DAFTAR BERITA

Sabtu, 01 Februari 2014

Inflasi Sumut Tertinggi Kedua Nasional

INFO TABAGSEL.com-Bank Indonesia menyatakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun ini harus bekerja keras untuk menahan tekanan inflasi karena pada tahun lalu tercatat sebagai provinsi kedua yang mengalami inflasi tertinggi setelah Sumatera Barat.

“Harus kerja keras karena inflasi yang tinggi itu merupakan salah satu hambatan dalam pertumbuhan perekonomian pada tahun 2013 dan tahun ini,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut dan Aceh) Hari Utomo di Medan, Sabtu.

Pada tahun 2013, kata dia, inflasi di Sumut memang cukup tinggi atau 10,18 persen secara “year on year”. Angka itu berada di atas angka nasional yang masih pada posisi 8,38 persen.

Sumatera Barat sendiri pada tahun yang sama, inflasinya tercatat 10,97 persen.

Ia menjelaskan bahwa peningkatan inflasi di Sumut dipicu oleh komoditas yang tergolong dalam inflasi “administered price dan “volatile foods”.

Komoditas yang tergolong dalam “administered price” itu, seperti bahan bakar minyak, tarif angkutan dalam kota, angkutan udara, serta tarif listrik dan air minum memberikan sumbangan cukup besar dalam inflasi di Sumut.

Pada inflasi “volatile foods”, seperti subkelompok bumbu-bumbuan, khususnya cabai merah dan bawang merah, menjadi penyumbang utama.

“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TIPD) Sumut sudah dan terus berupaya agar inflasi yang besar pada tahun 2013 tidak terjadi pada tahun ini. Meskipun hal itu diakui sulit akibat banyak faktor, seperti dampak krisis global yang masih dirasakan dan ada bencana alam,” katanya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut Firsal Ferial Mutyara menyebutkan bahwa inflasi yang tinggi di Sumut pada tahun 2013 sudah terbukti menyulitkan pengusaha pada tahun lalu, bahkan berimbas hingga awal 2014.

“Inflasi yang tinggi membuat likuiditas makin ketat dan itu menyulitkan pengusaha mengembangkan bisnisnya,” katanya.

Pengusaha makin sulit karena di tengah terjadi pengetatan kredit juga terjadi kenaikan suku bunga kredit perbankan, sementara bisnis juga masih lesu dampak masih melemahnya permintaan di pasar ekspor maupun dalam negeri, katanya.

Tidak ada komentar: