tidak terkecuali sektor pendidikan. “Kita tidak bisa menutup diri lagi. Cara menghadapi globalisasi hanyalah dengan menyiapkan diri kita sebaik mungkin,” ujar Wakil Presiden Boediono saat memberikan sambutan pada Pembukaan Musyawarah Nasional III Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) di Kantor Wakil Presiden, Selasa 19 Februari 2013.


Di bidang pendidikan, lanjut Wapres, cara yang terbaik menghadapi globalisasi adalah dengan meningkatkan kualitas dari pendidikan di tanah air. “Kita bisa menutup persaingan dari luar, tetapi hanya untuk sementara waktu, karena secara jelas, semua orang dapat mengakses pendidikan online melalui teknologi informasi ” ujar Wapres.


Bahkan Wapres berharap agar pendidikan online dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan yang ada, sehingga menjadi suplemen. “Banyak perguruan tinggi yang kekurangan tenaga pengajar, tetapi menunggu terlalu lama untuk menanti pengajarnya menempuh pendidikan yang lebih tinggi, jadi manfaatkanlah pendidikan online,” ucap Wapres.
Dalam pandangan Wapres, pendidikan online merupakan bentuk pendidikan di masa yang akan datang, selain kualitas yang baik juga didukung dengan biaya yang terjangkau. Wapres memberikan contoh jika seseorang akan melanjutkan kuliah di universitas terkemuka seperti Harvard di Amerika Serikat, ia akan akan mendapatkan kualitas pendidikan yang baik, tetapi juga harus membayar mahal untuk perkuliahannya. Tetapi, melalui pendidikan online, dengan kualitas ilmu yang tidak berbeda jauh dengan universitas terkemuka, karena disusun oleh para profesor yang mumpuni, lengkap dengan panduan bagi mahasiswa, dosen pendamping dan jadwal tes. “Dan biayanya terjangkau. Pendidikan online ini bisa menggantikan kelas tradisional,” ujar Wapres.


Memang, diakui Wapres, dalam pendidikan online tidak ada tatap muka dengan dosennya, yang terkadang dapat memberikan inspirasi. “Tetapi dalam pendidikan online, interaksi dengan dosen masih dimungkinkan,” ujar Wapres.


Saat ini, perguruan tinggi swasta berjumlah 3.194 perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi negeri hanya 90 perguruan tinggi. Menurut Wapres, negara atau pemerintah tidak mungkin melakukan sendiri upaya untuk mendidik generasi mudanya terutama pendidikan tinggi. Untuk itu diperlukan kerjasama antara pemerintah dengan perguruan tinggi swasta. “Dari awal kuncinya adalah kemitraan, saling mengerti, sepakat tujuan akhir yang akan dicapai,” ujar Wapres.
Wapres meyakini bahwa tujuan dari pendirian lembaga pendidikan tinggi adalah mempersiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan pada waktunya. “Dalil dari kemajuan bangsa adalah generasi yang mengganti harus lebih baik dari generasi yang dinganti. Tujuannya bukan untuk generasi itu sendiri, tetapi untuk kemajauan bangsa itu,” ujar Wapres. 
Untuk itu Wapres berharap agar perguruan tinggi menghasilkan generasi yang berkualitas dan memilki bekal untuk berkontribusi di masayarakat. Ia pun teringat ucapan para dosen di UGM pada tahun 1960-an. “UGM harus dapat menciptakan lulusan yang baik, kalau tidak akan disebut sebagai pengedar uang palsu,” ucap Wapres. Ia mengingatkan agar perguruan tinggi tidak cukup puas dengan berhasil memberikan secarik kertas ijazah kepada mahasiswanya.
Agar perguruan tinggi dapat menghasilkan anak-anak muda yang siap berkiprah di dunia nyata, perguruan tinggi harus sering berkomunikasi dengan para pemberi kerja atau dunia usaha. “Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anak didik kita harus relevan duania nyata. Atau jadikan anak didik kita menjadi wirausaha, sebagai pembuka lapanga kerja. Itu lebih tinggi lagi kualitasnya,” ujar Wapres. 
Wapres berharap agar perguruan tinggi swasta tidak bertransformasi menjadi badan usaha yang mencari profit semaksimal mungkin. Ia menyadari, sebagai perguruan tinggi swasta tidak terhindarkan dari biaya dan tuntutan kualitas, tetapi ia mengingatkan bahwa tujuan dari pendirian perguruan tinggi swasta adalah mengelola secara efisien sesuai dengan kaidah bisnis. “Tetapi bukan untuk mencari profit maksimum, melainkan untuk mendidik sebanyak mungkin anak didik kita,” ujar Wapres mengingatkan.
Di akhir sambutannya, Wapres meminta maaf karena memberikan sambutan dengan panjang lebar, seperti memberikan kuliah. “Saya sudah lama tidak mengajar. Jika mengajar, saya senang bertemu anak-anak di tingkat satu, mereka masih bersemangat dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Kalau sekarang ini, seringkali saya berbicara, banyak yang mengobrol atau tertidur,” ujar Wapres yang disambut tawa peserta musyawarah.
Ketua ABP PTSI Thomas Suyatno melaporkan bahwa Musyawarah Nasional III ABP PTSI untuk melaksanakan konsolidasi internal. “Untuk lebih mendinamisasi, merevitalisasi semua anggota, terutama menyongsong ASEAN Community dua tahun lagi,” ucap Ketua ABP PTSI. Untuk itu pihaknya akan menyiapkan strategi secara konkret, menghadapi masa depan yang sangat kritikal tersebut. 

Tidak ada komentar: