INFO TABAGSEL.com-Maraknya kasus kekerasan yang dilakukan penumpang kepada petugas transportasi umum seperti kereta atau pesawat, menjadi keprihatinan khusus bagi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).
Hari Jumat (7/6) lima penumpang kereta komuter Jakarta-Bogor dilaporkan memukul petugas pemeriksa karcis di dalam kereta, Fathmah Ikha Haryati karena meminta penumpang yang tidak mempunyai tiket untuk turun.
Mereka melarikan diri dengan melompat ke peron di Stasiun Pasar Minggu. Ketua kelompok pegiat hak-hak penumpang kereta Jabodetabek, KRLMania, Nurcahyo, menyayangkan insiden itu.
"Penumpang yang lain seharusnya reaktif, melihat kondektur dipukul jangan diam saja. Kalau penumpang lain bertindak, saya yakin pelaku juga tak akan berani," kata dia.
Ia berharap kamera pemantau yang ada di Stasiun Pasar Minggu bisa membantu upaya menangkap pelaku.
Satu hari sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Bangka Belitung, Zakaria, melakukan pemukulan dengan menggunakan gulungan koran terhadap awak kabin Sriwijaya Air, karena ia "kesal ditegur untuk mematikan ponsel."
"Awak kami mengalami cidera dan melaporkan tindakan itu ke polisi. Ia juga sekarang masih mengalami trauma psikologis," kata Sujono, humas Sriwijaya Air kepada BBC Indonesia.
Zakaria kini ditahan polisi di Pangkal Pinang dan telah dinyatakan sebagai tersangka.
Perlindungan awak transportasi
Ketua MTI, Danang Parikesit, mengatakan fenomena seperti ini memang tergolong baru. Tidak hanya di kereta atau pesawat -seperti yang baru saja terjadi, tetapi juga dialami pengemudi Transjakarta.
Sering kali, pengemudi Transjakarta malah dimarahi oleh pengemudi mobil atau motor yang melewati jalur busway.
"Kita ingin pengemudi dan petugas di angkutan umum juga memiliki perlindungan yang cukup ketika menegur. Kami juga menghimbau penumpang dan pengguna jalan untuk tertib berangkutan," katanya, Jumat (07/06).
Danang menilai selain soal ketidakdisiplinan penumpang, sistem transportasi yang belum semakin baik juga menjadi faktor penyumbang kemarahan para penumpang secara umum.
"Kemacetan tambah tinggi, kebutuhan layanan udara makin banyak. Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, mereka kian menuntut kenyamanan. Sehingga tidak jarang hal-hal tertentu menimbulkan frustasi dan memunculkan emosi yang luar biasa besar," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar