INILAH.COM, Medan - Mungkin banyak yang tidak tahu politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana adalah orang Batak bermarga Siregar.
Ada cerita mengapa Sutan tidak memakai marga Siregar. Berawal dari rantauannya ke Yogyakarta, Jawa Tengah, pada 1976. Ketika itu orang Jawa dinilainya trauma dengan orang Batak. Ia baru sadar hal itu saat mencari kos-kosan di Yogyakarta.
"Saya ke Jawa karena saya mau kuliah, saya kan lulusan STM (sekolah teknik menengah), tidak ada perguruan tinggi yang terima STM kala itu," tuturnya saat bersilaturahim dengan tokoh tarekat Naqsyabandiyah, Tuan Guru Besilam, di Kabupaten Langkat, Medan, Sumatera Utara, Jumat (23/6/2012).
Sambil berkelakar, Sutan mengatakan, orang Batak pada bulan pertama lancar bayar sewa kos. Bulan kedua, masih aman. Bulan ketiga, pembayaran tersendat-sendat. Bulan keempat, ribut dengan pemilik kos. "Bulan kelima bawa kasur dan piring-piring pemilik kos," ujar Sutan sambil tersenyum.
Karena ada stigma tersebut, Sutan susah mencari kos ketika itu. Beberapa tempat sudah didatangi, tetapi ditolak secara halus. "Cah medan ya, sudah diisi," tuturnya seraya meniru suara ibu kos.
Sutan berpikir kenapa ditolak terus, padahal di papan pengumuman jelas terlihat masih ada kamar yang kosong. Akhirnya, biar bisa kuliah, ia mengaku sebagai orang Kalimantan Timur.
Masa lalu yang lucu diceritakan di hadapan Tuan Guru Besilam. Maksudnya, Sutan mengungkapkan hal ini agar acara silaturhim semakin intim. Sekarang jadi repot gara-gara menyembunyikan marga Siregar. Saat mau maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara banyak yang tidak tahu Sutan asli orang Batak.
Namun, tanpa marga Siregar pun, nama Bhatoegana merupakan nama sebuah desa di Sumatera Utara, Yang terletak di Padanglawas Utara. Bhatoegana adalah tempat lahir kakek Sutan.
Namun, Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat ini lahir di Siantar, karena keluarganya merantau ke daerah tersebut. "Aku ini orang Batak, putra Sumatera Utara," tutur dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar