INFO TABAGSEL.com-Pakar Psikologi Politik dari UI Hamdi Muluk mengundurkan diri dari anggota audit survei Konvensi Demokrat. Hamdi kemudian menceritakan alasan mengapa ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari gelaran partai Demokrat itu.
"Saya bekerja diminta sama komite, sama Effendi Ghazali, sama anggota komite yang dari luar," kata Hamdi ketika dikonfirmasi, Minggu (12/1/2014) malam.
Hamdi mengatakan saat berdiskusi, komite meyakinkan dirinya bahwa konvensi tersebut bertujuan baik yakni mengurangi oligarki politik. Menurutnya hal itu merupakan alasan yang baik.
"Saya suka dengan konvensi, akhirnya menerima. Jadi akhirnya saya iyakan," kata Hamdi.
Akhirnya, kata Hamdi, ia diminta oleh komite untuk rapat di Wisma Kodel sekitar bulan Oktober-November. Tapi yang didapat ruangan tersebut kosong. Setelah beberapa lama menunggu, Hamdi akhirnya ditemui Suaidi Marassabesy, Andrinof Chaniago dan Tamrin Tamagola.
Dalam pertemuan tersebut, Hamdi mengharapkan ia diberi tahu mengenai hak dan kewajibannya. Tetapi hal itu tidak terjadi.
"Aturan main engga jelas, sekitar 4-5 kali saya diundang, engga pernah ada SK jelas, aturan main dan lain-lain," katanya.
Hamdi kesal ketika tiga kali pertemuan undangan yang diberikan komite konvensi selalu mepet. "Artinya harusnya ada perencanaan yang lebih baik, minimal sehari sebelumnya," katanya.
Hamdi mengungkapkan bila pola yang dilakukan selalu berulang maka ia tidak dapat bertugas secara optimal.
"Saya maunya tim itu menyelaraskan dengan tiga lembaga survei yang mau diaudit, polanya seperti apa," kata pengajar UI itu.
Karena kesal, Hamdi akhirnya mengirim pesan singkat untuk mengundurkan diri dari tugasnya pada pekan kedua Desember 2014.
"Saya engga bisa optimal dengan gaya bekerja seperti ini, saya bilang maaf pake sms, karena kalau pakai tertulis ya lucu juga, karena engga pernah diangkat," tuturnya.
Hamdi mengayakan pesan singkat itu dilayangkan ke nomor sekretariat komite konvensi. Namun ia tidak mengetahui nomor milik siapa yang dituju.
"Biasanya Pak Suaidi, tapi pasti itu disampaikan ke komite. Saya menganggap komite engga serius. Saya mundur atas keputusan dan pertimbangan pribadi," tuturnya.
"Saya bekerja diminta sama komite, sama Effendi Ghazali, sama anggota komite yang dari luar," kata Hamdi ketika dikonfirmasi, Minggu (12/1/2014) malam.
Hamdi mengatakan saat berdiskusi, komite meyakinkan dirinya bahwa konvensi tersebut bertujuan baik yakni mengurangi oligarki politik. Menurutnya hal itu merupakan alasan yang baik.
"Saya suka dengan konvensi, akhirnya menerima. Jadi akhirnya saya iyakan," kata Hamdi.
Akhirnya, kata Hamdi, ia diminta oleh komite untuk rapat di Wisma Kodel sekitar bulan Oktober-November. Tapi yang didapat ruangan tersebut kosong. Setelah beberapa lama menunggu, Hamdi akhirnya ditemui Suaidi Marassabesy, Andrinof Chaniago dan Tamrin Tamagola.
Dalam pertemuan tersebut, Hamdi mengharapkan ia diberi tahu mengenai hak dan kewajibannya. Tetapi hal itu tidak terjadi.
"Aturan main engga jelas, sekitar 4-5 kali saya diundang, engga pernah ada SK jelas, aturan main dan lain-lain," katanya.
Hamdi kesal ketika tiga kali pertemuan undangan yang diberikan komite konvensi selalu mepet. "Artinya harusnya ada perencanaan yang lebih baik, minimal sehari sebelumnya," katanya.
Hamdi mengungkapkan bila pola yang dilakukan selalu berulang maka ia tidak dapat bertugas secara optimal.
"Saya maunya tim itu menyelaraskan dengan tiga lembaga survei yang mau diaudit, polanya seperti apa," kata pengajar UI itu.
Karena kesal, Hamdi akhirnya mengirim pesan singkat untuk mengundurkan diri dari tugasnya pada pekan kedua Desember 2014.
"Saya engga bisa optimal dengan gaya bekerja seperti ini, saya bilang maaf pake sms, karena kalau pakai tertulis ya lucu juga, karena engga pernah diangkat," tuturnya.
Hamdi mengayakan pesan singkat itu dilayangkan ke nomor sekretariat komite konvensi. Namun ia tidak mengetahui nomor milik siapa yang dituju.
"Biasanya Pak Suaidi, tapi pasti itu disampaikan ke komite. Saya menganggap komite engga serius. Saya mundur atas keputusan dan pertimbangan pribadi," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar