INFO TABAGSEL.com-Peneliti dari
Indonesia for Global Justice Salamudin Daeng mengatakan pemerintah
Indonesia telah terjebak kepada ketergantungan impor sehingga angka
inflasi pada Juli 2013 mencapai 3,29 persen.
"Fakta di lapangan inflasi itu sudah melebihi angka itu," kata Daeng di Jakarta, Sabtu, seraya mengatakan kenaikan harga BBM menjelang bulan puasa dan Lebaran memberi efek signifikan.
Menurut dia, kebijakan impor Indonesia lebih banyak disebabkan oleh tidak kuatnya pertanian dan produksi dalam negeri. Sekitar 70--80 persen bahan baku dalam negeri berasal dari impor.
"Impor memang dapat menolong kebutuhan dalam negeri untuk sesaat. Akan tetapi, pada satu sisi dapat menghancurkan sumber kehidupan dalam jangka waktu yang lama," kata dia.
Daeng mengatakan impor akan terus menggerus devisa yang akibatnya menekan nilai tukar rupiah.
"Aliran modal keluar kita mencapai Rp800 triliun. Jika Pemerintah tidak bisa mencari utang lagi, rupiah akan makin tertekan," katanya.
"Fakta di lapangan inflasi itu sudah melebihi angka itu," kata Daeng di Jakarta, Sabtu, seraya mengatakan kenaikan harga BBM menjelang bulan puasa dan Lebaran memberi efek signifikan.
Menurut dia, kebijakan impor Indonesia lebih banyak disebabkan oleh tidak kuatnya pertanian dan produksi dalam negeri. Sekitar 70--80 persen bahan baku dalam negeri berasal dari impor.
"Impor memang dapat menolong kebutuhan dalam negeri untuk sesaat. Akan tetapi, pada satu sisi dapat menghancurkan sumber kehidupan dalam jangka waktu yang lama," kata dia.
Daeng mengatakan impor akan terus menggerus devisa yang akibatnya menekan nilai tukar rupiah.
"Aliran modal keluar kita mencapai Rp800 triliun. Jika Pemerintah tidak bisa mencari utang lagi, rupiah akan makin tertekan," katanya.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar