"Kalau dulu kerja sama Indonesia dan Jepang itu banyak kepada bidang ekonomi, tapi sekarang dalam pemerintahannya mereka juga menekankan kerja sama di bidang militer," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai mendampingi Presiden SBY menerima Kepala Staf Pasukan Beladiri Jepang atau Japan Grounds Sele Defense Force (JGSDF), Eji Kamizuka, di Kantor Presiden, Selasa (29/1) siang.
Dalam kerja sama militer tersebut, Presiden SBY menekankan lima hal utama, yakni pendidikan dan latihan (diklat), SDM, industri pertahanan, penanganan terorisme, dan manajemen penanggulangan bencana.
Seperti diketahui, setelah Perang Dunia II, konstitusi Jepang melarang memperkuat angkatan bersenjatanya. Angkatan besenjatan mereka disebut sebagai Pasukan Beladiri. Tapi melihat situasi yang terjadi di Laut China Selatan, juga hubungan Jepang dan Korea serta Rusia, mereka mulai terbuka untuk mengembangkan armadanya.
"Jepang itu kan maju, tapi angkatan bersenjatanya itu dipertahankan dalam posisi yang tidak bisa berkembang, dan sekarang mereka akan mulai mengembangkan dirinya," Purnomo menjelaskan. "Sekarang ini mereka melihat situasi di Laut China Selatan, situasi antara mereka dengan Korea, mereka dengan Cina, dengan Rusia. Mereka merasa perlu membangun self defence forces, dan ini bertahap," Purnomo menambahkan,
Selain itu, dalam pertemuan tadi, Indonesia juga mengundang Jepang untuk menghadiri latihan gabungan yang diadakan di Sentul, Jawa Barat, pada September mendatang. "Pada September mendatang, kita akan mengadakan latihan gabungan untuk terorisme yang diikuti oleh 18 negara. Kita mengundang Jepang, dan mereka berencana untuk datang," ujar Purnomo. (yun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar