INFO TABAGSEL.com-Usai mendampingi Presiden SBY pada upacara pembukaan KTT ke-21 ASEAN di
Peace Palace, Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono mengunjungi Choeng Ek
Genocidal Center, atau biasa dikenal dengan sebutan The Killing Fields.
Di tempat ini, pasukan Khmer Rouge atau Khmer Merah pimpinan Pol Pot
membantai lebih dari 21.000 orang pada tahun 1975 hingga 1979.
The Killing Fields terletak 15 kilometer ke arah tenggara dari pusat kota Phnom Penh. Setibanya di tempat peninjauan, Ibu Ani disambut pemandu Nhim Chantheng dan diantar berkeliling. Diawali dengan menonton video dokumenter tentang pembunuhan masal di tempat itu, dilanjutkan dengan peninjauan museum dan napak tilas tempat-tempat pasukan Khmer Merah membantai ribuan orang termasuk perempuan dan anak-anak.
Pada masa itu, Khmer Merah pimpinan Pot Pot membantai ribuan pendudukan Kamboja yang memiliki pendidikan tinggi atau kaum intelektual, seperti dokter, diplomat, guru, dan orang-orang asing yang tinggal di Kamboja. Pol Pot ingin mendirikan sebuah negara komunis berbasis pertanian. Tanpa ampun mereka dan keluarganya dibantai oleh pasukan Khmer Merah tanpa mengenal gender dan usia. Perempuan, anak kecil, dan bayi juga tidak luput dari pembantaian sadis tersebut.
Tempat pembunuhan masal ini baru ditemukan pada tahun 1980 setelah regim Khmer Merah jatuh. Jasad korban pembunuhan masal selama empat tahun tersebut kemudian mulai dikumpulkan dan dimakamkan dengan layak. Ratusan tengkorak yang tersisa disimpan rapi dalam sebuah monumen. Beberapa monument kemudian didirikan untuk mengenang tragedi kemanusiaan itu.
Ibu Ani sempat meletakkan karangan bunga di salah satu monumen sebagai tanda penghormatan. “Tempat ini hampir sama seperti Lubang Buaya ya, dimana Jenderal-jenderal terbaik kita di masa itu dibunuh secara sadis. Di Lubang Buaya juga masih ada rumah-rumah bambu tempat pembunuhan yang sekarang dilestarikan. Mengerikan sekali tempat ini,” kata Ibu Ani. “Merinding saya mendengarkan ceritanya,” tambah Ibu Ani. (osa/fbw)
The Killing Fields terletak 15 kilometer ke arah tenggara dari pusat kota Phnom Penh. Setibanya di tempat peninjauan, Ibu Ani disambut pemandu Nhim Chantheng dan diantar berkeliling. Diawali dengan menonton video dokumenter tentang pembunuhan masal di tempat itu, dilanjutkan dengan peninjauan museum dan napak tilas tempat-tempat pasukan Khmer Merah membantai ribuan orang termasuk perempuan dan anak-anak.
Pada masa itu, Khmer Merah pimpinan Pot Pot membantai ribuan pendudukan Kamboja yang memiliki pendidikan tinggi atau kaum intelektual, seperti dokter, diplomat, guru, dan orang-orang asing yang tinggal di Kamboja. Pol Pot ingin mendirikan sebuah negara komunis berbasis pertanian. Tanpa ampun mereka dan keluarganya dibantai oleh pasukan Khmer Merah tanpa mengenal gender dan usia. Perempuan, anak kecil, dan bayi juga tidak luput dari pembantaian sadis tersebut.
Tempat pembunuhan masal ini baru ditemukan pada tahun 1980 setelah regim Khmer Merah jatuh. Jasad korban pembunuhan masal selama empat tahun tersebut kemudian mulai dikumpulkan dan dimakamkan dengan layak. Ratusan tengkorak yang tersisa disimpan rapi dalam sebuah monumen. Beberapa monument kemudian didirikan untuk mengenang tragedi kemanusiaan itu.
Ibu Ani sempat meletakkan karangan bunga di salah satu monumen sebagai tanda penghormatan. “Tempat ini hampir sama seperti Lubang Buaya ya, dimana Jenderal-jenderal terbaik kita di masa itu dibunuh secara sadis. Di Lubang Buaya juga masih ada rumah-rumah bambu tempat pembunuhan yang sekarang dilestarikan. Mengerikan sekali tempat ini,” kata Ibu Ani. “Merinding saya mendengarkan ceritanya,” tambah Ibu Ani. (osa/fbw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar