Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair (REUTERS) |
Tokoh perdamaian Afrika Selatan itu, yang menulis dalam surat kabar "The Observer" edisi Minggu, menuduh kedua orang tersebut menggunakan senjata pemusnah massal dan mengatakan serbuan itu menyebabkan dunia tidak tenang dan terbelah ketimbang dalam kemelut lain dalam sejarah.
Tutu menyatakan bahwa standar yang berbeda tampaknya akan diterapkan bagi penyidangan para pemimpin Afrika ketimbang rekan-rekan Barat, dan menambahkan bahwa jumlah korban tewas dalam dan setelah konflik Irak cukup untuk mengadili Blair dan Bush.
"Berdasarkan alasan ini saja, dalam satu dunia yang konsisten, mereka yang bertanggung jawab atas penderitaan dan kehilangan nyawa ini harus diitindak dalam cara yang sama seperti terhadap rekan-rekan Afrika dan Asia mereka yang telah dilakukan untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan mereka di pengadilan Den Haag," kata tulisan Tutu di surat kabar mingguan yang terbit Ahad itu.
"Tetapi kendatipun korban lebih luas telah dipastikan di luar ladang pembunuhan, hati dan perasaan yang sangat memilukan dihadapi para anggota keluarga korban di seluruh dunia."
Tutu, yang adalah pengeritik vokal terhadap perang Irak, juga membela keputusannya tidak menghadiri konferensi Afrika Selatan mengenai kepemimpinan pekan lalu karena Blair hadir.
"Saya sangat tidak layak untuk menghadiri diskusi-diskusi ini...Sampai sekarang, saya memiliki perasaan yang sangat tidak tenang untuk menghadiri KTT mengenai "kepemimpinan" dengan Tuan Blair," tambahnya.
Pemenang hadiah Nobel Perdamaian itu juga menyatakan bahwa perang Irak yang dipimpin AS untuk menggulingkan presiden Saddam Hussein itu menciptakan landasan bagi perang saudara di Suriah, dan kemungkinan krisis Timur Tengah yang meluas yang melibatkan Iran.
"Mereka membawa kita ke tebing yang curam di mana kita sekarang berdiri--dengan momok konflik Suriah dan Iran di depan kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar