DAFTAR BERITA

Jumat, 08 Mei 2015

Prof Syamruddin Nasution MAg Ditetapkan Guru Besar UIN Riau

Prof Dr Syamruddin.

INFO TABAGSEL.com-Selasa (6/5), merupakan hari yang menyenangkan bagi Syamruddin Nasution. Sebab saat itu ia mendapat surat dari Dirjen Dikti ia ditetapkan sebagai guru besar. Dengan demikian UIN Suska Riau bertambah satu guru besar lagi, yakni guru besar Sejarah Peradaban Islam. Syamruddin menjadi satu-satunya guru besar Sejarah Peradaban Islam di Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau.

Lahir dari keluarga petani di Simangambat, Tapanuli Selatan, tak membuat Syamruddin menyerah dengan keadaan. ”Waktu kecil saya bekerja membantu orangtua menderes (manakik gatah karet, red). Saya ingin mengubah nasib dari hidup susah menjadi lebih baik lagi,’’ paparnya.

Setamat SD, orangtuanya mengirim ke Pondok Pesantren Musthafawiyah Purbabaru, Tapanuli Selatan. ”Ketika itu, model sekolah di pesantren ini cara menyekolah anak yang paling murah. Dan orangtuanya berniat agar seluruh anaknya sekolah ke Musthafawiyah Purbabaru. Maka kami 7 barsaudara semuanya tamat dari pondok pesantren ini,’’ jelasnya.

Syamruddin setamat dari Ponpes Musthafawiyah, ia melanjutkan ke IAIN Sunankaliga tahun 1977, kemudia dia membawa adiknya Khoiruddin yang kini bergelar profesor doktor menjadi Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Selain itu dia juga membawa adik lainnya yakni Ahmad Sayuti kini menjadi Wakil Ketua Pengadilan Agama Sawahlunto, Sumbar.

”Adik-adik saya yang lainnya ada yang menjadi ustaz dan ustazah di Ponpes Musthafawiyah dan beberapa sekolah lainnya. Pokoknya kami tujuh bersaudara semuanya alumni Musthafawiyah Purbabaru,’’ jelasnya.

Syamruddin merupakan alumni program doktor Universitas Malaya, Malaysia. Dia berhasil menyelesaikan pendidikan S3 tak sampai tiga tahun, makanya dia mendapat beasiswa 22 ribu ringgit Malaysia.

”Saya kuliah S3 di UM tak sampai 3 tahun. Karena berhasil menyelesaikan pendidikan di bawah 3 tahun, saya pun mendapat beasiswa dari Malaysia 22 ribu ringgit,’’ paparnya.

Pesan Syamruddin terkait pengajaran Sejarah Peradaban Islam perlu ditambah jumlah SKS-nya, jika selama ini hanya 2 SKS hendaknya muatannya 4 SKS, sebab pelajaran ini sangat luas.

”Islam Timut Tengah itu luas, mulai dari Maroko, Mesir, Tukri, Arab Saudi sampai Iran. Belum lagi wilayah Asia Tenggara, makanya perlu ditambah SKS-nya,’’ paparnya.

Selain itu, dalam cara pengajarannya perlu didukung dengan visualisasi, sehingga mahasiswa lebih suka, tidak hanya dalam bentuk makalah. Juga menarik anak didik itu diajak ke lokasi sisa-sisa peradaban Islam, misalnya di Riau, diajak ke Istana Siak.
”Intinya pengajaran sejarah Islam perlu inovasi dari dosen,’’ paparnya.
(RIAUPOS.CO)