SAMPANG, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa dari empat kecamatan di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, masing-masing Kecamatan Karang Penang, Kecamatan Ketapang, Kecamatan Camplong dan Kecamatan Kota Sampang, Selasa (17/4/2012) mengepung kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Kedatangan mereka ke kantor BKD, untuk memprotes beberapa kebijakan yang berkaitan dengan kepegawaian, seperti pencopotan Sekretaris Daerah Sampang beberapa hari lalu, jual beli CPNS dan anak pejabat yang diangkat menjadi PNS di lingkungan Pemkab Sampang.
Abdul Wafi, koordinator aksi mengatakan, kebijakan Bupati Sampang, Noer Tjahja yang sudah mencopot Sekda sudah menyalahi aturan dan BKD memproses administrasinya. Padahal pemberhentian Sekda harus dikonsultasikan ke Gubernur Jatim. "Bupati dan BKD sepertinya tidak paham aturan dan mencari pembenaran seenaknya sendiri," terangnya.
Selain itu, rekrutmen CPNS di lingkungan Pemkab Sampang dilakukan secara transaksional. "Banyak orang yang mengeluhkan soal jual beli CPNS yang harganya sampai Rp 100 juta per orang. Sehingga yang tidak punya duit hanya tinggal gigit jari," imbuhnya.
Orasi mahasiswa ternyata membuat telinga Kepala BKD Sampang, Sri Handoyo Sudono merah. Dia mencoba berdialog dengan mahasiswa di depan pagar kantor, namun setiap hendak bicara selalu dimentahkan mahasiswa. Akhirnya, lima perwakilan diminta bertemu di aula kantor BKD.
Di depan perwakilan mahasiswa, Handoyo menjawab semua yang menjadi aspirasi mahasiswa. "Kami selaku birokrasi yang menjadi kepanjangan tangan bupati, sudah memproses dengan baik soal pencopotan Sekda yang tidak wajib konsultasi dengan DPRD, cukup ke gubernur," terang pria yang disapa Dono ini.
"Soal transaksi rekrutmen CPNS tahun 2011 lalu, silahkan cari buktinya dan serahkan kepada saya jika sudah didapatkan biar saya tindak lanjuti. Jangan kalian asal bicara!" tandasnya.
Soal pengangkatan anak pejabat sebagai PNS, menurut Dono, jika ada kejanggalan silakan diselidiki. "Kalau tidak layak, meskipun anak pejabat tidak mungkin diangkat," ungkapnya.
Mendapat tantangan semacam itu, mahasiswa tidak diam. "Kalau itu keinginan bapak, akan kami selidiki kasus ini sampai tuntas," janji Abdul Wafi, yang kemudian langsung keluar ruangan bersama empat rekannya.
Berita Terkait lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar