INFO TABAGSEL.com-Direktur Pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 6 persen. Angka itu dianggap mewah di tengah krisis global yang diperkirakan masih akan terus memburuk ke depan.
"Enam persen merupakan angka yang mewah pada tahun ini," ujar Mantan Menteri Keuangan KIB jilid I tersebut di Indonesia, Kamis 12 Juli 2012.
Sri mengungkapkan, ketimbang negara-negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki ketahanan ekonomi yang kuat. Brasil, misalnya, saat ini negara tersebut sedang berjuang untuk memicu ekonominya sampai ke angka 4 persen tahun ini.
Namun demikian, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut bisa saja meleset, jika pemerintah, tidak melakukan upaya-upaya untuk terus mengakselerasi motor-motor pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Yang menjadi perhatian, adalah bagaimana negara berkembang dunia, khususnya Indonesia, memperhatikan penciptaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang ada.
"Ada pertumbuhan yang baik di beberapa negara tapi hal tersebut diiringi dengan peningkatan angka pengganguran seiring dengan peningkatan angkatan kerja," tambahnya.
Sri Mulyani mencontohkan di beberapa negara seperti Tunisia, pemerintah terlambat merespon menanggapi masalah ini sehingga menghambat motor perekonomian negara itu. Untuk itu selain mengurangi angka kemiskinan, penciptaan lapangan kerja ini harus terus dibahas.
Dalam laporan perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia, Bank Dunia mengungkapkan ada tiga skenario dampak krisis global terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan tahun depan.
Skenario pertama jika gejolak krisis berlanjut, pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di angka 6 persen (2012) dan 6,4 persen (2013). Skenario kedua, yaitu kondisi ekonomi seperti krisis 2009 maka ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,8 persen (2012) dan 4,7 persen (2013).
Kemudian skenario ketiga yaitu penurunan ekonomi global yang sangat parah akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,7 persen (2012) dan 3,8 persen (2013). (Vivanews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar