DAFTAR BERITA

Senin, 07 Januari 2013

Pengendalian subsidi BBM dan listrik menjadi perhatian utama Kemenkeu 2013

Menteri Keuangan Beserta Jajarannya Melakukan Konferensi Pers Mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini dan Realisasi APBNP 2012 di Aula Djuanda I Kementerian Keuangan Pada Senin (7/1)


INFO TABAGSEL.com-Pengendalian subsidi BBM dan listrik menjadi perhatian utama Kementerian Keuangan di tahun 2013. “Kami ingin meyakini di pemerintah bisamengendalikan subsidi BBM dan listrik di 2013 dengan lebih baik,” kata Menteri Keuangan AgusD.W. Martowardojo saat konferensi pers mengenai perkembangan ekonomi makro dan realisasiAPBNP 2012, di Aula Djuanda I, Kementerian Keuanga, pada Senin (7/1).

Menurut Menkeu, jika subsidi ini tidak dapat dikendalikan lagi seperti dalam dua tahun terakhir,akan ada lonjakan yang membahayakan kesinambungan fiskal Indonesia. Jika ini terjadi, makamenurut Menkeu, pengendalian akan dilakukan dengan mengambil tindakan fiskal. Namun,sejauh ini, untuk BBM bersubsidi belum ada rencana kenaikan harga.

“Kalau itu tidak ada pengendalian yang baik sehingga terjadi pelampauan, itu bisamembahayakan fiskal. Itu tentu kita harus bisa mengambil tindakan secara fiskal yang perludilakukan. Ini hanya ungkapan. Kita tidak ada rencana naikkan BBM subsidi pada saat sekarang,”jelas Menkeu.

Realisasi APBNP 2012 untuk subsidi energi naik 151,5 persen yaitu dari Rp202,353 triliun menjadiRp306,478 triliun. Subsidi ini terdiri dari subsidi BBM yang melonjak 154,2 persen dari Rp137,379triliun ke Rp211,895 triliun. Sementara itu, subsidi listrik juga lebih tinggi dibanding APBNP 2012dari Ro64,973 triliun menjadi Rp94,583 triliun atau 145,6 persen. Kenaikan ini disebabkantingginya ICP, tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar, jebolnya kuota BBM bersubsidi dan fuel mix bahan bakar pembangkit listrik


“Pertumbuhan ekonomi APBN Perubahan itu 6,5 persen. Realisasi itu kita perkirakan 6,3 persen,” kata Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo saat membuka konferensi pers di Aula Djuanda, Jakarta pada Senin (7/1). Ini berdasar pada pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 dan proyeksi triwulan IV-2012 yang diperkirakan 6,2-6,4 persen.

Selanjutnya adalah tingkat inflasi yang dapat dikendalikan di 4,3 persen di mana nilai ini jauh lebih rendah dari asumsi 6,8 persen. Rendahnya laju inflasi ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat, yang juga didukung terjaganya kelancaran dan kecukupan pasokan barang dan jasa, serta terjaganya stabilitas harga barang-barang strategis.

Untuk rata-rata suku bunga SPN 3 bulan mencapai 3,2 persen yang lebih rendah dari asumsi sebesar 5 persen. Ini dapat terjadi karena masih tingginya permintaan SPN dan rendahnya tekanan inflasi. Sementara itu, nilai tukar rupiah mencapai Rp9.384/US$ yang melemah dari asumsi Rp9.000/US$. Pelemahan ini karena adanya tekanan pada neraca pembayaran Indonesia sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global dan tingginya permintaan impor.

Untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata mencapai US$113/barel, yang lebih tinggi dari asumsi di APBNP 2012 sebesar US$105/barel. Harga ini lebih tinggi karena masih tingginya permintaan minyak mentah dunia dan kondisi geopolitik Timur Tengah yang sempat memanas. Terakhir, lifting minyak Indonesia periode Desember 2011-November 2012 mencapai 861 ribu barel per hari, yang berada di bawah target yang disepakati sebesar 930 ribu barel per hari. (Km)

Tidak ada komentar: