Jakarta (ANTARA
News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh meminta maaf
kepada masyarakat karena masih maraknya kekerasan di dunia pendidikan
Indonesia.
Pernyataan Muhammad Nuh itu disampaikan menyusul tawuran antarsiswa SMA 6 dengan SMA 70 Bulungan, Jakarta Selatan, yang menewaskan satu orang.
"Kami sampaikan duka dan permohonan maaf kepada masyarakat karena di dunia pendidikan kita masih terjadi kekerasan," katanya kepada wartawan saat mengunjungi SMA 6 Bulungan, Selasa siang.
Muhammad Nuh juga mendukung semua kegiatan dan inisiatif dari kedua sekolah untuk menjaga keharmonisan. "Kami mendukung kepada dua sekolah untuk menjalankan program demi menjaga keharmonisan di antara dua SMA," katanya.
Dia juga meminta kepada kedua sekolah untuk menjadikan kejadian ini sebagai yang terakhir kalinya. Nuh berharap bahwa tidak ada lagi berita-berita mengenai bentrokan antara dua sekolah ini. "Saya tidak ingin sekolah ini seperti Israel dan Palestina," kata Nuh.
Mendikbud menyatakan akan membentuk tim khusus untuk menangani masalah tawuran antarsiswa sekolah yang seringkali terjadi di Jakarta.
"Kami akan buat desk khusus untuk mengamati dua sekolah ini," kata Muhammad Nuh.
Rencananya, tim khusus ini akan mulai beroperasi pada Senin (1/10). Tim yang berada dibawah Direktorat Jenderal Pendudikan menengah ini akan bertugas hingga waktu yang belum ditentukan.
"Tugas mereka sampai waktu yang belum ditentukan," katanya. Hasil pengamatan tim khusus tersebut akan digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan terhadap kedua sekolah yang lokasinya ada di Bulungan, Jakarta Selatan.
Mendikbud ini juga menyampaikan rasa belasungkawa kepada pihak sekolah SMA 6 atas kematian siswanya, Alawy Yusianto Putra, siswa kelas X.8, dalam tawuran kemarin.
Pernyataan Muhammad Nuh itu disampaikan menyusul tawuran antarsiswa SMA 6 dengan SMA 70 Bulungan, Jakarta Selatan, yang menewaskan satu orang.
"Kami sampaikan duka dan permohonan maaf kepada masyarakat karena di dunia pendidikan kita masih terjadi kekerasan," katanya kepada wartawan saat mengunjungi SMA 6 Bulungan, Selasa siang.
Muhammad Nuh juga mendukung semua kegiatan dan inisiatif dari kedua sekolah untuk menjaga keharmonisan. "Kami mendukung kepada dua sekolah untuk menjalankan program demi menjaga keharmonisan di antara dua SMA," katanya.
Dia juga meminta kepada kedua sekolah untuk menjadikan kejadian ini sebagai yang terakhir kalinya. Nuh berharap bahwa tidak ada lagi berita-berita mengenai bentrokan antara dua sekolah ini. "Saya tidak ingin sekolah ini seperti Israel dan Palestina," kata Nuh.
Mendikbud menyatakan akan membentuk tim khusus untuk menangani masalah tawuran antarsiswa sekolah yang seringkali terjadi di Jakarta.
"Kami akan buat desk khusus untuk mengamati dua sekolah ini," kata Muhammad Nuh.
Rencananya, tim khusus ini akan mulai beroperasi pada Senin (1/10). Tim yang berada dibawah Direktorat Jenderal Pendudikan menengah ini akan bertugas hingga waktu yang belum ditentukan.
"Tugas mereka sampai waktu yang belum ditentukan," katanya. Hasil pengamatan tim khusus tersebut akan digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan terhadap kedua sekolah yang lokasinya ada di Bulungan, Jakarta Selatan.
Mendikbud ini juga menyampaikan rasa belasungkawa kepada pihak sekolah SMA 6 atas kematian siswanya, Alawy Yusianto Putra, siswa kelas X.8, dalam tawuran kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar