DAFTAR BERITA

Selasa, 20 November 2012

Amerika Serikat hambat gencatan senjata di Gaza

Ledakan dan asap terlihat saat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina, Sabtu (17/11). Pesawat Israel mengebom gedung-gedung pemerintahan Hamas di Gaza, Sabtu kemarin, termasuk kantor perdana menteri, setelah kabinet Israel memberi izin atas mobilisasi 75.000 tentara cadangan, yang bersiap untuk kemungkinan invasi darat. (RETUERS/Yasser Gdeeh) 

Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Amerika Serikat dinilai menghambat perwujudan perdamaian atas konflik Gaza karena menentang tiap tindakan menuju gencatan senjata. Dewan Keamanan PBB mengalami kebuntuan berawal pada pernyataan Amerika Serikat tentang penentangan itu.

Namun Rusia memperingatkan, Arab harus membantu mengakhiri permusuhan Israel dan Hamas yang disepakati, Selasa pagi. Hal ini akan menekan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mempersiapkan potensi bentrokan hak veto dengan Amerika Serikat.

Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman semua memiliki masalah dengan isi naskah yang diajukan negara-negara Arab, Kamis lalu, karena tidak menyebutkan mengenai roket yang dijatuhkan militan Palestina, di Gaza.

Seluruh negara Barat mengatakan, Israel memiliki hak membela diri, sementara Eropa mendesak pemerintah Israel menahan diri terhadap serangan yang baru saja terjadi di Gaza, yang menewaskan 100 orang.

Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyoroti perkembangan kekecewaan Otoritas Palestina dan sekutunya karena pertempuran terjadi sangat sengit dan Dewan Keamanan tidak mengatakan apapun.

"Dewan Keamanan PBB tidak dapat berdiam saja" kata Mansour. Dia mengatakan, "Hal ini mendesak Dewan Keamanan bertanggung jawab dan menghentikan agresi terhadap rakyat kami."

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, mengatakan, harus ada gencatan senjata yang disepakati antara Israel dan Hamas untuk menghentikan segala macam kekerasan yang bermakna atau berkesinambungan.

"Amerika Serikat dan negara-negara di wilayah ini bekerja penuh semangat melalui seluruh saluran diplomatik untuk mencoba bernegosiasi mengakhiri kekerasan, sebuah deeskalasi," kata Rice.

Rice mengatakan Presiden Barak Obama dan Menteri Luar Negeri Hilary Clinton telah berbicara dengan para pemimpin Timur Tengah melalui telepon sepanjang hari.

Tidak ada komentar: