DAFTAR BERITA

Senin, 17 September 2012

Indonesia Ajak Dunia Rumuskan Protokol Melarang Penistaan Agama

Presiden SBY menyampaikan pengarahan pada Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Pondok Pesantren Mahad Tarbiyatul Mubtadiin, Kecamatan Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/9) pagi. (foto: haryanto/presidensby.info)

INFO TABAGSEL.com-Penistaan terhadap agama tidak boleh terjadi lagi karena hanya akan menimbulkan ketidaktenteraman di antara pemeluk agama dan menyulut benturan. Pemerintah sedang melakukan langkah diplomasi untuk menyusun protokol internasional untuk mencegah penistaan agama di masa depan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampakan hal ini dalam arahannya saat menghadiri Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Ma'had Tarbiyatul Mubtadiin, Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/9) pagi.

Terakhir, ujar Presiden, beredar film Innocence of Muslims. "Kali ini yang dilecehkan dan dinistakan agama Islam. Saya dan pemerintah terus terang telah menyampaikan ketidaksenangan dan kecaman saya atas dibuat dan diedarkannya film seperti itu, yang menurut saya merupakan bentuk pelecehan terhadap sebuah agama," kata Presiden SBY.

Kalau hal semacam ini terus dibiarkan, lanjut Presiden SBY, maka konflik dan benturan yang luas akan tersulut. "Ini dapat menimbulkan ketidaktenteraman diantara pemeluk-pemeluk agama didunia ini," ujar SBY. "Akibat orang yang tidak bertanggung jawab dengan produsernya maka banyak negara dibikin repot karena muncul aksi-aksi kekerasan," SBY menegaskan.

Warga negara Amerika Serikat atau warga Barat lain yang tidak bersalah juga dirugikan karena turut menjadi sasaran kekerasan di banyak negara. "Perbuatan seperti itu menyusahkan semua, membikin dunia ini menjadi kurang tenteram dan kurang damai," Kepala Negara menjelaskan.

Indonesia terus aktif dan peduli. Ketika muncul karikatur Nabi Muhammad SAW, Presiden SBY menulis artikel di media internasional serta bersama PM Norwegia berinisiatif untuk menyelenggarakan dialog antarmedia, termasuk meda Barat dengan media Islam, yang waktu itu diadakan di Indonesia.

"Tujuan saya, haruslah semua saling menghargai, menghormati, dan saling memahami sensitivitas yang ada di agama manapun," SBY menambahkan.

Begitu juga ketika ada isu pembakaran kitab suci Alquran, Presiden SBY bersama pemuka semua agama di Indonesia menyerukan agar kegiatan seperti itu tidak perlu dilakukan.

Presiden SBY mengajak warga dunia memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi lagi. "Seluruh pemimpin dunia, negara Barat, Timur, dan Islam harus sangat serius mengelola masalah ini," ujar Presiden.

Deklarasi hak-hak asasi manusia sedunia haruslah dijunjung tinggi, di dalamnya --tepatnya pasal 29-- ada pernyataan soal hak dan kebebasan tidaklah boleh dilaksanakan secara ablosut di dunia. "Ada batasnya manakala itu berkaitan dengan moralitas dan ketertiban umum," Presiden menandaskan. Hal itu juga terdapat di dalam undang-undang dan peraturan kita.

Presiden menyeru kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-bangsa memikirkan sebuah protokol internasional untuk mencegah terjadinya kembali penistaan agama. "Indonesia akan aktif, siap, dan sekarang pun kita sedang melakukan diplomasi untuk merumuskan semacam protokol internasional untuk menolak dan mencegah penistaan agama seperti itu di masa depan. Dari siapapun, kepada agama manapun," kata Kepala Negara.

Dalam kesempatan ini SBY mengapresiasi sikap umat Islam di Indonesia yang masih terukur dalam menyampaikan responnya terhadap beredarnya film kontroversial Innocence of Muslims. "Ini sungguh perilaku yang Islam, kita tentu tidak ingin memerangi kemungkaran dengan cara-cara yang lebih mungkar. Segala sesuatunya tidak boleh melampaui batas, apalagi sampai melanggar hukum dan menjatuhkan korban bagi diplomat," Presiden RI menandaskan.(presidensby)

Tidak ada komentar: