Zainul Abidin Kelian.(Foto:Kemdikbud) |
Zainul Abidin Kelian, putra daerah dari daerah
khusus di pulau Seram, Provinsi Maluku, akan bersaing dengan 641
pendidik dan tenaga kependidikan dari 33 provinsi, untuk menjadi guru
berprestasi dan berdedikasi tingkat nasional tahun ini.
Dengan berlatar belakang pendidikan agama, Zainul
telah mengabdi dalam dunia pendidikan selama 26 tahun. Karirnya dimulai
sejak ia menamatkan pendidikannya di sekolah pendidikan agama di Tulehu,
Ambon, pada tahun 1986. Saat itu, ia memutuskan untuk kembali ke
daerahnya dan mulai mengabdi pada dunia pendidikan.
“Komitmen Saya cuma satu, Saya ingin mendidik
anak-anak di daerah Saya, agar mendapat pendidikan yang baik,” tutur
Zainul saat ditemui usai acara pembukaan pemilihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2012, di
Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (4/09).
Di tempat Ia mengajar, Zainul bersama tiga orang
rekan seprofesinya yang telah berstatus pegawai negeri sipil, mendidik
93 anak, dalam sebuah bangunan sekolah yang berada di ujung kampung.
Anak-anak tersebut masing-masing ada di kelas satu 19 orang, di kelas
dua 19 orang, di kelas tiga 13 orang, di kelas empat 14 orang, di kelas
lima 16 orang, dan di kelas enam 13 orang.
Selain tiga orang tersebut, ada dua orang guru
honor yang ikut membantu setiap harinya. Mayoritas dari mereka berlatar
belakang pendidikan agama. Namun karena yang diajar masih sekolah dasar,
para guru bersemangat ini bisa mengampu mata pelajaran lainnya.
“Kami mengajar semua mata pelajaran dan menjadi
wali kelas,” kata guru santun yang saat ini sedang menjadi pelaksana
harian tugas kepala sekolah, menggantikan tugas kepala sekolahnya yang
sedang terserang stroke.
Setiap harinya, Zainul mengajar di sekolah yang
tanahnya cukup luas, 4.250 meter persegi. Namun tanah tersebut hanya
diisi bangunan dengan enam ruang kelas, dan satu ruang guru. Kepala
sekolah dan guru berbagi ruangan yang dipisahkan dengan sekat. Pagar
sekolahpun hanya terbuat dari kayu yang bisa diambil dari hutan di
sekitar sekolah. "Setahun dua tahun pasti ambruk," katanya.
Bagi Zainul, menjadi guru adalah sebuah
kebanggaan. Kalaupun sekarang dia berada di Jakarta untuk mewakili
daerahnya, itu semua adalah semata buah dari keikhlasannya dalam
mendidik anak bangsa. “Saya tidak pernah berpikir atau menganggap bahwa
Saya adalah guru berdedikasi. Hanya keikhlasan yang saya punya dalam
melakukan tugas mulia ini,” katanya.
Besar harapan Zainul dalam dunia pendidikan kita.
Sebagai seorang guru, Zainul mengaku rela untuk ditempatkan dimana saja.
Bahkan di daerah terpencil sekalipun. Apalagi saat ini pemerintah
memberi perhatian yang besar pada guru-guru di daerah khusus seperti
dirinya. Dan Ia pun mengaku, tunjangan guru daerah khusus telah
diterimanya, begitu pula dengan rekan-rekannya yang mengajar di SD
Gusalaut, Kabupaten Seram Timur, Maluku. (Kemdikbud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar