DAFTAR BERITA

Senin, 26 November 2012

Mahasiswa Surabaya rancang sepatu Bisa Ubah Ukuran

Surabaya (ANTARA News) - Mungkin ini pemecahan bagi Anda yang ukuran kakinya berubah sehingga sulit mencari sepatu yang bisa "mengikuti" perkembangan kaki itu.

Mahasiswa Universitas Surabaya merancang sepatu dengan ukuran yang fleksibel. Ada tuas di bagian bawah sepatu yang bisa menggerakkan bagian tengah hingga maju-mundur untuk tambahan ukuran sebesar enam milimeter.

"Karya saya itu mendapat juara pertama dalam lomba Desain Kulit dan Produk Kulit 2012 yang diselenggarakan Disperindag Jatim pada 1-30 Oktober lalu," kata mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif Ubaya, I Gusti Ngurah Putra Adisthanaya, di Surabaya, Senin.

Didampingi dosen pembimbingnya, Kumara Sadana Putra, mahasiswa berdarah Bali yang kelahiran Surabaya pada 2 April 1990 itu menjelaskan ukuran sepatu yang bisa diatur secara fleksibel melalui tuas itu adalah 40 hingga 45.

"Tuas di bagian bawah sepatu itu mirip sliding flasdiskyang bisa diatur maju-mundur, lalu pada tuas itu juga ada kuncinya, sehingga kalau ukuran diubah menjadi 43 dan dikunci, maka ukuran 43 itu tidak akan bergeser atau ukurannya berubah," katanya.

Menurut mahasiswa yang akrab disapa Destha itu, dirinya hingga kini belum menemukan model sepatu seperti itu, karena itu dirinya akan mematenkan dan bila hak paten sudah keluar akan dikerjasamakan dengan dunia industri untuk diproduksi secara massal.

"Motif sepatu yang saya ikutkan lomba itu saya beri gambar Batik Jlamprang atau batik Jawa Timur bermotif Pekalongan. Motif Jlamprang itu saya aplikasikan di bagian samping sepatu dengan kombinasi warna hijau dan merah muda yang cocok untuk wanita," katanya.

Tentang asal gagasan untuk sepatu yang diberi namaFlexible Evolution Shoes itu, ia mengatakan desain sepatu yang mengalahkan 96 karya dalam kategori lomba Sepatu Casual Wanita itu berawal dari pengalaman membeli sepatu di mall.

"Saat itu ada seseorang yang cukup tinggi dan ingin membeli sepatu yang sama, tapi tidak ada ukurannya. Pengalaman itu membuat saya berpikir untuk mendesain sepatu yang fleksibel atau ukurannya bisa diatur," katanya.

Setelah itu, dirinya merancang prototipe sepatu fleksibel yang digunakannya kulihat, sehingga banyak teman mahasiswa yang justru penasaran dan ingin melihatnya. "Dari ketertarikan itulah, saya akhirnya iseng-iseng ikut lomba dan ternyata menang," kata peraih hadiah tropi, sertifikat, dan uang tunai Rp7 juta itu.

Setiap tahun, Disperindag Jatim mengadakan lomba serupa. Destha juga bukan kali pertama ikut serta dalam lomba desain produk kulit itu, karena pada 2009 menang juara kedua melalui desain sepatu pria yang berjudul dryfash dan pada tahun 2011 menang juara kedua desain sepatu pria berjudul Airshoes. 

Dalam perlombaan yang sama dan kategori yang sama pula, juara ketiga diraih oleh dosen pembimbing Destha yakni Putra yang membuat desain sepatu yang diberi nama Pivot.

"Saya mendesain sepatu Pivot terinspirasi saat melihat teman hendak wudhu. Teman saya terpaksa menginjak bagian belakang sepatu (back vamp) untuk keperluan mengambil air wudhu," kata dosen yang baru saja merampungkan studi strata 2 di Milan, Italia itu.

Desain sepatu Pivot yang dirancang itu dapat memutar back vamp (bagian belakang sepatu) ke upper vampdengan bantuan sumbu putar dekat di bagian sepatu yang dekat dengan mata kaki.

"Saya juga menambahkan ragam hias batik khas Jawa Timur seperti batik Banyuwangi dan Jember yang mempunyai corak warna cerah, namun motif batik emboss di atas kulit pada produk sepatu tidak dijadikan unsur utama material karena ingin memunculkan kesan produk yang dinamis dan futuristik tetapi tetap mengandung unsur konten lokal," katanya. 

Tidak ada komentar: