INFO TABAGSEL.com-Wartawan Amerika Serikat David Satter, pengeritik Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin mengatakan ia dilarang berada di negara itu dalam salah satu dari pengusiran-pengusiran seperti itu sejak Perang Dingin.
Satter, mantan koresponden surat kabar Financial Times dan Wall Street Journal yang menerbitkan tiga buku mengenai Rusia dan bekas Uni Sovyet itu, tinggal dan bekerja di negara itu sejak September 2013 sebagai penasehat Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL)
Radio yang didanai pemerintah AS itu mengatakan Kedutaan Besar AS di Moskow telah diberitahu tentang tindakan itu dan mengajukan satu protes diplomatik resmi.
Para pejabat kedutaan itu telah berusaha dan tidak memperoleh penjelasan dari pihak berwenang Rusia.
Tindakan itu, yang dilakukan menjelang Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia bulan depan, mungkin akan menambah ketegangan dalam hubungan antara Washington dan Moskow.
Satter pada 5 Desember mengunjungi ibu kota Ukraina, Kiev. Ia memberitakan protes-protes massa terhadap penolakan Ukraina untuk menandatangani satu perjanjian dengan Uni Eropa.
Ia menegaskan "laporan tentang suasana di Kiev itu adalah kejadian satu catatan harian dan tidak ada kaitan dengan keputusan Rusia itu."
Satter kemudian pada 25 Desember mengemukakan permohonannya bagi satu visa baru ke Rusia telah ditolak, dengan alasan kehadirannya "tidak diinginkan."
"Saya mengemukakan bahwa kehadiran saya di Rusia tampaknya tidak diinginkan oleh pihak aparat keamanan.Tidak ada alasan lain yang diberikan," kata Satter kepada AFP melalui surat elektronik dari London.
"Barang-barang saya berada di Moskow, tempat saya tinggal di satu apartemen. Tetapi tanpa izin untuk memasuki negara itu, saya tidak dapat mengambilnya. Saya ingin kembali ke Moskow untuk bekerja tetapi tidak dapat melakukan itu tanpa satu visa.
"Saya ingin ke Rusia untuk menolak keputusan mereka," kata Satter, yang juga mendapat beasiswa dari Hudson Institute, John Hopkins Universitys Foreign Policy Research Institute di Philadelphia, Pennsylvania.
Ia juga melaporkan dan memberikan komentar kepada Layanan Rusia radio RFE/RL, selain memberikan wawancara dan analisa kepada berita-berita lainnya dan opini di laman-laman.
"Ketika ia berusaha meninggalkan Ukraina setelah meliput protes-protes untuk pulang ke Rusia, pada saat itu mulai timbul masalah-masalah itu", kata juru biiara RFE/RL Karisue Wyson melalui telepon.
Pada Desember,Satter menerima pemberitahuan bahwa permohonan visanya disetujui, kata Wyson.
Satter kemudian diberitahu oleh seorang pejabat Kedubes Rusia di Kiev bahwa kehadirannya di Rusia "tidak diinginkan" dan permohanan visanya ditolak, kata Wyson.
Di laman RFE/RL, ketua dan pemimpin perusahaan itu Kebvin Klose mengatakan ia menganggap penggunaan istilah "tidak diinginkan" sama dengan mengemukakan Satter di "persona non gratakan" di Rusia.
"Kami *RFE/RL) hanya menginginkan Satter dapat pulang ke Moskow, tempat ia tinggal dan bekerja sejak September 2013, memberikan nasehat, melaporkan dan memberikan komentar bagi Layanan Rusia kami dan memberikan wawancara-wawancara, mengurus kolom dan analisa pada banyak berita dan oposi," kata Klose dalam satu pernyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar