Amman, Yordania (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu, menyambut gembira gencatan senjata antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah menewaskan lebih dari 150 orang, tetapi mengatakan bahwa rincian kesepakatan masih perlu diatasi.
"Kami gembira dan lega bahwa mereka telah mencapai gencatan senjata ini," kata Ban kepada wartawan setelah bertemu dengan Raja Abdullah II, di Yordania, sesudah terlibat dalam diplomasi pulang-pergi antara Yerusalem dan Ramallah bertujuan memperkuat upaya perdamaian.
"Masih ada banyak detail yang harus dipadatkan agar gencatan senjata tahan lama. Saya berharap mereka akan menyelesaikan rincian ini secepat mungkin," kata Ban.
Menteri Luar Negeri Mesir ,Mohammed Kamel Amr, berbicara pada konferensi pers bersama di Kairo dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, mengatakan penghentian permusuhan Israel-Hamas akan dimulai pada pukul 19.00 GMT.
"Fokus kami sekarang harus memastikan gencatan senjata berlaku," kata Ban, dan menegaskan bahwa ketenangan harus dikembalikan dalam rangka menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk semua mereka yang membutuhkan di Gaza.
Gencatan senjata berusaha untuk mengakhiri pekan pertumpahan darah di dalam dan sekitar Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 160 orang.
"Saya akan mendesak mereka untuk berusaha keras menahan diri. Mereka harus menepati janji mereka."
Ban mengatakan, mengakui ada "resiko" dan "tantangan" dalam melaksanakan kesepakatan itu.
"Saya mendesak mereka untuk menahan diri secara maksimum, kesabaran dengan rasa saling pemahaman, ini sangat penting."
Raja Abdullah II menyerukan dukungan global untuk gencatan senjata, kata satu pernyataan istana. "Dukungan internasional diperlukan untuk membantu mempertahankan gencatan senjata," kata raja.
Ban juga menyerukan lebih banyak upaya untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian yang macet antara Israel dan Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar