![]() |
Wakil Presiden Boediono menuliskan kesan tentang ICMI |
INFO TABAGSEL.com-Kunci kemajuan suatu bangsa terletak pada kemampuan bangsa itu untuk membangun institusi-institusinya agar berfungsi dengan baik dalam mendukung proses kemajuannya. Institusi-institusi ini mencakup institusi politik, ekonomi, hukum, sosial dan semua intitusi pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Membangun institusi yang berfungsi baik, berarti menyusun aturan-aturan main yang melandasinya, dan menyiapkan SDM yang mampu melaksanakan aturan-aturan main itu dengan baik. Ini bukanlah pekerjaan mudah yang selesai semalam. Ia memerlukan ketekunan, kepiawaian, kesetiaan pada prinsip-prinsip dasar dan tujuan akhir bagi pembentukan institusi yang baik, bagi institusi yang pro kemajuan bangsa.
"Disinilah, menurut pandangan saya, para cendekiawan kita dapat mengambil bagian dan berkontribusi secara nyata kepada bangsa, peran yang diharapkan dari para cendekiawan adalah turut aktif meningkatkan mutu, meningkatkan kinerja dari institusi-institusi itu," kata Wakil Presiden Boediono saat membuka Silaturahim Kerja Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia dan Expo 2012 di Jakarta Convention Center, Selasa 18 Desember 2012.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua Presidium ICMI Nanan Fatah Natsir dan para tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia lainnya seperti Ginanjar Kartasasmita, Adi Sasono, Jimly Ashidiqie, Wiranto dan Akbar Tanjung. Hadir pula Hatta Radjasa, Menko Perekonomian, dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pakar dan Ketua Steering Committee penyelenggaraan Silaturahmi Kerja Nasional 2012 serta Sandiaga Uno, Bendahara Umum ICMI.
Wapres Boediono mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam tahap membangun institusi-institusi kebangsaan. Bukan hanya institusinya, tapi juga aturan mainnya, dan juga manusia yang menjadi pelaksana institusi-institusi tersebut. Tugas utama kita, katanya, adalah menata aturan-aturan main itu sendiri agar pas bagi kebutuhan bangsa dan menyiapkan manusia-manusia yang mempunyai sikap dan kemampuan yang pas pula untuk menjalankan aturan-aturan main itu dengan baik.
"Yang kita butuhkan sekarang adalah manusia-manusia yang mampu dan berdedikasi untuk menyusun dan menata aturan-aturan main itu, dan bukan sekedar orang-orang yang mampu dan berhasil bermain dalam konteks aturan-aturan main yang ada, bermain di arena yang aturan-aturan mainnya sebenarnya belum mapan itu," kata Wapres.
Lebih lanjut Wapres mengatakan, dari semua institusi yang harus dibangun dan ditata, lanjutnya, yang perlu diprioritaskan adalah institusi-institusi politik. Institusi-institusi ini perlu didahulukan, sebab di institusi-institusi inilah aturan-aturan main induk kenegaraan ditentukan, aturan-aturan main yang akan menjadi acuan bagi aturan-aturan main di institusi-institusi lainnya. Ia berpendapat bahwa putra-putri terbaik bangsa seyogyanya tidak enggan untuk terjun di dunia perpolitikan, politik praktis. Sebab disitulah terletak taruhan terbesar masa depan bangsa.
"Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa perjuangan kemerdekaan kita berhasil karena dipimpin oleh putra-putri terbaik bangsa, the first best, bukan oleh yang second best atau third best!" kata Wapres.
Wapres mengerti dan dapat merasakan, seorang cendekiawan akan menghadapi dilemma dalam kegiatannya di dunia politik. Ia akan dihadapkan terus menerus dilema antara pragmatisme dan idealisme, antara obyektifitas dan subyektivitas, antara kepentingan sempit dan kepentingan yang lebih besar, antara etika dan praktikalitas. Ini semua adalah tantangan besar yang dihadapi cendekiawan di dunia praktis. "Tapi siapa lagi yang dapat kita harapkan untuk mengangkat mutu institusi-institusi politik kita, kalau bukan para intelektual dan putra-putri terbaik kita?" tanyanya
Dalam kesempatan itu juga dibacakan dan ditandatangani lahirnya Deklarasi Ikatan Saudagar Muslim Se-Indonesia oleh empat organisasi muslim yakni ICMI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus Pusat Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar