Sumurung Siregar, Atlet Gulat Asal Tapsel di Sea Games (1) |
Selasa, 01 November 2011 | |
Anak Petani yang Hidup Paspasan, Penyuka Tauco Pedas Nama Sumurung Siregar (21) sudah tidak asing lagi di dunia gulat. Apalagi, setelah namanya masuk tim inti atlet gulat yang ditetapkan Pengurus Pusat (PP) Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) sebagai duta Bangsa Indonesia di Sea Games XXVI, Palembang. Bagimana sebenarnya latar belakang keluarga Sumurung Siregar hingga melahirkan seorang atlet berprestasi kebanggaan Indonesia? BORNEO, PADANGSIDIMPUAN Sumurung Siregar, lahir 1 Januari 1990 di Desa Siloting, Kecamatan Padangsidimpuan (Psp) Batunadua, Kota Psp. Ia merupakan putra bungsu dari 7 bersaudara pasangan suami istri, almarhum Muhammad Syarif Siregar dan Nur Nilam. Masa kecilnya dihabiskan dalam hidup serba keterbatasan. Maklum, orangtuanya hanya seorang petani. Keterbatasan itu dimulai dari SD Inpres Lopo Ujung, Kecamatan Psp Batunadua ini, untuk bisa berlatih sekaligus sekolah. Diceritakan abang kandung Sumurung yaitu Abdul Kholid Siregar (38) bersama tulang kandung Sumurung, H Ali Yusuf (48), kepada METRO, di kediaman orangtua Sumurung di Siloting, bakat Sumurung di olahraga gulat belum terlihat saat kecil. Sumurung mulai menggeluti olahraga ketika duduk di akhir SMP, tepatnya di SMP Negeri 10 Ujung Gurap. Itupun tidak gulat, melainkan taekwondo, karena ada yang mengajaknya. Lalu Sumurung diajak lagi menggeluti olahraga tolak peluru. Saat itu, Sumurung berhasil meraih juara 1 lomba tingkat pelajar se-Kota Psp. Karena tubuh Sumurung berpotensi di dunia gulat, akhirnya pencari bakat mengajak dan membina Sumurung di gulat. Dan, gulat ditekuninya ketika hendak SMA. Karena berbakat dan postur tubuh layak untuk seorang pegulat, beberapa bulan setelah sekolah di SMA Negeri 7 Ujung Gurap, Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Medan, menarik Sumurung untuk disekolahkan dan dibina hingga tamat di SMA Negeri 15 Medan, Sunggal. Lalu, sambungnya, karena sebelumnya Sumurung atlet Psp, maka tahun 2007 usai tamat SMA, oleh Kadispora Kota Psp menarik Sumurung ke tanah kelahiran dan sementara bekerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Apalagi saat itu Sumurung memang membutuhkan pekerjaan tetap. “Waktu dia jadi TKS di Dispora, kadang ongkosnya tidak ada untuk pergi bekerja. Hanya pergaulannya ke sopir angkot saja yang membuat dia tidak bayar. Kadang, dia berlari-lari dari rumah ke kantornya,” ungkap Kholid. Selama di Psp, tutur Kholid, apa saja selalu dikerjakan Sumurung. Selain untuk mendapatkan uang, juga dijadikan Sumurung sebagai media latihan, tapi khusus pekerjaan mengangkat yang berat-berat. “Kalau tidak mengangkat padi dari sawah, dia bermuat getah. Memang dia mendapat upah, tapi itu dijadikannya untuk latihannya juga. Kalau berlari itu selalu rutin, baik pagi, siang atau sore,” cerita Kholid. Sekitar pertengahan tahun 2008, Kepala Dispora Psp berganti, dan ‘nasib’ Sumurung tidak jelas lagi di Kota Psp. Sementara, namanya sebagai TKS tidak ada, dan harapan bisa diangkat jadi CPNS sudah kabur. Saat itulah Sumurung merasa terombang-ambing. Saat terombang-ambing, Sumurung juga terus berusaha mencari peluang kerja tetap. Pernah melamar jadi sipir namun umur tidak mencukupi, pernah melamar marinir juga umur belum memenuhi, bahkan pernah melamar ke perkebunan di Pekan Baru, namun karena karyawan lepas, Sumurung tidak jadi masuk. “Sumurung masuk SD ketika masih berumur 5 tahun jalan ke 6 tahun, jadi lebih muda ketika tamat sekolah,” sebut Kholid. Tidak sampai di situ saja, kata Kholid, Sumurung juga pernah meminta ke ibunya dan abang-abangnya agar mau menjual tanah mereka, agar bisa dijadikan Sumurung modal untuk merantau. “Itulah dimana dia di masa terombang-ambing,” tuturnya. Selanjutnya, Sumurung menjumpai Taufik Hidayat (pegawai Disdik Tapsel) agar kiranya bisa mendapatkan pekerjaan. Dan saat itu juga, mantan atlet gulat nasional yang pernah meraih emas di Sea Games dan PON, Joshua Sinurat, memesankan agar Sumurung diterima dan dibina. Inilah babak baru Sumurung untuk kembali bangkit. Selain menjadi TKS di Dispora Tapsel, di bawah binaan Pengcab PGSI Tapsel, Sumurung menjalani pelatihan rutin di eks Asrama Haji di Sihitang, Kecamatan Psp Tenggara, Kota Psp. Ia latihan sebanyak 5 kali dalam seminggu dari pukul 15.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Dan, dilatih oleh Khabibuddin Lubis dan Jonatan Ginting dengan fasilitas yang serba terbatas. Karena, matras saja harus berbagi dengan atlet karate dan pencak silat Tapsel lainnya. Dan mulai saat itulah Sumurung terus digenjot mengikuti setiap kejuaraan-kejuaraan, mulai tingkat daerah hingga nasional. “Selama di rumah ini, hanya sekali saya lihat dia puding, 4 butir telur sekaligus, habis itu tidak pernah lagi saya lihat lagi. Tapi kalau makan dia kuat,” ungkap Kholid sembari mengungkapkan untuk latihan saja, terkadang Sumurung memang harus lari ke tempat latihan yang berjarak sekitar 2 kilometer karena kadang tidak ada ongkos. Ditanya bagaimana dengan menu di rumah, Kholid menuturkan tidak ada yang istimewa, tetap makan seperti biasa, bukan yang enak-enak dan puding pun bisa dikatakan tidak ada. Soal makanan kesukaannya, Kholid mengungkapkan, Sumurung akan makan dengan lahapnya ketika sayurnya adalah tauco pedas. “Dia sangat suka sayur tauco, apalagi pedas. Makannya pun sampai keringat,” tandasnya. (bersambung) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar