(Reuters/grafis) |
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya, John Christopher Stevens, menghembuskan nafas terakhirnya di Kantor Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, Libya, Selasa. Dia ada di dalam kantor perwakilan negara itu saat demonstran setempat yang marah meroket dan melontarkan granat serta membakar dan menjarah.
Pasalnya adalah pembuatan dan pemutaran film bernuansa penghinaan atas Islam buatan warga Amerika Serikat keturunan Israel, Innocence of Muslims, yang banyak menyinggung Nabi Besar Muhammad SAW dan menghina ajaran suci Islam. Beberapa lusin demonstran di negara yang dulu dikuasai Moammar Khadafi itu marah dan bertindak jauh, meroket Kantor Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, dari lahan kosong pertanian di dekatnya.
Stevens baru empat bulan menduduki posnya di Tripoli setelah 20 tahun berkarir di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sebagai diplomat karir sejati. Dia juga menjadi duta besar pertama Amerika Serikat yang tewas sedemikian rupa akibat aksi teror bersenjata selama 33 tahun terakhir sejarah negara itu.
Menurut Daily Mail, Stevens (kelahiran California, April 1960, tamatan University California of Berkeley), tewas akibat serangan roket yang menakutkan di sana. Dia sempat ditolong beberapa warga Libya yang juga menyelamatkan diri dari reruntuhan Kantor Konsulat Amerika Serikat di Benghazi itu, namun tidak bisa diselamatkan jiwanya.
Peristiwa itu sempat diabadikan seorang fotografer AFP. Stevens, turut tewas tiga warga sipil Amerika Serikat, termasuk pejabat Manajemen Pelayanan Informasi Luar Negeri AS, Sean Smith. Stevens tewas di samping Smith.
Lima duta besar Amerika Serikat tewas akibat serangan teroris, yaitu Adolph Dubs di Afghanistan pada 1979, Francis E Meloy Jr (Lebanon/1976), Rodger P Davies (Siprus/1974), Cleo A Noel Jr (Sudan/1973), dan John Gordon Mein (Guatemala/1968).
Selain itu ada dua duta besar mereka yang tewas akibat kecelakaan pesawat terbang, yaitu Arnold L Raphel (Pakistan/1988) dan Laurence A Steinhardt (Kanada/1950).
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, yang langsung dikabari hal itu berang sekaligus berduka akibat kematian seorang wakil sah negaranya di Libya itu. Dia memerintahkan semua jajarannya untuk menjamin apa saja yang diperlukan untuk mengamankan semua fasilitas dan perwakilan Amerika Serikat di seluruh dunia.
Belum diketahui langkah konktrit administrasi Obama atas peristiwa memilukan itu. Yang jelas Amerika Serikat punya armada kapal perang dan pesawat tempur serta unit-unit perang kelas wahid di mana-mana di dunia ini, walau sering kali berhadapan dengan perang tidak simetris.
Di sisi lain, Amerika Serikat memperingati 9/11, kejatuhan Menara WTC di New York dan serangan pesawat sipil atas Pentagon. Tidak seperti biasanya, kali ini peringatan 9/11 itu tanpa pidato sepicispun dari pejabatnya, juga tidak saat membacakan daftar nama 2.988 korban tewas dari serangan Al Qaeda itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, boss langsung Stevens mempunyai kesan tersendiri atas diplomat mendorong yang dia lantik pada awal 2012 ini. "Dia sabar dan cerdas," katanya tentang Stevens. Saat konflik berujung penggulingan Khadafi terjadi, Stevens salah satu orang Amerika Serikat pertama yang bertugas di Benghazi.
Saat itu, kata Clinton, "Stevens bertutur kata secara cerdas tentang keinginannya mengabdi... berdiplomasi dengan rakyat Libya." Dia juga ayah dua anak dan suami yang baik baik istrinya, satu nilai yang penting bagi masyarakat Amerika Serikat. "Dia satu dari yang terbaik…" kata Clinton.
Dalam satu rekaman video penugasannya di Libya, Stevens pernah berujar, "Warga Libya melalui saat-saat sulit penuh tantangan. Saya ingin perdamaian di bagian dunia ini…"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar