DAFTAR BERITA

Minggu, 17 November 2013

Orang Tua Murid Meninggal di Sekolah

INFO TABAGSEL.com-P Rambe (56) mendatangi sekolah anaknya di SD 20010018 Sadabuan, Sabtu (16/11), sekitar pukul 10.00 WIB. Di ruang guru sekolah itu, orangtua laki-laki Juli Damayanti ini, marah-marah karena tidak terima anak perempuannya disebut meminta-minta uang kepada teman sekelasnya. Tiba-tiba, P Rambe terjatuh dan meninggal.

Selanjutnya, sekitar pukul 10.30 WIB, jenazah P Rambe, warga Lingkungan II, Kelurahan Panyanggar, Kota Padangsidimpuan (Psp) ini, sudah terbaring dengan penutup kain panjang bermotif batik di ruangan IGD RSUD Psp.

Menurut salah seorang petugas IGD, saat diterima, P Rambe sudah tidak bernyawa. Tidak ada tanda-tanda kekerasan ditemukan. Namun, bagian ujung kedua tangannya tampak membiru. Petugas menduga, P Rambe meninggal akibat serangan jantung.

“Kami terima sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi (meninggal,red). Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda kekerasan, hanya bagian ujung kedua tangan jenazah terlihat membiru. Biasanya, hal seperti itu diakibatkan serangan penyakit jantung,” ucap petugas wanita tersebut.

Sementara itu, Nelly Astuti, istri almarhum, menjelaskan, ia memang mengetahui suaminya pergi ke sekolah anaknya di SD 20010018 Sadabuan. Tujuannya, mencari kebenaran tentang anaknya yang dituduh telah melakukan perbuatan meminta sejumlah uang kepada seorang murid yang juga teman sekelasnya. Namun, ia tidak mengira suaminya sampai meninggal di sana.

“Setahu saya suami saya tidak ada mengidap penyakit. Saya kesal dengan guru-guru yang telah memperlakkukan suami saya seperti ini, apalagi sampai menuduh anak saya telah berbuat yang bukan-bukan. Saya akan minta pertanggung jawaban mereka. Saya enggak terima,” kata Nelly saat melihat jenazah suaminya di ruangan IGD.

Namun, menurut keterangan Wakil Kepala Sekolah Hj Mawarni Hasibuan dan Hotmaida Lubis, wali kelas murid orangtua murid yang meninggal tersebut, saat itu mereka sedang apel siang di depan halaman sekolah tersebut. Tiba-tiba, P Rambe datang dan langsung marah-marah kepada guru-guru yang berada di sekolah itu. Melihat hal itu, Hotmaida selaku wali kelas dari orang tua murid tersebut, langsung mendatanginya, dan menjelaskan bagaimana cerita yang sebenarnya.
Menurut Hotmaida, sebelumnya, ia menerima laporan dari orangtua salah satu muridnya yang duduk di kelas 4A bernama Nurliyana Putri Boru Harahap.

Saat itu, orangtua Nurliyana mengatakan kepada Hotmaida selaku wali kelas, bahwa anaknya telah diminta sejumlah uang oleh teman sekelasnya, Miftah Rizkiyana. Setelah ditanya lebih jauh, Miftah mengaku, kalau ia melakukan perbuatan tersebut karena disuruh Juli Damayanti (anak orang tua yang meninggal,red).

Dan, atas hal itu lah, Hotmaida memanggil orangtua ketiga muridnya tersebut. Namun saat itu, orangtua Juli Damayanti tidak senang atas tuduhan yang ditujukan kepada anaknya tersebut. “Bapak itu sempat marah-marah sama kami (guru,red) di sekolah ini. Ia tidak senang karena anaknya yang juga murid kami dituduh mengompas (meminta uang,red) kepada salah seorang teman sekelasnya. Padahal, anaknya sudah mengakui perbuatan itu,” ungkap Hotmaida.

Selanjutnya, sambung Hotmaida, Juli Damayanti mengakui perbuatannya di depan guru-guru dan orangtuanya. Setelah mendengar pengakuan anaknya itu, P Rambe langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri.

“Kami semua guru-guru di sini shock dan langsung memanggil dokter di Puskesmas. Bapak itu kami baringkan di atas meja dalam ruangan guru. Setelah diperiksa dokter dan mantri, mereka bilang kalau bapak itu sudah meninggal. Lalu, kami diarahkan untuk membawanya langsung ke rumah sakit. Saat itu juga, ada dua guru yang langsung membawa bapak itu ke rumah sakit dengan menggunakan mobil,” jelas Hotmaida.

“Istri bapak itu juga sempat datang sebelum dibawa. Ia juga sempat marah-marah, karena dikiranya kami tidak bertanggung jawa atas kejadian itu. Ia bilang kami penyebab suaminya meninggal. Padahal, kami sudah mengajak bapak itu untuk membicarakannya dengan baik-baik. Namun, tetap saja marah-marah,” sambung Hotmaida.

Wakil Kepala Sekolah menambahkan, pihaknya sama sekali tidak ingin ada kejadian tersebut, bahkan ia juga tidak menyangka, orangtua murid sampai meninggal di ruangan sekolah mereka. “Saya juga tidak tahu, apa penyebab pasti dari meninggalnya orangtua murid kami itu. Kami meminta maaf kepada keluarga atas kejadian yang terjadi secara tiba-tiba ini.

Perlu saya tegaskan, kami para guru sama sekali tidak melakukan tindakan di luar kewajaran, apalagi sampai menuduh murid kami melakukan perbuatan yang tidak baik. Semua itu atas pengakuan murid tersebut, sehingga kami memanggil orang tuanya. Jadi, kami bukan menghakimi murid,” jelas wakil.
Di tempat terpisah, Kasat Reskrim Polres Kota Psp AKP DB Diriono Sihotang melalui KBO nya Iptu CJ Panjaitan menjelaskan, pihaknya sudah menerima laporan terkait kematian tersebut. Sampai kini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi-saksi.

“Kami masih melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi-saksi terkait kejadian tersebut. Menurut keterangan dari rumah sakit, orangtua murid yang meninggal tersebut mengalami penyakit jantung. Namun, begitu pun tetap akan kita periksa lebih lanjut. Sampai kini, sudah ada tiga orang yang kita mintai keterangannya, yaitu, wakil kepala sekolah, wali kelas dan salah seorang guru,” tukas Panjaitan. (metrosiantar.com)

Tidak ada komentar: