DAFTAR BERITA

Selasa, 13 Mei 2014

UN SMP dan SMA Harus Dihapuskan

INFO TABAGSEL.com-Pro Kontra Penghapusan penyelenggaraan UN Marak kembali, anggota DPR dari PDIP Itet Tridjajati Sumarijanto menegaskan, Ujian Nasional (UN) harus dihapuskan baik pada tingkat SMP maupun SMA. "Karena UN ini menelan biaya yang sangat mahal, selain itu mengukur siswa tidak hanya angka semata perlu juga dilihat kemampuan sosial mereka," ujarnya kepada Parlementaria, Selasa, (13/5).

Menurutnya, penilaian kuantitatif dengan angka tidak bisa dijadikan patokan bisa saja anak didik itu mendapatkan dengan cara menyontek. "Kenapa setelah lulus SMA saat masuk universitas harus dites lagi," jelasnya.

Melalui cara ini, lanjutnya, dapat menciptakan keseimbangan antara aspek kognitif dan motorik. "Kalau dinegara barat tidak hanya menilai kognitifnya saja, tetapi kegiatan sosialnya itu dimasukkan kedalam penilaiannya,"katanya.

Dia mengatakan, perlu ada revolusi pendidikan dengan menciptakan pondasi yang ideal bagi dunia pendidikan. "Jadi harus memiliki tujuan yang jelas, misal tamatan SD. SMP, SMA bisa jadi apa,artinya outputnya ada," ujarnya.

Selain itu, Pemerintah juga harus mengetahui kebutuhan pendidikan di pedesaan dengan membuat satu pola tertentu. "Salah satu usulan saya yaitu dengan membuat SD Kejuruan, ini kita perlu melakukan revolusi," tegasnya.

Dia mengatakan, untuk anak-anak sekolah yang terpencil dengan infrastruktur yang buruk, perlu diberikan ketrampilan sejak kecil. "Begitu tamat SD anak-anak harus tahu potensi daerah pesisir laut, dan daratan, misal bagaimana menangkap ikan, dan bercocok tanam," ujarnya.

Berikutnya, jelas Itet, perlu adanya peningkatan budaya baca dan peningkatan budaya penelitian bagi siswa/i di Indonesia. Dari kecil pada tingkat Sekolah Dasar perlu didorong minat budaya baca bagi para pelajar Indonesia.

Dia menambahkan, Badan Perpustakaan secara fungsional memang dibawah Kemendikbud namun faktanya minim perhatian dari Kementerian tersebut.

Terkait guru, lanjut Itet, tidak hanya diberikan sertifikasi semata artinya perlu ada pengayaan intelektual. Para guru tidak pernah melakukan pembelajaran termasuk belajar komparatif dengan negara lain.

Berikutnya perlu didorong terciptanya data pendidikan yang komprehensif seperti membentuk semacam centre education, dengan cara ini pelajar SMA yang akan lulus jadi tahu minat dan tujuannya kemana, selain itu perlu adanya kerjasama lintas sektoral dengan perusahaan yang ingin merekrut tenaga kerja siap pakai.

Hal berikutnya yang tidak kalah penting, lanjut itet, memberlakukan sekolah negeri gratis. "Penyelenggara pendidik hanya satu pintu dan bertanggung jawab terhadap seluruh anggaran yang 20 persen dialokasikan kepada kemendikbud. artinya anggaran pendidikan jangan dibagi ke 18 Kementerian atau lembaga," katanya.

Dia menambahkan, dari hampir Rp 499 Triliun Kemendikbud hanya menggunakan Rp 70 Triliun sementara sisanya dibagi-bagi. "Yang terbesar yaitu Kemenag paling besar yaitu sekitar Rp 35 Triliun," jelasnya.

Tidak ada komentar: