DAFTAR BERITA

Rabu, 02 Januari 2013

Wapres: Pasar Modal Indonesia Butuh Pendalaman Pasar

Wapres Boediono meneken sirene pembukaan perdagangan saham 2013 (foto: Puastono).

INFO TABAGSEL.com-Wakil Presiden Boediono meminta agar pasar modal Indonesia menegakkan integritas pribadi dan integritas pasar dalam pertumbuhannya. Serta, perlunya melakukan pendalaman pasar demi menjawab kritik bahwa pasar modal Indonesia terlalu tipis dimana tindakan satu atau dua pelaku besar bisa membuat seluruh pasar guncang. 

“Ini yang harus kita tangani. Dalam itu artinyasupply dan demand-nya dalam. Demand-nya lebih mudah, tapi memperdalam atau meningkatkan jumlah supply atau jumlah saham yang beredar itu yang harus terus menerus kita upayakan,” kata Wapres Boediono usai membuka perdagangan perdana Bursa Efek Indonesia 2013 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu 2 Januari 2013. Hadir dalam kesempatan itu Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad.  

Negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura, kata Wapres, telah menerapkan tingkat pasar modal yang lebih maju serta lebih dalam, dimana mereka sudah bisa menangkap beberapa kantong prioritas untuk dikembangkan secara sistematik. Misalnya di Malaysia, yang menjadi ujung tombak adalah produk syariah. 

Di dalam negeri, Wapres mengusulkan para pelaku pasar modal untuk menengok pada kekuatan usaha kecil menengah di Indonesia yang sangat besar. “Sayangnya mereka belum bisa punya akses ke pembiayaan di pasar modal. Tapi itulah menurut saya perlunya melakukan pendalaman dari pasar modal kita, apa-apa yang bisa dilakukan pemerintah, otoritas keuangan, para pelaku dan para pengusaha sendiri, agar bisa menciptakan jembatan sehingga akses usaha kecil dan menengah bisa melebar dan melonggar,” kata Wapres. 

Menteri Keuangan Agus Martowardoyo mengucapkan terimakasih atas kehadiran Wapres Boediono untuk menandai perdagangan saham pertama pada 2013. “Semoga kehadiran Wapres dalam aktivitas perdana di tahun baru ini bisa menyemangati para pelaku pasar modal agar bisa tetap mempertahankan kinerja positif perdagangan saham di negeri kita," katanya. 

Sesaat sebelum menekan sirene pembukaan perdagangan, Wakil Presiden Boediono mengatakan ia mengapresiasi pertumbuhan sepanjang 2012 yang lalu berhasil mencatat pertumbuhan yang menggembirakan. Ia mengajak para pelaku pasar modal untuk terus meningkatkan prestasi pada 2013 yang tak akan sepi dari tantangan dan peluang. “Mari kita membangun pasar modal Indonesia agar makin maju, makin berintegritas dan makin besar kontribusinya bagi perekonomian nasional kita,” kata Wapres. 

Optimisme Perekonomian Indonesia 2013 

Mengawali sambutannya, Wapres Boediono mengucapkan selamat tahun baru kepada para pelaku pasar modal dan berharap agar tahun baru ini membawa kebaikan bagi bangsa ini. Ia tak ingin berpretensi melakukan pengarahan melainkan dialog. “Para pelaku pasar tak bisa diarahkan, mereka punya rasio dan pemikiran sendiri. Yang bisa kita lakukan bertukar pikiran, bertukar informasi apa yang dilakukan pemerintah, apa yang dilakukan para pelaku pasar,” kata Wapres. 

Wapres Boediono mengungkapkan optimismenya bahwa perekonomian Indonesia akan semakin tumbuh meski sesungguhnya suasana dunia masih belum menentu. Hal ini bagaikan mengendalikan bahtera di tengah arus yang terombang-ambing, badai bisa datang kapan saja. 

Mengapa optimis? Karena banyak yang sudah mencatat stabilitas dan kelenturan(resilient) ekonomi Indonesia yang bagus sejak krisis global 2008. Ini akibat kebijakan makro yang konsisten berlaku sejak lama, yakni pengelolaan makro ekonomi yang pruden (prudent macroeconomic policy), yang sesungguhnya menjadi kultur kebijakan makro ekonomi sejak Orde Baru. 

“Pada saat-saat tertentu kita longgarkan untuk meningkatkan stimulus, pada saat-saat tertentu kita perketat, tapi kita tak akan melepas begitu saja kondisi fiskal dan moneter kita. Sampai ke depan pun kebijakan makro ekonomi yang pruden ini akan tetap kita pegang,” kata Wapres. 

Kedua, Wapres melanjutkan, pertumbuhan ekonomi besar kemungkinan akan menurun mengingat kondisi ekonomi global. Namun yang penting adalah kesiapan bahtera Indonesia sendiri untuk dapat mengendalikan pertumbuhan dari dalam negeri. Angka investasi yang naik pada 2012 akan terus berlanjut pada 2013 karena masih banyak pembangunan infrastruktur yang akan berlanjut. “Pemerintah akan terus mendorong dampak stimulus fiskal, tapi ini ada batasnya yakni kemampuan anggaran belanja kita. Kita harus berusaha meningkatkan kualitas belanja,” kata Wapres. 

Satu potensi sumber pertumbuhan, lanjut Wapres, yang bisa diupayakan dalam situasi krisis adalah reformasi struktural. Melepaskan hambatan-hambatan yang tak perlu, perbaikan manajemen, melancarkan proses perizinan, peningkatan koordinasi di lapangan dan pelayanan masyarakat akan sangat membantu menumbuhkan ekonomi dari sisi permintaan (supply). “Hal ini membutuhkan tekad, kerjasama dan koordinasi yang luar biasa,” kata Wapres. 

Situasi ekonomi yang tak menentu di Amerika dan di Eropa, kata Wapres, sangat dipengaruhi oleh kebuntuan politik. Dalam situasi ekonomi yang berat, seringkali sistem politik mendapat tekanan luar biasa. Stabilitas negara-negara maju dengan sistem politik mapan saja bisa goyah terkena imbasnya, apalagi bagi negara-negara berkembang. 

Namun di sisi lain, bisa juga sistem politik yang tidak jalan membuat banyak pengambilan keputusan yang ditunggu pasar gagal diambil. “Kalau resiko dari luar itu riil, kita harus waspada. Tapi kalau cuacanya tenang, tapi yang gaduh justru dari dalam bahtera itu sendiri, akibatnya sama saja, bahtera pun karam. Jangan sampai kita merusak bahtera kita sendiri, itu dosanya dua kali karena dosanya pada kita sebagai pribadi dan kepada rakyat. Terutama di bidang politik kita perlu sama-sama mengelola. Ini adalah bahtera kita bersama,” kata Wapres. 

Tahun 2013, lanjut Wapres, adalah tahun politik. Banyak sekali kegiatan-kegiatan politik yang akan berlangsung. “Hal itu tak mengapa, karena sesuai dengan sistem demokrasi yang menjadi pilihan bangsa. Namun bila semua itu bisa dilakukan dalam ranmbu-rambu menjaga ketenangan dan kestabilan bahtera kita, maka kita semua akan sangat bangga bisa melewati masa-masa yang sulit ini,” kata Wapres. 

Mulai Hari Ini, Bursa Efek Dalam Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan 
Menteri Keuangan Agus Martowardoyo mengatakan bahwa hari ini tugas Departemen Keuangan untuk mengawasi pasar modal dan lembaga keuangan non-bank telah berakhir, yang selanjutnya akan beralih ke OJK. 

Menyambut hal ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad mengatakan lembaganya siap mengambil alih pengawasan tersebut sesuai amanat UU Otoritas Jasa Keuangan. Tugas tersebut adalah tugas berat, karena itu ia berharap kerjasama dari berbagai institusi keuangan yang sudah ada agar OJK bisa menjalankan tugasnya bersama-sama institusi lain demi menjaga kredibilitas keuangan nasional. 

Dalam kesempatan itu Ketua OJK memperkenalkan para komisioner OJK ke hadapan para pelaku pasar modal. Dua hal yang menjadi target kerja OJK adalah meningkatkan pengawasan terhadap keuangan nasional dan meningkatkan edukasi keuangan kepada seluruh masyarakat. Kedua hal ini akan melandasi kinerja OJK di tahun-tahun mendatang, termasuk meningkatkan akses keuangan bagi usaha kecil menengah. “Kami berharap agar OJK bisa menjaga stabilitas industri keuangan nasional dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,” kata Ketua OJK. 

Pertumbuhan Positif Bursa Efek Indonesia Sepanjang 2012 

Menteri Keuangan Agus Martowardoyo melaporkan kinerja pasar modal sepanjang 2012. Pertama, Indeks Harga Saham Gabungan mencatat pertumbuhan positif dengan tingkat pertumbuhan sebesar 12.9% yaitu dari 3821.9 pada penutupan Desember 2011 menjadi 4316.7 pada penutupan bursa pada 28 Desember 2012. 

Pertumbuhan positif IHSG tersebut membawa nilai kapitalisasi pasar saham pada 2012 menjadi Rp.4.127 Trilyun, yang jauh lebih tinggi dari pencapaian 2011 yang sebesar Rp 3.537 Trilyun. Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap PDB juga mengalami peningkatan dari 47.6% pada 2011 menjadi 55.6% pada 2012. 

Akibat krisis keuangan dan fiskal di negara-negara maju, likuiditas pasar keuangan menurun, termasuk di dalamnya likuiditas di Bursa Efek Indonesia. Penurunan rata-rata nilai transaksi harian dari Rp 4.95 Trilyun per hari pada 2011 menjadi Rp. 4.55 Trilyun per hari pada 2012. 

Namun, antusiasme pelaku ekonomi di tanah air untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan untuk ekspansi bisnis mereka tetap tinggi, yang terlihat dari jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering sebanyak 4 perusahaan, 22 emiten yang melakukan penawaran Secondary Public Offering dan 50 emiten yang melakukan penawaran saham/sukuk. “Total dana yang berhasil dihimpun korporasi Indonesia dan kegiatan emisi di pasar modal sebanyak Rp 97 Trilyun,” kata Menteri Keuangan. 
Dialog 

Seusai penekanan sirene yang menandakan dimulainya aktivitas perdagangan saham 2013, Wakil Presiden Boediono, Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Ketua OJK Muliaman Hadad melakukan dialog dengan para pelaku pasar modal. Tiga pertanyaan yang dilontarkan adalah bagaimana strategi pemerintah menghadapi krisis keuangan global ke depan, strategi mengurangi defisit anggaran 2013 dan desain OJK dalam mengembangkan industri keuangan nasional.

Menjawab pertanyaan pertama, Wapres mengatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan semacam cetak biru penanganan krisis. Ada dua tipe krisis yang bisa terjadi, sesuatu yang meledak tiba-tiba atau penurunan bertahap terhadap sejumlah sektor riil. Krisis 2008 adalah tipe yang meledak tiba-tiba tersebut, ketika mendadak terjadi kesulitan likuiditas. Karena itu, protokol penanganan krisis harus memasukkan pengawasan dan respon yang tepat terhadap masalah likuiditas tersebut. Dalam penanganan sektor riil, peran Biro Pusat Statistik sangat krusial untuk memantau pertumbuhan di berbagai pelosok negeri, seperti usaha-usaha apa yang mulai menyurut, dampaknya pada pengangguran dan sebagainya.

Kedua jenis krisis itu, kata Wapres, membutuhkan dukungan landasan hukum yang kokoh. Jangan sampai pengambil keputusan gamang bertindak akibat ketiadaan landasan hukum. Karena itu, Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK) sangat mendesak untuk diselesaikan sebelum krisis berikutnya datang lagi. "Jangan sampai bisa ada yang disalahkan, padahal sudah mengambil langkah-langkah sesuai yang dibutuhkan untuk menangani krisis," kata Wapres.

Mengenai defisit, Wapres mengatakan bahwa pada dasarnya pemerintah tidak menginginkan defisit ini melampaui ambang yang ditentukan. Cara penanganannya bisa macam-macam, apakah mengendalikan pengeluaran-penerimaan dimana pemerintah juga perlu sekali-sekali melonggarkan demi menciptakan stimulus, tapi yang jelas kemampuan untuk mengendalikan ini jangan sampai terlepas karena bisa tak terkendali.

Mengenai desain OJK, Wapres mengatakan bahwa lembaga baru itu dirancang menjadi payung besar pengawasan produk-produk keuangan baik perbankan, pasar modal atau asuransi yang selama ini terpecah-pecah. Hal ini berangkat dari krisis ekonomi global 2008 yang disebabkan oleh produk-produk keuangan kompleks yang demikian rumit sehingga lepas dari pengawasan, no man's land. "Waktu itu kita pikir kalau disatukan akan baik," kata Wapres. 
Namun dalam perkembangannya, di sejumlah negara yang sudah menyatukan otoritas keuangan tunggal seperti itu mengalami masalah lain yakni adanya hal-hal yang lepas dari pengelolaan akibat dilepaskan dari bank sentral atau pengawasan pengelolaan moneter. "Ini menimbulkan masalah baru. Jadi ada kaitan erat antara pengelolaan makro (moneter) dan mikro. Karena itu kami semua berharap adanya koordinasi erat antara OJK dan semua institusi keuangan lainnya," kata Wapres.  

Tidak ada komentar: